"Yeri...." Nafas hangat Jimin menyapa wajah Yeri yang dingin dan menyadarkannya kembali.
Yeri menggeleng dengan dua mata yang sama-sama saling menatap.
"Aku boleh melakukannya lagi?" tanya Jimin dengan suara yang semakin rendah dan menatap mata da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
Yeri sibuk menata beberapa pakaiannya untuk kemudian ia masukkan ke dalam koper. Gadis itu masih belum mau keluar dari unitnya. Semua makanan dan keperluannya ia pesan secara online. Hanya khawatir saja kalau-kalau Jimin menunggunya di luar.
Hanya kurang dari delapan jam Yeri akan melakukan perjalanan ke Jepang. Menggantikan bosnya yang berhalangan hadir.
Sebenarnya ini kali pertama Yeri pergi jauh dari Seoul. Ia tidak banyak tau tentang negara lain. Jadi ia merasa beruntung bahwa ada In Jae yang menemaninya.
/Kita bertemu di airport atau ku jemput dulu?
Bertemu disana saja ya. /
Yeri meletakkan ponselnya di atas meja setelah membalas pesan In Jae yang sebenarnya sudah masuk dari satu jam yang lalu.
Kemudian ia memaksa kedua kakinya yang sebenarnya sudah lelah untuk berjalan menuju dapur. Sejak siang ia belum menelan makanan sama sekali. Bahkan makanan yang ia pesan tadi sore belum sempat ia sentuh. Yeri menghabiskan waktunya berada di dalam kamar, duduk di lantai dengan satu koper yang terbuka lebar di depan kedua kakinya yang bersila.
Ia tidak banyak tau tentang negara yang akan ia kunjungi besok. Apa saja yang ia butuhkan disana, jenis pakaian seperti apa Yeri tidak begitu mengerti.
Tadinya ia sempat akan menghubungi Yoona, Nara atau Alice untuk menanyakan hal itu. Beberapa kali bahkan Yeri sudah membuka kontak dengan tiga nama itu di ponselnya. Hanya dalam satu kali tekan maka panggilan itu akan terhubung. Tapi sebanyak itu juga juga Yeri mengabaikannya. Tidak jadi menghubungi salah satu dari mereka.
Yeri hanya ingin menghindari pertanyaan 'ada apa dengan hubunganmu dan Jimin?' atau 'kenapa tidak bertanya pada Jimin?'
Semua itu hanya akan terhubung pada satu hal yaitu pembahasan hubungannya bersama pria dengan sifat yang paling lembut yang pernah Yeri temui semasa hidupnya setelah mendiang ayah.
Yeri menghabiskan hampir setengah harinya hnaya untuk menentukan ia harus membawa coat tebal atau gaun terbuka. Padahal Yeri sudah membuka internet untuk mencari tau musim apa negara itu sekarang. Tapi seperti kebanyakan orang, Yeri lebih yakin dan percaya jika informasi itu berasal dari teman dekat.
Lagi-lagi Yeri menghela napas panjang. Kedua matanya menatap nanar pada tumpukan pakaian yang sudah berhasil ia tata di dalam koper. Lelah rasanya jika harus menata ulang akhirnya Yeri biarkan saja dan dengan perasaan yang tidak begitu yakin ia menarik resleting dan berhasil menutup kopernya dengan rapat. Kemudian memindahkannya di sudut kamar dekat dengan lemari.
Seporsi ayam goreng dan kentang yang dingin menjadi santapan Yeri malam ini. Ditemani dengan sekaleng soda dingin Yeri sekarang duduk dengan malas di meja makan. Ia mengunyah dengan tanpa tenaga. Pandangannya kosong menatap satu titik yang tidak jelas. Pikirannya juga menerawang jauh. Di sela rasa lelahnya ia memikirkan seseorang yang tiba-tiba ia rindukan kehadirannya.