Toxic - 13

348 38 14
                                    

- Happy Reading -


Jimin menatap punggung wanita yang sedang membelakanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin menatap punggung wanita yang sedang membelakanginya.

"Sayang, tidak bisa dipercepat acaranya?" tanya Jimin sedikit merengek. Belum juga Yena berangkat, tapi Jimin sudah dibuat gelisah. Membayangkan tiga minggu tanpa Yena. Belum pergi saja sudah rindu.

Yena yang sedang asik menatap pemandangan luar, terkekeh pelan mendengar ucapan Jimin. Jimin memang manja tapi tidak pernah semenggemaskan ini. Tubuhnya berbalik menatap Jimin yang sudah lebih dulu menatapnya. Tangannya terulur mengusap satu sisi wajah Jimin. "Hanya tiga minggu. Aku janji."

"Setelah itu tidak pergi-pergi lagi?" Jimin membalas sentuhan Yena dengan membelai pipinya. Terlihat sekali jika Jimin sangat berat melepaskan Yena kali ini.

Yena mengangguk dengan yakin, "Iya aku janji."

Setelahnya, Jimin mendekatkan wajahnya guna menanamkan ciumannya dalam-dalam pada bibir tipis Yena. Tangannya menahan leher Yena untuk menyamankan posisinya. "Mmh..." Yena mendesah ketika Jimin baru saja menggigit bibirnya.

Satu tangan Jimin yang bebas menyusup di balik kaos Yena. Meraba pinggang rampingnya hingga perut. Hingga Jimin berhasil menggapai satu dada Yena dan hendak meremasnya, Yena sudah lebih dulu menahan tangan Jimin.

"Sayaaang..." ucap Yena lirih. Nafasnya tersengal karena Jimin baru saja melepas tautannya.

"Hanya ini tidak lebih," ucap Jimin dengan tangan yang masih berada di balik kaos Yena. Yena mengerjapkan matanya, menatap Jimin dengan ragu sebelum akhirnya Jimin memberikannya kecupan singkat di sudut bibirnya.

Yena pasrah ketika Jimin menarik tubuhnya untuk kemudian didudukkan di atas pangkuan Jimin setelah sebelumnya Jimin menjauhkan kursinya dari kemudi.

Jimin membawa tubuh Yena mendekat hingga tidak ada celah lagi diantara tubuh keduanya. Kemudian mencium bibirnya sekali, lalu sekali lagi, kemudian membiarkan bibir itu hanya menempel beberapa saat.

Yena memiringkan kepalanya ketika merasakan tangan Jimin sudah menyisip ke dalam kaos ketatnya. Bibir tebal Jimin sudah dilumatnya lembut dan semakin kuat seiring tangan Jimin yang meremas dadanya bergantian.

Jimin masih bermain di luar bra tidak sampai melepasnya. Harus berhati-hati untuk memulai semuanya karena ini yang pertama kali untuk mereka.

Keduanya masih terlena dengan kegiatan yang saling melumat satu sama lain. Bagaimana kepala keduanya miring ke kanan dan ke kiri bergantian guna menyamankan diri.

Satu tangan Jimin yang tadinya berada di luar bahkan kini sudah ikut masuk ke dalam bersama tangannya yang lain. Meraba tubuh Yena dengan sangat pelan dan lembut.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang