Toxic - 25

410 43 10
                                    

Jika memang aku harus memulainya lagi dari awal, aku tidak masalah. Jika memang aku harus berusaha lebih keras lagi, aku tidak peduli. Asalkan nanti kau tetap menjadi kekasihku.

- Jimin -



Gadis berambut coklat itu tampak sibuk dengan ponselnya. Ini jam istirahat untuk makan siang, tapi Yeri memilih bermalas-malasan di dalam ruang kerjanya. Alice yang sejak tadi menawari berbagai macam makanan juga ia hiraukan.

"Hai ..." suara lembut menyapa dari balik pintu. Membuat Yeri mengalihkan tatapannya dari ponsel ke arah pintu. "Hai ..." sahut Yeri seraya melambaikan tangannya memberi tanda untuk masuk.

"Alice bilang kau belum makan siang, jadi kubawakan ini." Sebuah bungkusan plastik disodorkan di atas meja dan langsung tercium bau harum masakan dari dalam sana. "Waaah, maaf membuatmu repot. Tapi terima kasih In Jae," ucap Yeri sambil membuka bungkusan yang berisi bakmi kesukaannya. "Tau darimana aku suka bakmi udang?" tanya Yeri dengan jari-jarinya yang sibuk membuka dan menata alat makannya. Kedua matanya berbinar menatap lapar pada seporsi bakmi yang In Jae berikan.

"Aku hanya menebak, aku lega ternyata kau suka." In Jae turut menatap Yeri yang sedang sibuk mengunyah. "Ye, boleh aku bertanya?" tanya In Jae. Yeri menjawabnya dengan mengangguk tanpa bersuara. In Jae diam untuk beberapa saat seraya menatap ragu pada Yeri yang tersadar karena In Jae tak kunjung bersuara. "Apa?" tanya Yeri saat mengangkat wajahnya. Tangannya berhenti saat setelahmenyuapkan makanan.

"Kau ... Umm ..." In Jae sedikit ragu namun tetap melanjutkan bertanya. "Umm ... Apakah kau dan pria yang di tempat pesta kemarin berpacaran?" In Jae menggaruk ujung alisnya yang tidak gatal.

"Yeri menarik nafasnya sebelum akhirnya menjawab dengan singkat, "Tidak."

Dan jawaban Yeri membuat In Jae tersenyum. "Syukurlah ..." ada kelegaan pada ucapan In Jae.

"Kenapa?" Yeri mengangkat wajahnya lagi menatap In Jae dengan alis yang hampir menyatu. "Kalau begitu aku bisa mengajakmu pergi lain hari?" tanya In Jae dengan cepat.

"Tentu saja," jawab Yeri tanpa ragu juga dengan senyum yang ia buat semanis mungkin sampai In Jae menghilang dari balik pintunya.

Jimin! :

Baby, pulang kerja bersama ya?
Aku jemput.

Yeri memandangi ponselnya. Satu pesan dari Jimin masuk tanpa perintah sejak lima menit yang lalu. Jika dihitung mungkin sudah sepuluh kali Yeri membaca barisan huruf-huruf itu berulang-ulang. Jantungnya berdegup kencang lagi. Yeri gugup. Hingga satu pesan lagi masuk dan langsung terbaca olehnya.

Jimin! :

Baby ...
Pulang bersamaku.
Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri.

Senyum Yeri terbit ketika membaca pesan kedua dari Jimin. Kemudian ia menyimpan ponselnya kembali di atas meja. Pesan itu ia biarkan begitu saja. Karena ia yakin Jimin akan tetap menjemputnya meskipun tidak mendapatkan jawaban iya.

Hubungan keduanya sedikit membaik sejak pertemuan mereka di rumah pantai. Meskipun Yeri belum memberikan jawaban dari pernyataan cinta Jimin, tapi Yeri sudah memberikan Jimin kebebasan untuk mulai menghubungi dan menemuinya. Dan ini sudah satu bulan sejak pernyataan cinta itu.

Yeri mulai membereskan baranng-barangnya ketika jam sudah menunjukkan waktu pulang. Blazer berwarna merah muda yang tergantung di sandaran kursi sudah Yeri pakai lagi. Setelah memastikan ruang kantornya bersih, Yeri meraih sling bag yang kemudian talinya ia gantungkan di bahu kiri seraya berjalan ke luar ruangan.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang