24 - Senin Pagi yang di Mulai dengan Dramatis

18 5 0
                                    

San bahkan tidak ingat apa yang dilakukannya selama di Jeju dan saat tersadar, dirinya sudah berada di kamarnya. Sudah berada di Seoul dan San mengacak rambutnya, frustrasi. Jika ini mimpi, San berharap bahwa itu memang hanyalah mimpi tidak jelas karena terlalu banyak tertidur.

Namun, saat membuka ponselnya dan melihat pesannya sudah dibaca semua oleh Haknyeon serta ada satu album baru yang dibuat, membuat San menghela napas panjang. Haknyeon dan kebiasaannya yang selalu membuat album untuk memberikan catatan tempat dan tanggal kejadian tersebut diabadikan dalam foto.

Jadi waktu yang dihabiskan oleh San di Jeju bukankah mimpi?

"Argh! Aku bisa gila karena Haknyeon!" San memaki dan mengacak-acak rambutnya. "Apa maksudnya mengatakan seperti itu kepadaku?!?"

Rasanya San hendak melanjutkan tidurnya lagi, tetapi suara alarm dari ponselnya membuatnya mengerang. Apalagi saat melihat hari ini merupakan hari Senin, pertanda bahwa ini akan menjadi hari pertamanya bekerja setelah libur akhir pekan. Meski rasanya San tidak berlibur karena kepalanya justru penuh dengan berbagai pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif dengan perasaannya.

Rasanya aneh saat hari Senin ini, San tidak menemukan Haknyeon di kedai kopi terkenal yang membuka salah satu gerainya di area rumah sakit. Tidak menemukan lelaki itu tengah berbicara dengan Gaeul atau mendengarkan cerita perempuan itu yang terlihat bersemangat sembari memberikan respon senyuman. Meski biasanya memang San tidak akan menyukai melihat hal itu, karena Gaeul sendiri yang beberapa kali mencari perkara dengannya. Namun, pagi ini San justru mencari-cari keberadaan Gaeul yang tidak dilihatnya.

"Euisa-nim, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya kasir di depannya membuat San menatap perempuan tersebut yang terlihat kikuk. "Ma-maksud saya...."

"Aku bukannya sudah menyebutkan pesananku?"

"Ma-maksud saya ... Anda seperti tengah mencari seseorang. Jadi saya ... saya bertanya."

"Oh...," jawab San tanpa ekspresi, lalu memberikan kartu debitnya, "proses pembayarannya tanpa menyebutkan jumlahnya."

"Ta-tapi saya...."

San tidak membiarkan kasir itu menyelesaikan perkataanya, kemudian membuatnya menghela napas. "Gaeul biasanya tidak akan mengatakannya kalau sudah aku bilang seperti itu." Kemudian San menyadari seharusnya dia memang menyanyakan keberadaan perempuan itu, "Ngomong-ngomong, di mana Gaeul? Beberapa hari ini aku tidak melihatnya."

"Itu ... maksud saya, Gaeul Eonnie dipindahkan ke cabang lain."

"Oh."

"To-totalnya...."

"Aku sudah bilang untuk tidak menyebutkan jumlahnya, 'kan?"

Perempuan itu tampak hendak menangis dan San berdecak. Pada akhirnya dia harus membiarkan perempuan itu mengucapkan jumlahnya—padahal San sudah melihat sendiri jumlahnya dan dia sudah hafal harganya—dan setelah menerima struk serta kartu debitnya, San bergeser untuk menunggu minumannya dibuat. Meski rasanya San ragu jika perempuan itu akan bekerja lama di tempat sibuk ini, lantaran kecepatannya melayani pembeli yang seperti keong.

Meski kalau dipikirkan kembali, cabang ini memang kejam. Meski tempat ini kecil, tetapi seharusnya minimal ada 3 orang karyawan yang melayani pembeli. Apalagi pada jam pagi yang sibuk seperti sekarang. Padahal San bukanlah tipe orang yang suka mencari kesalahan seseorang kemudian melaporkannya, tetapi pagi ini sepertinya dia melakukannya karena tidak kunjung mendapatkan asupan gulanya—yang mana San hanya mau minum ice americano jika Haknyeon yang membelikannya—dan mencari-cari kotak keluhan.

Begitu menemukannya, San segera melangkah ke tempat itu untuk mengambil pulpen serta kertas yang ada di samping kotak tersebut. Setelah menuliskan yang ada dipikirannya, San memasukkan ke dalam kotak dan saat kembali ke tempatnya semula, bahkan pesanan San belum dibuat. Melihat perempuan itu menangis dimarahi oleh orang yang membayar pesanan di belakang San membuatnya menghela napas panjang.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang