"Aku tidak sengaja melihat video ini dan aku merasa dirimu banyak berubah."
Youngkyun berhenti mengunyah dan melihat video yang San maksud yang ditampilkan di ponselnya. Video yang merupakan online fansign yang entah dilakukannya kapan, karena Youngkyun melakukannya begitu banyak dan waktunya promosi bersama grup merasa sebagai pintu neraka yang baru terbuka entah dari sisi dunia mana.
"Manusia selalu berubah, San." Akhirnya Youngkyun bisa menjawab perkataan lelaki itu setelah menelan makanannya. "Setidaknya aku berubah menjadi lebih baik."
"Mungkin...," jawaban menggantung San membuat Youngkyun menatap lelaki itu, tetapi sampai akhir tidak ada yang dikatakannya.
Setelah selesai makan siang bersama, Youngkyun yang menawarkan diri untuk mencuci semua peralatan makan serta alat yang digunakan untuk San memasak tadi. Padahal ini apartemen Youngkyun, tetapi dia bersikap seolah-olah dirinya yang tengah berada di proterti milik San. Lelaki itu hanya bergumam mengiyakan, tetapi saat Youngkyun melihat San yang duduk di salah satu kursi di kitchen island sembari menatap ponsel tanpa ekspresi, rasanya salah.
Karena sejak kapan San menjadi seseorang yang emosinya tidak terbaca oleh Youngkyun?
Bukankah selama ini Youngkyun selalu bisa mengeluarkan sisi San yang tidak pernah bisa diperlihatkannya kepada orang lain?
"Menjadi diri sendiri dan orang yang tepat akan menerimamu tanpa syarat," ucapan San membuat lamunan Youngkyun buyar dan menatap lelaki itu, "tapi apakah benar kita benar-benar bisa menjadi diri sendiri tanpa mengenakan topeng apa pun untuk hidup di masyarakat?"
"Apa ada yang menganggumu, San?"
"Tidak bisa dibilang menganggu sebenarnya, hanya obrolan biasa dengan Eomma ... yang seperti itulah," ucap San yang kemudian merenggangkan tangannya ke atas, "dan apa kamulupa cara mencuci piring? Kalau tidak ingat, di dapurmu ada dishwasher, Hwiyoung."
Youngkyun mematikan keran air dan menatap San yang memanggilnya dengan nama panggungnya. Ada rasa kesal saat mendengarnya, karena selama ini Youngkyun merasa nama panggungnya adalah identitas lainnya dan semua orang hanya menyukai sisi itu.
"Tidak bisakah aku dipanggil Youngkyun saat kita bersama. San?"
"Bukankah itu nama yang selalu mengikutimu selama ini, jadi kenapa menatapku marah?"
"Aku sedang tidak ada di depan kamera, San."
"Jadi apa kamu sekarang tengah mengakui kalau sikapmu selama ini di depan fansmu adalah hal yang semu?"
Youngkyun menatap San, kemudian berdecak. "Jangan berputar-putar seperti ini, San. Katakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi kepadamu dan aku bisa memperbaikinya."
"Apa kamu yakin bisa melakukannya kepada fansmu?"
"Hah?"
Youngkyun menatap San dengan terkejut, tidak menduga akan mendengar hal tersebut. Kemudian mendengar perkataan San selanjutnya, "Tidak, lupakan perkataanku barusan. Kamu bisa sampai di titik ini karena mereka, jadi jangan mengecewakan mereka untuk seseorang sepertiku."
Seharusnya, Youngkyun tahu bahwa ketenangan tidak akan pernah bisa didapatkannya saat memilih menjadi idola. Bahwa semua pekerjaan memiliki resikonya dan untuk Youngkyun, saat memilih menjadi idola, maka dia dengan sukarela menjual privasinya.
Padahal Youngkyun baru sebulan belakangan pindah ke apartemen yang dihuninya sekarang. Bahkan dia membayar lebih kepada agen properti untuk tidak membuka mulutnya kepada media jika Youngkyun membeli unit di gedung apartemen ini.
Namun, nyatanya itu sia-sia.
"Apa yang mereka lakukan kepadamu?" tanya Youngkyun yang memegang-yang tidak menyadari jika sekarang sudah berubah menjadi cengkraman-lengan kanan San, sehingga mereka saling berpandangan. "Apa yang mereka katakan kepadamu, San?"
"Bisa lepaskan lenganku? Ini sakit."
Perkataan San tersebut akhirnya yang membuat kesadaran Youngkyun kembali dan segera menjauhkan tangannya dari lengan San. Merasa bersalah karena membiarkan emosinya yang mengambil alih dirinya selama sesaat. "Ah, maafkan aku, San."
San hanya bergumam sebagai jawaban, tetapi tidak menjelaskan lebih dari yang dikatakannya barusan tentang apa yang terjadi. Meski seharusnya Youngkyun menangkap apa yang terjadi saat menelepon menanyakan keberadaan San dan juga deru napas yang berusaha diatur saat itu.
Namun, menyangkal lebih mudah daripada menerima realitas.
"Aku pergi, Youngkyun." Pamit San yang membuat lamunannya buyar dan menatap lelaki itu. "Aku tidak marah kepadamu, jika itu yang kamu pikirkan. Aku ada janji dengan Adikku untuk makan malam bersama."
Sebenarnya Youngkyun bisa bilang kalau ini terlalu awal untuk makan malam, tetapi yang bisa dilakukannya hanyalah menganggukkan kepalanya. Kemudian berkata, "Hati-hati di jalan, San."
"Kamu jangan tidak makan malam. Menghadapi dunia membutuhkan banyak tenaga."
Youngkyun hendak berkata kalau sebenarnya bukan hanya tenaga, tetapi juga uang. Namun, itu tidak Youngkyun katakan dan mengantarkan San sampai di depan lift apartemennya. Namun, saat Youngkyun masuk ke apartemen, dia menyadari kalau belum memberikan San kartu akses ke apartemennya dan membuatnya menggerang kesal.
"Apa yang sebenarnya aku pikirkan?" maki Youngkyun sembari mengacak-acak rambutnya. "Apa yang perlu aku takutkan saat bersamanya? Dia sudah tidak punya seseorang yang mengikatnya seperti masa lampau, Kim Youngkyun bodoh!"
Pada akhirnya, Youngkyun berjalan menuju kulkas dan membuka pintunya untuk mengambil bir. Membuka kalengnya dan langsung meminumnya, padahal Youngkyun selama 6 bulan belakangan berkomitmen untuk menjauhi alkohol. Satu kaleng habis dalam sekali minum dan Youngkyun meremukkan kalengnya, lalu melemparkan ke lantai marmer dapurnya.
"Sial ... sialan Taeyang Hyung!"
Kalau Youngkyun tidak melihat lelaki itu memasukkan kaleng bir ke kulkasnya saat mendatanginya sehari setelah pindah ke apartemen ini, mungkin dia tidak akan melanggar komitmennya. Namun, menyalahkan seseorang memanglah lebih mudah daripada mengakui kalau sebenarnya orang yang tidak bisa mengontrol diri adalah Youngkyun dan hanya karena perasaannya.
Suara dering telepon yang membuat Youngkyun melihat ponselnya yang berada di kitchen island. Tadinya berharap kalau itu adalah San, tetapi saat melihat peneleponnya adalah Taeyang, membuat Youngkyun mendengus dan memutuskan tidak mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]
FanficApakah benar akhir bahagia itu eksis? Saat dunia San yang mulai berjatuhan karena melepaskan semua topeng sandiwaranya. DISCLAIMER: • Ateez, SF9 & The Boyz Fanfiction [Minsan, Hwisan & Haksan] • Multiple chapters • Untuk NaNoWriMo 2022 • Start: 01/1...