Sebenarnya San masih tidak senang dengan fakta jika Haknyeon kembali ke Seoul bukan karena dirinya, tapi melainkan untuk Haerin. Meski San tahu Haerin terlalu muda untuk dibiarkan hidup sendirian—dan dengan ditambah dengan fakta perempuan itu menjadi trainee idol—yang jelas membuat Haknyeon tidak mungkin membiarkan Adik perempuannya di Seoul.
Akan tetapi, memang manusia itu tidak pernah puas dan egois.
"San, percayalah pada Haerin." Haknyeon tidak tahu berapa banyak mengatakan hal ini. Padahal jika tidak ada San di sekitarnya, justru Haknyeon yang harus menahan diri untuk tidak mempertanyakan keputusan Haerin dalam definisi mengejar kebahagiaannya. "Kalau ada apa-apa, aku bisa menariknya keluar dari agensi dan membuatnya fokus untuk belajar serta kuliah."
"Aku tidak mengatakan apa-apa."
"Eskpresi wajahmu jelas memperlihatkan suasana hatimu."
San berdecak dan Haknyeon hanya tertawa.
Haerin saat ini sedang bersekolah—yang mana sekolahnya dipilih oleh Haknyeon dan bukan agensi tempat Haerin mencoba mengejar mimpinya—karena kesepakatan mereka. Haerin tetap tinggal bersama Haknyeon meski seharusnya tinggal di dorm karena untuk mengawasi Adiknya itu. Meski awalnya Haerin memprotes karena trainee lain tidak seperti itu, akan tetapi pilihannya hanya mengikuti persyaratan Hyoyeon dan Haknyeon sepakati atau berhenti menjadi trainee idol.
"Apa Haerin beradaptasi dengan sekolahnya dengan baik?" tanya San yang melihat Haknyeon tengah memilah kardus-kardus untuk di daur ulang. "Aku hanya takut dia akan dirundung dan kalau melawan akan difitnah sebagai perisak saat Haerin debut."
"Tenanglah, Haerin tidak sendirian bersekolah di sana. Ada trainee lain yang satu sekolah dan satu kelas dengan Haerin."
"Oh, agensinya ternyata tidak seburuk yang kupikirkan."
Haknyeon berhenti melakukan kegitannya sesaat karena ucapan San itu, akan tetapi memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya. Meski Haknyeon tidak begitu menyetujui pilihan hidup Haerin dan sering merasa khawatir dengan apa yang akan dihadapi Adik perempuannya itu.
Akan tetapi, Haknyeon mencoba untuk percaya kepada Haerin, karena San mengatakan jika manusia paling tidak senang jika tidak dipercayai. Haknyeon tahu hal itu memang benar, akan tetapi dirinya tidak bisa mengenyahkan opsi jika San mengatakan hal tersebut karena menerima aduan dari Haerin.
Meski San nyatanya juga bersikap seperti Haknyeon, khawatir.
"San, ini hari Jumat." Akhirnya Haknyeon mengatakan hal ini lagi dan San menatapnya dengan tatapan tanya. Haknyeon menghela napas, kemudian berkata, "Apa kamu tidak bekerja? Kamu di apartemenku dari pagi, San."
"Harus berapa kali kubilang hari praktekku hanya sampai hari Kamis?" tanya San, kemudian menghela napas. "Memangnya hanya kamu yang bisa berhenti bekerja? Aku bisa dan sekarang aku praktek di rumah sakit lain."
"Apa?"
"Hari aku muncul di depanmu saat kamu berada rumah duka, itu adalah hari pertama aku bekerja setelah masa cutiku selesai." San mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Lalu aku tidak memberikan kabar ke rumah sakit jika tidak datang dan saat kembali ke Seoul, tentu aku mendapatkan sangsi."
"San...."
San melihat ekspresi Haknyeon hanya tertawa. "Bagaimana? Tidak menyenangkan bukan rasanya menjadi orang terakhir saat tahu hal penting seperti itu."
Meski San mengatakan hal tersebut sembari tertawa, Haknyeon yang terlihat memasang ekspresi bersalah. Membuat San menghentikan tawanya dengan perlahan hingga menghilang suara tawa itu. Mereka saling menatap satu sama lain. Kemudian, San tersenym kepada Haknyeon,
KAMU SEDANG MEMBACA
Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]
FanficApakah benar akhir bahagia itu eksis? Saat dunia San yang mulai berjatuhan karena melepaskan semua topeng sandiwaranya. DISCLAIMER: • Ateez, SF9 & The Boyz Fanfiction [Minsan, Hwisan & Haksan] • Multiple chapters • Untuk NaNoWriMo 2022 • Start: 01/1...