37 - Dunia yang Seperti Hendak Melihat Sejauh Mana Kesabarannya Berada

15 3 0
                                    

"Makan siang bersama mantan adalah ide buruk dan aku memutuskan untuk melakukannya meski tahu hal itu." San menggerutu dan berjalan masuk ke rumah sakit.

Hari ini adalah hari lainnya di mana San dengan bodohnya membuka pesan dari Mingi. Apalagi dengan fakta Seonghwa mengatakan kepadanya saat jam konsultasi mereka tadi pagi jika Mingi tiga hari belakangan sering mengirimnya pesan dan menelepon untuk membantunya. Tentu itu membuat San kesal karena seharusnya Mingi tidak menganggunya saat jam kerja. Kemudian teringat jika hubungan mereka yang telah berakhir dan tentu tidak ada alasan untuk Mingi tetap mengikuti kesepakatan tersebut.

Pada akhirnya, San menyerah dan menemui Mingi saat makan siang. Hanya untuk membuatnya semakin yakin bahwa Mingi bukan untuknya, karena lelaki itu terus mencari San yang selama ini bersandiwara dan bukan dirinya yang sebenarnya.

Saat sampai di lobi rumah sakit, San melihat Haknyeon yang tengah mengobrol dengan beberapa dokter. Kemudian saat Haknyeon menoleh, mereka bertemu tatap dan San hendak mengangkat tangannya untuk menyapa. Namun, Haknyeon segera mengalihkan pandangannya dan seolah-olah tidak pernah bertemu pandangan dengan San. Tentu itu membuat San kesal dan memutuskan untuk mengikuti skenario Haknyeon.

Meski itu membuat suasa hatinya sepanjang sisa hari memburuk.

Namun, apa yang bisa lebih buruk dari ini?

"San Hyung, apa waktu kerjamu sudah selesai?" tanya Jongho saat jam kerjanya selesai yang sejujurnya mundur setengah jam—karena pasien terakhirnya yang bercerita hingg 2 jam—dan membuat San mengangguk.

Kemudian menyadari kebodohannya karena dia sekarang sedang menelepon, bukan sedang video call. San menghela napas, kemudian berkata, "Aku sudah selesai, Jongho. Ada apa?"

"Sepertinya San Hyung lelah, mungkin aku meminta tolong kepada sekretarisku."

"Jongho, kamu sudah meneleponku, jadi lebih baik katakan apa yang kamu kehendaki."

"San Hyung terdengar marah," ucapan Jongho membuat San mengusap wajahnya, tidak percaya bahwa membiarkan dirinya menyerah dengan emosinya, kemudian mendengar, "maaf karena menganggumu, Hyung."

San mendengarnya, kembali menghela napas. "Aku tidak marah kepadamu dan aku tidak merasa terganggu." Kemudian San mengambil tas serta kunci mobilnya, lalu membuka pintu ruang kerjanya. "Ada apa?"

"Aku tahu San Hyung akan kesal saat mendengar ini ... ah, sebaiknya aku meminta tolong kepada sekretarisku."

"Yunho, 'kan?" tanya San yang tidak langsung dijawab oleh Jongho. Membuat San berdecak, tetapi kemudian berkata, "Cepat katakan, apa yang harus aku lakukan? Kecuali menemui Mingi, aku tidak akan membantumu." Kemudian San kembali merasa kesal karena teringat kejadian tadi siang.

Meski San tidak sepenuhnya yakin dirinya kesal kepada Mingi atau kepada Haknyeon.

"Oh tidak. Aku tidak akan ikut campur dengan urusan asmara San Hyung." Perkataan Jongho setidaknya membuat San merasa lega. Kemudian mendengar Jongho berkata, "Aku meminta tolong untuk San Hyung membelikan makan malam untuk Yunho Hyung yang tinggal di apartemenku."

"Apa?"

"Makan malam, San Hyung. Terserah apa yang Hyung belikan, nanti uangnya aku akan ganti."

"Sebentar ... sebentar...," tanpa sadar San berhenti melangkah dan mengerjapkan matanya, kemudian mengernyit, kemudian bertanya, "Yunho apa katamu, Jongho? Apa maksudmu tinggal di apartemenmu?"

"Um ... dia tidak pulang ke rumahnya selama beberapa waktu. Jadi, aku harus menganggapnya tinggal di apartemen, 'kan?"

San tanpa sadar menghela napas panjang. Meski San hendak mengomeli Jongho, tetapi mengingat kisah cintanya tidak lebih baik dari Adik tirinya, dia menahan diri. Pada akhirnya, San kembali menghela napas dan berjalan menuju tempat parkir mobilnya.

"San Hyung, tidak apa-apa menolak permintaanku. Aku tahu merepotkanmu saat ini. Jadi aku...."

"Aku akan melakukannya," ucap San memotong perkataan Jongho, kemudian berkata, "maaf aku memotong perkataanmu. Tapi seperti perkataanku barusan, aku akan melakukannya. Membelikan Yunho makan malam."

"Maaf merepotkanmu, Hyung."

"Kita saudara, jangan mengatakan seolah-olah meminta tolong kepada orang asing." Ucap San, kemudian menjepit ponselnya dengan sebelah bahunya untuk membuka pintu mobilnya, kemudian meletakkan tasnya di kursi penumpang. Lalu kembali memegang ponselnya sembari menutup pintu mobilnya, kemudian berkata, "Kamu jangan lupa makan malam, Jongho. Jangan hanya mempedulikan orang lain, tetapi melupakan dirimu sendiri."

"San Hyung juga jangan lupa makan."

"Hmm, oke."

Setelah sambungan telepon mereka berakhir, San menghela napas panjang. Meski sudah menghidupkan mobilnya, San menatap kosong deretan mobil-mobil di depannya. Apalagi saat menyadari ada mobil Haknyeon yang terpakir dan San memejamkan matanya sesaat. Setelah membuka matanya kembali, San menurunkan rem tangan mobilnya dan mulai mengemudi.

San paling tidak suka membuang waktu, tetapi rasanya dirinya adalah munafik. Memang San sampai sekarang tidak suka membuang waktu untuk menunggu hal-hal yang bisa dikerjakan sesegera mungkin, tetapi di sisi lain dirinya bisa membuang waktu untuk hal yang tidak pasti.

Seperti hubungannya kepada Youngkyun dan Mingi.

Mungkin, sekarang Haknyeon akan jatuh kepada kategori yang sama dengan keduanya.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang