Haknyeon mengingat saat pertama melihat San. Waktu itu adalah hari pertamanya berkuliah dan belum 48 jam Haknyeon resmi tinggal sendirian di Seoul.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Jeju, hidup di Seoul sejujurnya tidak pernah terbayangkan oleh Haknyeon. Karena sejak awal cita-citanya bukan menjadi dokter, tetapi menjadi atlet. Namun, tidak seperti kisah kebanyakan orang yang dipaksa masuk kedokteran, Haknyeon memutuskan secara suka rela untuk berada di jurusan ini. Membuatnya belajar dengan giat untuk bisa masuk ke universitas nomor 1 di Korea Selatan.
Hal yang dilakukannya karena keinginan diri sendiri. Alasannya mungkin bisa terdengar mengharukan atau bodoh—tergantung sudut pandang orang-orang yang mengetahui hal ini—tetapi Haknyeon memutuskan untuk berkulian kedokteran karena Ayahnya yang sakit komplikasi. Meski Haknyeon tahu menjadi dokter bukanlah proses yang sebentar, tetapi dirinya tetaplah berharap saat waktunya menjadi dokter tiba, dia bisa merawat Ayahnya.
Namun, apakah semua orang Seoul seperti ini?
Karena sejak tadi Haknyeon berusaha bertanya arah kepada beberapa orang, tetapi tidak ada yang berhenti untuk menolongnya. Bahkan ada yang beberapa sengaja mendorongnya karena dianggap menghalangi jalan. Haknyeon sebenarnya bukanlah orang yang mudah menangis—bahkan saat terjatuh sekali pun dan mengalami luka yang cukup parah—tetapi rasanya ini keterlaluan dan matanya sudah berbayang serta kepalanya terasa sakit karena tidak biasa dengan semua disekitarnya.
"Hei, kamu baik-baik saja?" tanya seseorang yang membuat Haknyeon mendongakkan kepalanya. Bahkan Haknyeon baru menyadari jika dirinya berjongkok dan lelaki itu mengulurkan tangannya, kemudian berkata, "Ayo berdiri. Kamu ke fakultas kedokteran, 'kan?"
"Anda ... bagaimana Anda tahu hal tersebut?"
"Astaga, bicaramu kaku sekali." Tawa lelaki itu, tetapi karena tidak kunjung uluran tangannya disambut, dia berhenti mengulurkan dan Haknyeon merasa menyesal karena tidak bergerak cepat untuk menyambutnya. Namun, yang Haknyeon tidak duga adalah lelaki itu justru segera membantunya bangun dengan menariknya secara paksa dan kemudian dia tertawa sebentar, sebelum menatap jam tangannya dengan terbelalak, "Apa?!? Kenapa sudah jam segini? Oke, maaf kalau kamu tidak suka skinship, tapi ini emergency."
Haknyeon bahkan belum sempat memproses perkataan lelaki itu—karena seumur hidupnya, tidak pernah mendengar seseorang berbicara Bahasa Korea dan Inggris secara bersamaan sehingga kepalamnya sulit memprosesnya—dan sekarang sebelah tangannya ditarik untuk mengikutinya berlari.
Sebenarnya Haknyeon bisa berlari lebih cepat dari lelaki yang menariknya, tetapi karena dia tidak tahu jalan dan sejak tadi tidak ada yang menolongnya, jadi pada akhirnya Haknyeon hanya mengikuti. Saat akhirnya mereka sampai di aula, acara penyambutan mahasiswa baru dari dekan fakultas baru akan dimulai. Meski tadinya lelaki itu—yang akhirnya Haknyeon tahu namanya Choi San dari argumennya dengan senior yang berada di depan aula—dan Haknyeon tidak bisa diperbolehkan masuk, pada akhirnya mereka bisa berada di dalam aula.
Meski mereka berakhir duduk di kursi paling belakang, tetapi itu lebih baik daripada mereka tidak diizinkan masuk dan berakhir berurusan panjang dengan para senior. Kemudian, Haknyeon menyadari jika tangannya masih belum dilepaskan oleh San, sementara lelaki itu sepertinya tidak menyadarinya.
Haruskah Haknyeon mengatakannya?
"Oh, aku masih menggenggammu, maaf," ucap San yang sadar tengah ditatap dan kemudian melepaskan tangan Haknyeon, "kalau mau mengucapkan terima kasih, traktir aku minuman, oke Haknyeon."
Haknyeon tentu terbelalak karena San mengetahui namanya. Namun, saat Haknyeon hendak bertanya, telunjuk San ditempelkan di bibirnya dan telunjuk di sebelah tangannya menunjuk ke arah depan. Pada akhirnya, Haknyeon melupakan untuk menanyakan alasan San mengetahui namanya, juga tidak bisa mentraktir lelaki itu untuk membeli minuman seperti permintaannya. Karena begitu sambutan sudah selesai dan mereka membubarkan diri, San sudah ditunggu oleh seorang lelaki yang tingginya di atas rata-rata dan mengomeli San yang lama sekali keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]
FanfictionApakah benar akhir bahagia itu eksis? Saat dunia San yang mulai berjatuhan karena melepaskan semua topeng sandiwaranya. DISCLAIMER: • Ateez, SF9 & The Boyz Fanfiction [Minsan, Hwisan & Haksan] • Multiple chapters • Untuk NaNoWriMo 2022 • Start: 01/1...