65 - Sepucuk Surat yang Membuatnya Tidak Menahan Diri untuk Mengejar Kebahagiaan

5 2 0
                                    

Haknyeon merasa pada akhirnya kehilangan San tidak akan bisa terhindarkan. Kehilangan orang yang dicintai sekaligus sahabatnya adalah hal yang tidak pernah Haknyeon bayangkan terjadi kepadanya sekaligus. Membuat Haknyeon teringat dengan perkataan Gaeul—yang mengajaknya mengobrol saat membuat pesanannya—bahwa kehilangan cinta itu tidaklah sesakit kehilangan sahabat.

Akan tetapi, bagaimana rasanya menjadi Haknyeon yang kehilangan keduanya sekaligus?

"San sudah pergi ya?" tanya Hyoyeon yang membuyarkan lamunan Haknyeon dan menatap kembarannya itu yang berjalan ke arahnya. Duduk di sebelah Haknyeon, kemudian mereka menatap televisi yang tidak menyala. Di dinding atasnya ada foto keluarga mereka dengan orang tua yang lengkap serta versi mereka bertiga yang lebih muda. Hyoyeon menghalangi pandangan Haknyeon dengan selembar surat, yang membuatnya menoleh ke kembarannya, lalu mendengar, "Eomma menitipkan punyamu kepadaku."

"Apa?"

"Aku dan Haerin juga mendapatkan surat dari Eomma."

Haknyeon ragu untuk mengambil surat tersebut. Akan tetapi, Haknyeon tidak berniat untuk membukanya sekarang dan Hyoyeon menghela napas. Seolah tahu apa yang tengah Haknyeon pikirkan, apalagi melihat suasana di antara kembarannya itu dengan San tadi.

"Aku menyarankanmu untuk membaca surat itu sekarang, Haknyeon." Hyoyeon tahu ucapannya itu mampu membuat Haknyeon refleks menatapnya. Membuat Hyoyeon tersenyum, lalu berkata, "Mungkin Eomma memberikan jawaban yang selama ini kamu cari."

Haknyeon belum sempat menanyakan apa maksud Hyoyeon, karena kembarannya itu segera berdiri dari sofa dan melangkah meninggalkan ruang tamu. Membuat Haknyeon menghela napas panjang dan menatap surat yang ada di tangannya. Pada akhirnya, Haknyeon membuka surat itu.

Membaca namanya serta tulisan yang familiar dari Ibunya itu membuat Haknyeon emosional. Perasaan menyesal dan sedih langsung menghantamnya. Air mata Haknyeon tanpa sadar terjatuh dan dengan segera dia mengelapnya. Karena tidak mau surat yang dituliskan oleh Ibunya sampai rusak karena air matanya.

Menarik napas panjang, Haknyeon berusaha menenangkan diri. Setelah beberapa saat, Haknyeon memutuskan kembali membaca surat tersebut. Namun, semakin lama Haknyeon membaca kalimat-kalimat yang Ibunya tuliskan untuknya, emosinya benar-benar campur aduk.

Saat akhirnya Haknyeon selesai membaca surat tersebut, hal pertama yang dilakukannya adalah berlari untuk mengambil kunci mobil Hyeyeon yang biasanya diletakkan di atas piring kecil yang berada dalam rak sepatu. Hal yang sering Haknyeon tidak pahami alasan kembarannya meletakkan di tempat aneh seperti itu, akan tetapi sekarang justru membuat Haknyeon bersyukur.

Haknyeon mengendarai mobil menuju bandara. Meski sebenarnya Haknyeon cukup was-was jika saat sampai ke bandara, San sudah pergi. Mengingat San bukan menggunakan pesawat komersial untuk pergi kemana pun. Apalagi dengan kenyataan rumahnya yang cukup jauh jaraknya dari bandara.

Saat Haknyeon berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah, dia segera menelepon San. Akan tetapi, sebanyak apa pun menelepon, nomornya tidak tersambung dan itu membuat Haknyeon semakin panik. Bahkan Haknyeon tidak pernah menduga akan ada hari di mana dirinya akan mengemudi pada kecepatan di atas rata-rata di Jeju demi mengejar seseorang yang berada di bandara.

Haknyeon tahu berharap jika cuaca yang cerah saat ini berubah menjadi badai sehingga menahan pesawat untuk tidak lepas landas adalah hal yang jahat dan egois. Akan tetapi, untuk kali ini dia berharap keinginan egoisnya itu dikabulkan oleh semesta meski konsekuensinya banyak orang yang terkena dampaknya.

Mungkin dunia berpihak kepada Haknyeon, karena semakin mendekati bandara cuaca menjadi mendung dan akhirnya hujan. Hujan yang benar-benar badai dan biasanya Haknyeon jika berada pada situasi ini akan meminggirkan mobilnya untuk masuk ke minimarket atau rumah makan terdekat untuk mengamankan dirinya.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang