Pada akhirnya, Mingi menurunkan egonya dan mencari pertolongan profesional. Meski kepalanya terpikirkan untuk mendatangi San, akan tetapi dengan segala yang terjadi di antara mereka membuatnya mencari orang lain. Mingi merasa salah satu masalah dalam hidupnya berkaitan dengan San, tentu opsi menjadi pasien mantan tuangannya adalah hal yang memalukan.
Sejujurnya Mingi tidak menduga saat menceritakan niatannya ini kepada Siyeon, Kakak tirinya itu merekomendasikan tempat ini. Saat bertanya alasannya, Mingi mendapatkan jawaban yang membuatnya terhenyak.
"Apakah kamu pikir aku Wonder Woman, Mingi? Aku bisa waras disekitarmu dan Abeoji karena setiap bulan menjadi pasien di sana."
Mingi tidak akan melupakan tatapan Siyeon saat mengatakan itu, Meski setelahnya tertawa dan mengatakan di masa sekarang Siyeon tidak apa-apa dan hanya berkunjung ke dokter yang akan Mingi temui ini jika memiliki masalah yang membuatnya benar-benar tertekan.
Akan tetapi, bukankah itu berarti tetaplah setiap bulan? Karena menghadapi sikap Mingi dan Ayahnya bukanlah perkara yang mudah. Apalagi dengan beban tanggung hawab yang mengurus perusahaan keluarga—yang seharusnya Mingi emban—karena Ayahnya menganggap Kakak tirinya lebih layak.
Setidaknya di mata Ayah mereka, Siyeon jauh lebih pintar daripada Mingi. Meski sebenarnya Mingi tahu hal yang Siyeon inginkan bukanlah menjadi direktur pusat perbelanjaan, tetapi menjadi seniman seperti Wooyoung dan Seonghwa.
Hanya hutang budi yang membuat Siyeon tidak mengejar hal itu.
Mingi kemudian menghela napas panjang, karena mengingat sebenarnya Siyeon berjanji menemani Mingi kemari. Akan tetapi, tiba-tiba rapat darurat perusahaan yang membuat Siyeon harus tetap tinggal dan lagi, Mingi tidak dianggap kompeten sehingga tidak diminta untuk ikut rapat.
Mungkin sebenarnya yang anak tiri bukanlah Siyeon, tetapi Mingi.
"Hei." Sapaan itu tidak membuat Mingi menoleh dan memutuskan memandang dinding di ruang tunggu—yang membuatnya mengerti omelan San selama ini bahwa dia tidak menyukai warna putih digunakan pada rumah sakit—dan kemudian sedikit tersentak saat melihat seseorang mengulurkan brownie cookies di depan wajahnya. Mingi akhirnya menatap orang tersebut dan melihat lelaki yang menggunakan pakaian serba hitam dari atas ke bawah—tetappi rambutnya platinum blonde karena pewarnaan kimia—yang tengah tersenyum. "For you."
Mingi menatap brownie cookies yang diulurkan kepadanya selama beberapa saat, kemudian menatap lelaki itu. Akan tetapi, Mingi mendengar nama seseorang dipanggil oleh perawat dan lelaki itu menoleh sebentar.
"Sebentar!" Sahut lelaki itu dengan penuh semangat, lalu menatap Mingi. Biasanya orang-orang yang mendapatkan tatapan dari Mingi akan pergi dan menganggap dirinya sombong serta semua konotasi negatif. Akan tetapi, Mingi kembali tersentak saat lelaki itu menarik tangan Mingi untuk mengambil brownie cookies yang diulurkannya. Kemudian Mingi mendengar lelaki itu berkata, "Have a nice day, Bro!"
Mingi bahkan belum mengatakan apa-apa saat lelaki itu pergi meninggalkannya dan masuk ke ruangan yang menunjukkan papan bertuliskan spesialis gangguan tidur. Mwmbuat Mingi mengernyit karena dia yakin pergi ke spesialis psikiatri, bukan ke spesialis gangguan tidur.
"Permisi." Mingi memberhentikan perawat yang lewat di depannya dan menunjuk papan yang barusan dilihatnya. "Kenapa nama spesialisnya gangguan tidur? Saya mendaftar untuk pergi ke psikiatri."
"Oh, itu kebijakan rumah sakit ini." Mendengar jawaban perawat itu membuat Mingi mengernyit, akan tetapi tiba-tiba teringat dengan San yang juga melakukan hal yang sama. Kemudian, Mingi mendengar perawat itu berbicara sambil tersenyum, "Tidak apa-apa. Masalah Anda pasti hanya berhubungan dengan kurangnya waktu tidur."
Mingi hanya diam dan perawat tersebut pamit pergi. Pandangan Mingi sekarang kembali ke tembok putih yang menyebalkan dan kemudian tertawa tertahan. Mengingat San adalah dokter psikiatri dan tempatnya bekerja menggunakan spesialis gangguan tidur dan bukan hal yang sebenarnya, spesialis psikiatri. Rasanya lucu saat Mingi selalu merasa dirinya pembohong paling jahat untuk San saat lelaki itu justru membohongi banyak orang dan mengkomersilkan hal tersebut.
"Dunia memang benar-benar gila." Mingi menghela napas panjang dan memejamkan matanya sesaat. Saat kemudian membuka matanya, Mingi justru merasa kesal. "Selama ini aku diposisikan sebagai manusia paling jahat, padahal ternyata jahat dan baik itu hanyalah opini seseorang yang disetujui oleh beberapa pihak."
Tadinya Mingi hendak mengepalkan tangannya, sampai merasa sebelah tangannya menggenggam sesuatu. Membuat tetapan Mingi yang tadinya ke tembok beralih ke sebelah tangannya dan melihat telapak tangannya yang hampir meremukkan brownie cookies yang tadi diberikan secara random oleh lelaki yang tidak dikenalnya.
Siapa tadi namanya?
"Oh benar, Moon Myeongwol namanya."
Mingi tidak tahu alasan lelaki itu memberikan brownie cookies kepadanya, Akan tetapi akhirnya dia memutuskan mendistraksi dirinya dengan membuka bungkusan yang ada di tangannya dan mencuil sedikit brownie cookies itu. Mingi sudah berekspetasi jika ini hanya akan menjadi seperti yang biasa dimakannya, terlalu manis untuknya.
Akan tetapi, di luar ekspetasi brownie cookies yang dikunyahnya tidak seperti bayangannya. Rasa manis yang pas dengan sedikit pahit dari coklat yang membuat Mingi mengangkat sebelah alisnya. Membuatnya memberikan catatan mental untuk bertanya di mana membeli brownie cookies yang diberikan kepada Mingi kepada lelaki itu setelah keluar dari ruangan dokter.
Saat melihat lelaki itu keluar, Mingi hendak menyapanya. Akan tetapi, lelaki itu sudah dihampiri oleh dua orang yang berbadan gempal dan kemudian Mingi melihatnya berlari sambil memasang maskernya. Mingi mengernyit, karena menyadari pernah melihat salah satu lelaki gempal yang menghampiri lelaki bernama Moon Myeongwol itu.
Tidak ... tidak mungkin kalau lelaki itu....
"Tuan Song Mingi." Panggilan perawat itu membuat lamuman Mingi buyar dan menoleh.
Kemudian Mingi melihat bungkusan di tangannya dan ternyata tinggal seperempat. Bahkan Mingi tidak menyadari jika dia memakan brownie cookies yang diberikan kepadanya dengan kecepatan yang tidak pernah dibayangkannya. Karena sebenarnya Mingi tidak begitu suka hal-hal yang berhubungan dengan tepung dan rasa manis.
Mungkin bagi orang-orang yang mendengar hal itu, mengira Mingi memiliki alergi. Akan tetapi, sebenarnya Mingi hanya tidak mau merasa bersalah sekaligus frustrasi karena mengingat Ibunya yang telah tiada. Karena semasa Ibunya hidup, perempuan itu selalu membuatkan hal-hal yang berhubungan dengan tepung serta rasa manis untuknya dan Siyeon.
"Tuan Song Mingi." Panggilan perawat membuyarkan lamunan Mingi dan membuatnya menghela napas panjang.
Akhirnya Mingi berdiri dan berjalan menuju perawat tersebut. Memasang kembali segel plastik dari brownie cookies yang dimakan Mingi tadi dan memasukkan ke dalam kantong celananya. Mingi berusaha melupakan lelaki random yang memberikan brownie cookies dan kemungkinan lelaki itu berasal dari agensi yang sama dengan Youngkyun.
Akan tetapi, Mingi tidak bisa melupakan lelaki itu.
"Ah, sial." Mingi tidak sadar mengatakan hal itu saat sesi konsultasi dengan dokter psikiaternya dan membuat perempuan yang tengah menghadapinya menuliskan sesuatu di tabletnya.
Lelaki bernama Moon Myeongwol itu harus ditemukan Mingi.
Secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]
FanfictionApakah benar akhir bahagia itu eksis? Saat dunia San yang mulai berjatuhan karena melepaskan semua topeng sandiwaranya. DISCLAIMER: • Ateez, SF9 & The Boyz Fanfiction [Minsan, Hwisan & Haksan] • Multiple chapters • Untuk NaNoWriMo 2022 • Start: 01/1...