Pesan dari Adik ipar

9.6K 285 5
                                    

selamat membaca bantu penulis tumbuh dan berkembang ya. Terimakasih.

[Bang, besok kirim uang ya. Aku mau beli ponsel baru]

Raja juga mengirim gambar, ponsel yang hendak ia beli.

Mataku membulat saat melihat pesan dari Raja Adik ipar ku. Berani sekali dia meminta uang pada kakaknya, dia pikir kami ini sultan membelikan ponsel dengan harga hampir delapan jutaan  merek Popo Reno tujuh.

"Eh, De, kok lihat -lihat ponsel Abang?" tanya suamiku takut ketahuan, padahal sudah kubaca SMS dari adiknya.

Bang Jali selalu melarangku memegang ponselnya.  Tadi pagi tak sengaja aku membuka ponsel suamiku karena suara notifikasi meramaikan telingaku, aku cukup terganggu.

"Lihat sendiri, ternyata ini alasan Abang melarangku melihat ponsel?"tanyaku balik bersungut-sungut.

"Memangnya kenapa dia itu adikku wajar aku ini sebagai kakaknya membahagiakan seorang adik," ucapan suamiku sukses membuat aku terpukau.

Selama ini aku mengirit pengeluaran kebutuhan bulanan, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Tak apa jika ia ingin membahagiakan adiknya tapi kalau mampu, buat keluarga aja masih kurang belum lagi cicilan motor, yang harganya kisaran dua puluh juta.

"Bang, kita ini udah punya anak dua, masih kecil butuh beli Pampers, susu pengeluaran kita itu nggak cukup memenuhi gaya adik-adikmu, lagi pula Raja itu udah kerja masa beli ponsel aja minta sama Kakaknya, Kalau Abang sultan nggak masalah, wong buat keluarga aja masih kekurangan" cetusku.

Aku tak mengerti jalan pikiran suamiku. Dia lebih mementingkan adiknya ketimbang kami anak dan istrinya.

"Suka-suka aku lah, aku yang kerja kenapa kamu yang ngatur, makanya anakmu itu dikasih Asi, kau saja nggak bisa nyusuin,"  Bang jali tidak terima.

"Apa kau bilang Bang?" Sungutku geram sekali, bukan aku tak mau menyusui tapi saat anak keduaku lahir, Asiku seret sekali. Sudah berbagai macam sayuran hijau, suplemen daun katuk, obat pelancar asi lainnya pun kuminum tapi hasilnya tetap nihil.

Bahkan Fauzan sering kustimulasi menyusui, Asiku masih keluar sedikit. Terlebih aku mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan mertua atau suami, setiap malam begadang, mengerjakan pekerjaan rumah. Bang jali dia tidak mau membantuku sama sekali setiap pulang kerja, ia sibuk main game.

"Abang tau sendiri Asiku seret setelah melahirkan Fauzan, buktinya Raffi bisa aku susui sampai dua tahun, tega kau bilang aku tak bisa menyusui anakmu, Bang," Sungutku.

Cape tentu saja, Aku kewalahan. Si Kecil Raffi masih berumur tiga tahun lagi aktif-aktifnya, adiknya Fauzan baru berumur sembilan bulan sama aktif dengan abangnya. Bahkan untuk sekedar istirahat sebentar saja aku harus menunggu mereka lelap tidur lalu ikut tidur walau hanya lima belas menit karena kerjaan rumah masih harus aku selesaikan belum lagi Mertuaku selalu ikut campur, stress aku dibuatnya untung saja aku masih bisa tahan.

"Nisa, apa-apaan kamu ini pagi- pagi sudah ribut, Jadi menantu itu jangan pelit buat adik suami aja perhitungan ucap mertuaku yang baru saja datang ke kontrakan kami.

Aku tinggal di kontrakan yang di bangun Mertua. Jadi kami tidak perlu membayar uang bulanan, hanya listrik , sampah dan keamanan saja tapi karena itulah gaji suamiku di manfaatkan oleh keluarganya dan aku baru tau hari ini.

"Maaf, Bu tapi kami nggak punya uang cukup untuk membelikan Raja ponsel baru," ujarku memberi pengertian.

"Sudahlah kamu ini pelit jadi menantu pantas saja hidupmu nggak berubah dari dulu, seharusnya bersyukur sudah tinggal di kontrakan tanpa bayar, itu pun karena kau nikah dengan anakku, Jali itu sukses karena orang tuanya, sampai mati pun anak lelaki itu milik ibunya," Mertuaku meremehkan diriku.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang