Rasa Bersalah

1.4K 38 2
                                    

Betapa jahatnya aku selama ini memisahkan cucu dari anakku, karena keegoisanku yang ingin memiliki cucu perempuan. Dulu saat hamil Raja, Mertuaku tampak tidak senang karena yang aku lahirkan anak laki-laki lagi, mereka ingin memiliki cucu perempuan.

Bulir air mata membasahi pipi ini, menyesal membuat kehidupan Jali jadi berantakan. Rania yang kukira mantu baik-baik, ternyata hamil di luar nikah. Mereka malah memanfaatkan Jali.

Dan sekarang aku memperlakukan hal yang sama pada Jali sehingga suamiku meninggalkan aku. Bahkan sekarang aku tak tau di mana keberadaan suamiku berada.

Aku bukan Nenek yang baik untuk cucuku, aku rindu Raffi dan Fauzan. Dengan tergesa-gesa aku masuk ke dalam kamar Jali.

"Jali..." Isak tangisku semakin menjadi.

Jali terkejut melihat Emaknya menangis "Mak..."

"Maafin Mak, selama ini Emak udah egois, Emak misahin kamu sama anak dan istrimu,"

Jali terdiam dia pun menyesal telah meninggalkan Nisa, wanita yang telah memberikannya dua orang putra. Wanita yang mengerti keadaanya selama ini, namun ia sia-siakan. Ia bukanlah Bapak yang baik untuk kedua anaknya.

Jali ikut menangis, ia sangat sedih tapi apalah daya, dia tak bisa bersama Nisa lagi, sekarang Nisa sudah bahagia bersama suami barunya. Meski Jali tak pernah rela ia bersama pria lain.

Nisa yang di anggap remeh selama ini, dia sukses dan bisa merawat kedua anaknya dengan baik. Jali menangis tersedu-sedu.

"Mak ...tapi Jali sudah tidak bisa bersamanya lagi dia sudah punya suami baru sekarang," ucap Jali.

Aku pun tak bisa apa-apa lagi, mereka sudah bahagia sekarang tanpa Jali.

"Mak..." Raja memanggil mereka berdua, dengan teriakan kencang. Sehingga keduanya menoleh bersamaan.

"Mak sama Abang kok nangis?" Tanya Raja.

Aku dan Jali saling pandang, "Emak nyesel Ja, udah jahat sama cucu Emak,"

Raja terdiam mencerna ucapan Emaknya, cucu yang mana?

"Raffi dan Fauzan, Mak Rindu," Air mata membasahi pipiku.

Raja terdiam mengelus pundak Emaknya, ia merasa bersalah juga sudah jahat pada Kakak Iparnya.

"Syukurlah kalau kalian sudah sadar," Suara yang selama ini mereka cari, suara yang mereka rindukan, sosok yang pergi karena kejahatan mereka semua kini telah kembali.

"Bapak..." Aku memeluk suamiku, Raja dan Jali  juga menyusul ikut memeluk tubuh yang selama ini kami rindukan.

"Bapak...kami rindu Pak,"

Raja yang tadinya hendak memberitahu Bapaknya sudah datang kembali, tak jadi karena melihat Emaknya menangis.

"Minta maaflah kalian dengan Nisa, dia itu perempuan yang baik,"

Aku mengangguk, selama ini aku terlalu memandang rendah dirinya.

Perasaan bersalah menyelimuti hatiku, aku Jali dan Raja pergi ke rumah Nisa, kami mau minta maaf atas kesalahan yang telah kami lakukan, meskipun kami tidak tau apakah Nisa mau memaafkan kami.

Kami semua naik motor ke rumah Nisa, "Mak apa Nisa mau maafin kita?"

"Apa yang telah Jali lakukan Mak?" tanya Jali.

Aku hanya berharap Nisa mau memaafkan kami yang telah menyakiti hatinya.

"Mudah-mudahan Nisa mau memaafkan kita," Kataku dengan cemas.

Jali melajukan motornya dengan kecepatan sedang, motor berbelok ke arah kanan bersamaan dengan mobil truk yang lewat kencang, dan menabrak mereka berdua. Persis di persimpangan rumah Nisa.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang