Maukah kau menikah denganku

1.7K 87 5
                                    


"Astaghfirullah," Tangis Hamidah pecah mendapatkan kabar, anaknya masuk ke dalam rumah sakit. Dia panik, sampai ponselnya terjatuh.

"Ada apa Bu?" Tanya suaminya, heran mendapati raut wajah istrinya berubah.

"Rania Pak, Rania kecelakaan," Hamidah meraung, air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Astaghfirullah, hayu kita ke Rumah sakit,"

Terburu-buru mengambil tas, Hamidah dan suaminya menuju rumah sakit.

"Keluarganya sudah di hubungi?" Tanya perawat.

"Udah Bu, kebetulan ponselnya tidak di kunci, kami sudah memberikan nomor telfon Ibunya," Sahut orang yang menolong Rania, pria bertubuh besar memakai topi dan kaus oblong.

Suster, mengecek keadaan Rania, kondisinya kritis.

****
"Jali...istri kamu..." Pekik sahabatnya, memberitahu keadaan Rania.

"Kenapa?" Tanya Jali menautkan kedua alisnya.

"Dia kecelakaan,"

Dada Jali bergemuruh hebat, meski Rania sudah mengkhianati dirinya, dia tidak menyangka Rania akan kecelakaan.

"Di bawa ke mana?"

"Ke rumah sakit sebrang jalan sana," Tunjuk temannya. Jali pulang ke rumah dia mengambil motornya.

"Baru pulang udah mau berangkat lagi, kamu mau kemana Jali?" Ida sedang menyapu halaman depan.

"Rania kecelakaan Bu!"

Ida terkejut, dia menaruh sapunya.

"Terus kamu mau kesana nengokin dia?" Tanya Ida cemas.

"Iya, Bu Jali mau lihat keadaan Rania,"

"Nggak usah Jali, lagipula dia juga nggak peduli sama kamu untuk apa kamu menjenguk Rania yang ada kamu di usir sama keluarganya,"

Sejenak Jali diam, Rania memang salah, tapi bagaimanapun dia masih menjadi istri Jali.

"Aku tetap mau lihat keadaannya Bu, dia masih istri Jali," Jali menyalakan mesin motornya, Ida akhirnya mau ikut menengok menantunya, dia menyusul. Jali berangkat duluan.

Di rumah sakit, Hamidah dan suaminya terpukul, melihat kondisi anaknya, yang kritis, Rania belum sadarkan diri.

"Ya Allah Rania, kenapa bisa begini Nak," Hamidah menangis. tersedu-sedu, dia mengamati tubuh anaknya yang terbaring lemah tak berdaya.

Suaminya mengelus pundak  Hamidah tanpa berkata apa-apa, ia pun tak berdaya melihat putrinya kritis.

Hamidah menggenggam tangan Rania, berharap anaknya cepat sadar tapi sampai sekarang netra Rania masih terpejam.

"Rania bangun Nak," Hamidah terus menangis, air matanya mengalir membasahi pipi.

Hatinya teramat sedih, pilu menghiasi ruangan kamar Rania.

Di depan rumah sakit, Jali langsung berlari, dia menuju tempat pendaftaran. Mengecek nama Rania, pasien tabrak lari.

"Sus ada nama pasien Rania," Jali cemas, ia berdiri sambil menunggu.

"Ada Pak, di kamar 302, silahkan," Jali bernafas lega, ia menelusuri lorong rumah sakit.

Suara tangis menggema, hati Jali terenyuh. Dia membuka pintu kamar sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," Perlahan tangannya, membuka pintu.

Hamidah dan suaminya, menoleh, tidak menyangka Jali datang menjenguk anaknya.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang