Pilihan Sulit

1.4K 81 0
                                    


Selamat membaca. Komentar teman-teman sangat berharga membuat penulis jadi semangat.

Nisa dilema, dia tidak menyangka Rendi akan melamarnya.  Dia jadi salah tingkah.

Alunan musik terdengar meramaikan suasana. Tatapan Rendi terasa sangat tajam, jantung Nisa hampir copot, dia deg-degan. Bagaimana bisa Rendi melamar dirinya yang berstatus seorang Janda. Rendi layak mendapatkan yang lebih baik dari dirinya.

Hati Nisa dilema, sungguh di hadapkan dengan pilihan yang sulit.

"A...ku," ucap Nisa terbata-bata, dia bingung mau menjawab apa.

"Maukah kamu menikah denganku?" Tanya Rendi sekali lagi. Berharap Nisa memberikan jawaban.

Nisa meremas dress yang dia pakai, keringat dingin membasahi pipinya. Suasana semakin menegang. Meski Alunan musik masih terdengar.

Rendi terus memandang Nisa, ia memandang lurus pada pemilik wajah manis, dan mempunyai hati yang sangat lembut.

Sedetik, dua detik, Nisa belum memberikan jawaban. Kegamangan hatinya membuat dia dilema.

"Temui Ibu dan Bapakku," Akhirnya hanya kata-kata itu yang lolos dari bibir mungil Nisa.

Rendi menutup kembali kotak cincin berlian, merasa dirinya tertantang.

'Baiklah, aku akan menghadapi kedua orang tuanya lebih dulu,'

Nisa menghela nafas lega, dan mengelap keringatnya dengan tisu. Keduanya menjadi canggung.

Makan malam di akhiri dengan hening. Baik Nisa maupun Rendi hanya diam, hanya alunan musik yang meramaikan suasana.

Pulangnya, Rendi mengantar Nisa sampai di depan ruko.

"Makasih ya Ren, makan malamnya hari ini," Nisa merasa canggung.

"Ya," sahut Rendi berusaha tersenyum meski belum mendapatkan Nisa. Masih harus berjuang.

Hati Nisa bimbang, bukankah ini terlalu cepat?

Atau memang dia yang belum siap membina rumah tangga baru.

****
Sinar mentari menembus cahaya di dinding, Nisa menyibak tirai jendela dan beranjak dari tempat tidur. Dia memulai hari ini dengan penuh semangat.

Nisa menunaikan Ibadah sholat Subuh, kemudian menyiapkan sarapan untuk Fauzan dan Rafi. Lalu dia membangunkan Raffi dengan lembut, Nisa mencium pipi Rafi dengan penuh kasih sayang.

"Ibu, semalam kemana?" Tanya Rafi, semakin hari kosa katanya semakin jelas, umur Rafi menginjak usia empat tahun.

Sulungku semakin besar saja. Badannya pun tampak berisi. "Semalam Ibu ada urusan, " Sahutku.

Raffi hanya diam, kedua bola matanya memandangku lekat, perlahan dia bangun dari tempat tidur.

Aku membiarkannya sementara. Menunggu nyawanya kumpul. Setelah beberapa detik dia mulai berdiri.

"Makan," ucap Rafi, aku menemaninya ke dapur.

Dia sangat senang saat melihat Ayam Goreng favoritnya tersaji di meja makan.

"Bu...bu," Panggil Fauzan, Fira mengikuti langkah Fauzan dan menyiapkan sarapan pagi.

Melihat mereka berdua aku teringat Rendi, bagaimana pendapat Rafi jika aku menikah lagi?

Sebagai seorang Ibu aku tidak ingin mementingkan perasaanku sendiri, bagaimanapun anak-anakku lebih aku prioritaskan.

***

Di sisi lain Ida sedang mengunjungi Raja di penjara.

"Gimana keadaan kamu di sini?" Tanya Ida, dia ingin membebaskan Raja tapi tidak semudah yang dia bayangkan. Salah satu cara meminta Nisa mencabut laporan, tapi Jali pun tidak bisa membujuk mantan istrinya.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang