Ternyata Laki-laki itu

2.2K 148 0
                                    

Makasih buat teman-teman yang setia menunggu.

"Ini pesanannya, Mas" Nisa menaruh dua mangkuk seblak di atas meja laki-laki misterius itu.

Dahi Nisa mengernyit, mungkin pesanan seblak yang satunya untuk temannya, tatkala ia melihat laki-laki itu hanya seorang diri.

Kenapa Nisa harus peduli?

"Mbak Nisa kan?" Laki-laki itu membuka suaranya, terdengar sangat ramah.

"Iya," sahut Nisa heran.

"Ternyata benar selama ini saya beli seblak di warung Mbak Nisa,"

"Maaf siapa ya?" tanya Nisa.

"Saya Rendi, asisten Bu Latifa, kalau mbak ada waktu, Ibu ingin sekali bertemu dengan Mbak Nisa, karena sekarang Ibu lagi sakit,"

"Sakit?" tanya Nisa, ia sudah lama sekali tidak bertemu dengan Bu Latifa, sibuk mengurusi warung dan proses cerai.

"Iya, Mbak sambil di makan seblaknya,"

Netra Nisa membelalak, ternyata Rendi sengaja memesan seblak untuknya, Nisa melambaikan tangan pada dua asistennya, Sofia segera menghampirinya.

"Kamu tolong handle warung dulu ya, saya ada urusan sebentar,"

"Baik, Bu,"

"Maaf ya, Mbak saya jadi ngerepotin,"

"Nggak apa-apa, kebetulan sudah lama sekali saya tidak bertemu Bu Latifa, sibuk mengurus warung, ya seperti yang Mas lihat sekarang,"

Rendi tersenyum, sembari mengaduk-aduk seblak, ia menikmati suapan demi suapan. Rasanya selalu enak dan konsisten tak pernah berubah. Sedangkan Nisa hanya makan sedikit sambil bertanya-tanya kondisi Bu Latifa.

"Ibu sakit diabetes sudah hampir tiga bulan bulak-balik rumah sakit, ada luka di bagian kaki kanannya jadi perlu perawatan,"

Nisa merasa sedih, kondisi Bu Latifa sekarang berubah, ia hampir tak percaya. Setau Nisa, Bu Latifa sudah mengurangi makanan manis saat ia masih bekerja di sana. Nisa memutuskan menjenguk Bu Latifa sore hari ini.

Seblak di hadapan Rendi sudah habis, ia menyeruput segelas air putih.

Suasana warung ramai pengunjung, Irma dan Sofia duduk bersandar di bangku. Mereka tampak lelah.

"Kalau begitu saya pamit, Ibu pasti senang mendengar Mbak Nisa mau menjenguk sore hari ini," Rendi mengulas senyum, ia terlihat ramah.

"Kalau Ibu senang saya juga ikut senang, sampaikan salam saya buat Ibu," Imbuh Nisa, mereka berjalan ke depan warung.

Rendi melambaikan tangan, ia masuk ke dalam mobil.

****

Raffi berlari menghampiri Nisa, ia minta di buatkan telur ceplok. Meskipun sudah ada yang momong, Raffi hanya ingin Nisa yang membuatkan telur ceplok.

Nisa mengambil dua butir telur, lalu memasaknya dengan api cenderung tidak terlalu besar agar telur tidak cepat gosong.

"Bagaimana Mbak, Fauzan anteng hari ini?" tanya Nisa.

"Sudah mulai terbiasa Bu," sahut Fira seraya tersenyum.

"Sore ini kita mau pergi keluar, siap-siap ya,"

Fira mengangguk sambil menenangkan Fauzan yang mulai merengek minta di gendong Ibunya.

"Cup...cup anak manis," Nisa mengambil alih Fauzan, ia menyuapinya dengan cemilan Snack bayi.

Ekspresi wajah Fauzan berubah menjadi senang, ia menikmati cemilan yang di berikan Ibunya. Sedangkan Raffi duduk di depan warung sambil makan telur ceplok kesukaannya.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang