Aku sudah move on Bang!

1.4K 78 0
                                    


"Ren," Panggilku saat tiba di kantor, dia tampak acuh tak acuh seperti biasanya. Sikapnya dingin, tak ada senyum yang tampak di wajahnya.

"Ya," Sahutnya datar.

Aku jadi serba salah, padahal aku tidak salah!

"Yang kemarin itu maaf, memang aku ada tamu makanya nggak bisa ikut,"

"Kenapa kamu nggak bilang,  aku bisa paham kalau kamu dekat sama cowok lain, jadi karena dia kan kamu nolak aku?" Tanya Rendi, sorot matanya tampak kecewa.

Aku tidak bermaksud melukai hati Rendi.

"Aku duluan," Katanya tanpa menoleh.

Jujur, aku merasa tidak enak, tapi semua terjadi karena tanpa rencana, aku tak tau, Rendi akan datang dan Farhan pun hadir bersama kedua orang tuanya.

"Bu...Ibu udah lihat belum beritanya?" Kata asisten Bu Latifa.

'Berita apa?' Tanyaku dalam hati.

"Semua orang udah tau Bu kalau Ibu bukan anak kandung Bu Latifa cuma anak yang di angkat karena aji mumpung saja bisa meneruskan perusahaan," Katanya lagi, aku sangat kaget, siapa yang membuat berita seperti ini!

"Kamu tau dari mana?" Tanyaku penasaran.

"Di grup ada yang bikin beritanya sampai heboh,"

Aku menghela nafas panjang, pantas saja kemarin orang-orang menatapku dengan tatapan aneh. Memangnya apa yang salah?

Aku mengecek pesan di grup, kemudian membukanya, nomor yang tidak di kenal, menyebar berita.

****
Jam istirahat sudah tiba, aku keluar mampir ke cafe.

"Enak banget ya jadi Bu Nisa, cuma numpang hidup sama Bu Latifa makanya dia bisa di angkat jadi direktur,"

"Lu jangan berharap, dia kebetulan aja beruntung,"

Sayup-sayup aku mendengar suara mereka, hati ini terasa sakit, mereka iri dengan keberuntungan yang aku dapatkan. Tapi aku mengabaikannya.

Pikiranku melayang, hari ini Rendi tidak bersahabat begitu pun gosip yang menyebar membuat kepalaku pusing.

Segelas lemon tea dan steak kusantap. Ingin menelfon anak-anak rasanya. Apalagi Fira belum berkabar untuk pulang.

Kulihat grup messenger, sepi sekali. Lalu aku teringat sore ini ada kondangan ke pernikahan Bang Jali dan Rania.

****

Sepulang kerja aku segera membersihkan diri, mandi dan mengganti baju. Anak-anak aku ajak, warung pun tutup lebih cepat.

Irma, Cahaya, Intan dan Sofia mereka juga aku ajak, kamu akan pergi bersama menuju pernikahan Bang Jali.

Aku mengoles make-up tipis agar terkesan flawles, lalu menggunakan dress berwarna coklat susu dengan jilbab senada.

"Bu, Ibu cantik banget," Puji Irma saat aku turun bersama anak-anak, sedangkan Ibu dan Bapak tidak mau hadir.

"Masa sih,"

"Iya, cantik Bu, dandanannya juga bagus, bajunya ituloh kelihatan elegan," Sofia menambahkan.

"Hem, bisa aja kalian ini, muji atau ada maunya nih?" Tanya dan candaku.

"Bener Bu, masa kami bohong,"

Aku tertawa, kami sangat heboh.

Rafi dan Fauzan memakai kemeja yang sama. Mereka tampak ganteng hari ini.

"Pulangnya jangan malam-malam, salaman udah pulang aja," Rossa mengingatkan, heran anaknya mau hadir di acara mantan suaminya.

"Lama dikitlah Bu, biar keliatan nggak cemburu, aku kan kuat,"

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang