Ada apa ini?

1.2K 74 0
                                    

Terimakasih sudah setia menunggu cerita ini. Bantu penulis tumbuh dan berkembang dengan share cerita ini, dan berikan vote ya teman-teman.

****

Keesokan paginya, aku terkejut dengan kedatangan Bapak dan Ibu, mereka sudah berdiri di depan pintu menjinjing tas besar.

"Bu, kok mau kesini nggak bilang-bilang sih!" ujarku, sembari mencium punggung tangannya.

"Sengaja, Ibu kesini kebetulan di kampung lagi musim rambutan, ini Ibu bawa banyak,"

Aku menepuk jidat, padahal di kota juga banyak pedagang buah menjajakan rambutan.

"Di sini juga banyak Bu,"

"Tapi mahal, mending di kampung masih murah," Kata Ibu terkekeh. Keduanya langsung masuk ke dalam rumah.

Ibu duduk merebahkan tubuhnya, sementara aku membawakan tas Ibu ke dalam kamar.

"Bu, tasnya aku taruh sini ya," Kataku sambil tersenyum.

"Iya..."Sahut Ibu sambil memperhatikanku.

Lalu aku menyiapkan sarapan pagi, membuatkan minuman untuk Ibu.

"Ibu kesini mau bilang, kalau Farhan ada niatan untuk melamar kamu, besok dia datang kesini mau menanyakan kepastian, kalau sudah deal baru dia bawa keluarganya kemari,"

"Maksud Ibu, Farhan mau lamar aku?" Tanyaku bingung, mengapa dadakan sekali atau memang sudah di rencanakan.

"Iya, kamu ingat waktu Ibu bilang kalau Minggu depan siap nggak?"

Oh, aku baru ingat kalau Ibu pernah bilang beberapa hari yang lalu. Rasanya aku sama sekali tidak percaya, Farhan temanmu ingin melamar aku yang berstatus janda.

"Gimana, gimana jadinya, kamu kira-kira terima dia nggak?" Tanya Ibu lagi membuatku membisu.

"Bu, kita baru datang jangan tanya-tanya dulu, biar Nisa menentukan pilihan hatinya sendiri," Bela Bapak, aku bernafas lega

"Bapak, ini orang Ibu cuma tanya," Gerutu Rosa sambil memanyunkan bibirnya.

Aku hanya diam, bagaimana ini Farhan malah mau melamar, aku jadi bingung.

"Raffi, Fauzan salim dulu ini ada nenek datang," Kataku sembari menemani mereka menghampiri Ibuku yang sedang duduk.

Raut wajahnya tampak senang kala Raffi dan Fauzan datang menghampiri.

"Duh udah pada gede, ini," Rosa tersenyum manis, perasaan senang meliputi hati

Mereka bercengkrama di ruang santai, aku duduk di tengah menemani Ibu dan Bapak, Fira ikut nimbrung.

"Nih rambutan, banyak banget," Kataku sambil memetik satu Rambutan dari tangkainya dan membukakan untuk Raffi.

Dia senang sekali sementara Fauzan geli memegang bulu rambutan.

****

Perasaan hatiku bimbang, menyiapkan menu makanan untuk sore ini, sambil mengupas kentang, aku memikirkannya.

"Masak jangan ngelamun," Celetuk Ibu sudah ada di belakangku sambil mengendong Fauzan yang manja sama Ibu.

"Nggak ngelamun kok Bu, cuma lagi menghayati aja,"

"Sama aja itu mah," Timpal Ibu, aku terkekeh.

"Bu...ada Bapak di depan," ucap Irma, aku melirik.

"Bapak siapa?" Tanyaku bingung.

"Pak jali," Katanya lagi, sontak aku terkejut untuk apa dia kesini lagi?

***

"Ini undangan pernikahanku sama Rania, datang ya," Bang Jali memberikannya kertas undangan pernikahan.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang