Gosip usaha baru Jali

1.3K 76 0
                                    

"Nisa, MasyaAllah tambah cantik aja, mau kemana?" Tanya Bu Hindun melihatku hendak pergi melihat perkembangan bangunan rumah yang akan aku tempati.

"Mau survei rumah Bu Hindun," sahutku sambil memperhatikan Rafi yang mulai masuk ke dalam mobil, sementara Fauzan di gendong Fira.

"Mau beli rumah Nis?" Bu Hindun terus bertanya, kagum dengan kemajuan Nisa.

"Do'akan saja Bu,"

"Hebat ya, udah punya usaha, mobil sekarang rumah baru, nggak kalah sama Jali sama Istrinya mereka juga buka usaha baru loh,"

"Oh ya Bu, Nisa malah nggak tau,"

"Buka usaha baju serba tiga lima, tokonya dekat persimpangan jalan, tapi kasihan sih Bu Ida, kemarin saya lihat belanja sendiri ke pasar nggak ada yang bantuin,"

'Rupanya Bang Jali dan Rania buka usaha baju, jadi toko baru yang aku lihat kemarin punya mereka,' Batin Nisa.

"Ya, Nis, begitu ceritanya, Ibu mau beli seblak, "

"Silahkan Bu, Nisa berangkat dulu, anak-anak udah pada nungguin," Papar Nisa lagi sambil berjalan menuju mobil.

"Bu, lama," Protes Rafi yang sudah menunggunya.

"Tadi ada tetangga rumah masa Ibu tinggal hayu kita berangkat," Nisa menyetir mobil, dia melewati toko Jali dan Rania. Sudah buka dan ada beberapa pembeli.

'Toko Baju serba tiga lima Ranjai,' Aku baru sadar nama itu singkatan dari Rania dan Jali.

****

"Kamu nggak masak lagi?" Tanya Jali, saat pulang kerja tak ada masakan di meja makan hanya nasi goreng dan sisa ayam kemarin.

"Beli aja," Sahut Rania ketus, lelah habis mencuci baju. Padahal Rania sudah menaruh cucian di ember yang sama dengan Ida, tapi mertuanya tidak mau mencuci bajunya.

Jali mendengus kasar.

"Aku capek abis nyuci baju lagian Ibumu nggak mau bantu sama sekali,"

"Ibu?" Jali mengerutkan keningnya.

"Ya Ibu kamu siapa lagi, aku udah taruh cucian di ember tapi Ibu kamu malah cucu bajunya sendiri,"

"Rania, memangnya Ibu aku ini pembantu, kamu cucilah baju kamu sendiri, jangan samakan seperti di rumah kamu!" Hardik Jali, tidak mengerti jalan pikiran Rania. Memang dia terlalu di manja sehingga malas sekali.

Rania malah memanyunkan bibirnya, dia masuk ke dalam kamar.

"Bilang apa istrimu sama kamu?" Tanya Ida, mendengar suara keributan. Mengganggu dirinya yang sedang beristirahat di dalam kamar.

"Capek katanya abis nyuci baju makanya belum masak," Jali menutupi ucapan Rania, dia khawatir Ibunya akan marah-marah. Dan Jali tidak ingin mendengar keributan, dia pun sama lelahnya baru pulang kerja.

"Baru nyuci, memangnya yang membersihkan rumah itu siapa, Ibu yang beres-beres rumah, dia cuma di dalam kamar aja, masak aja enggak, lagian masih ada sisa ayam, kamu kalau mau makan, makan aja yang ada atau beli di luar, Ibu pusing lihat Istri kamu," Tukas Ida sambil mengerucutkan bibirnya, persis ikan cucut.

"Ya, Bu," Sahut Jali, dia malas berdebat lagi.

Rania jengah, dua hari pernikahan, Mertuanya sama sekali tidak bersahabat. Dia ingin pulang ke rumah, kangen dengan Ibu dan Bapaknya, di rumah sendiri dia bisa santai tanpa memikirkan pekerjaan rumah.

"Aku mau pulang Bang," Kata Rania, membuat Jali kaget, baru dua hari menikah apa kata orang tua Rania nanti?

"Rania kita ini baru nikah, masa kamu udah mau pulang, di sini aja dulu," Bujuk Jali, berharap istrinya berubah pikiran.

"Memangnya kenapa Bang, aku mau istirahat di sana, Ibumu bikin aku nggak betah, suruh inilah, itulah, aku salah terus," Protes Rania, dia mau pulang saja.

"Nanti apa kata Ibu dan Bapakmu kalau kamu pulang, baru dua hari loh nikah, nanti mereka kira ada apa-apa lagi," Sahut Jali perasaannya khawatir.

"Ibu sama Bapak nggak rese kaya Ibu kamu!" Ketus Rania, Jali tidak terima Ibunya dibilang rese tapi dia mengesampingkan emosinya dan menegur baik-baik.

"Nggak boleh ngomong begitu, kita ini sudah menikah, Ibu aku, itu orangnya baik kalau kamu bisa ambil hatinya,"

'Malas banget,' Batin Rania, dia terpaksa saja menikah dengan Jali untuk menutupi aibnya karena laki-laki yang dia kenal tidak mau tanggung jawab.

"Ya...ya," Sahut Rania mengalah dia harus bisa keluar dari rumah ini, sementara waktu.

"Ya udah tapi aku mau tinggal di rumah Ibu dulu, nanti uang belanja aku kasih buat Ibu kamu," Rania membujuk, Jali tidak mementingkan soal uang tapi mungkin Ibunya akan setuju.

"Terserah kamu, kalau mau pulang, ya jangan tiap hari juga di sana, nanti orang-orang pada ngomongin masa kita pisah rumah," Keluh Jali, dia malu dengan tetangganya.

"Ya...paling empat hari aku di rumah Ibu, nanti dia hari di sini gimana?" Tanya Rania.

Jali mengangguk tanda setuju.

Rania mengemasi pakaiannya sebagian, dia senang sekali akhirnya Jali mengizinkannya untuk pulang.

"Loh kamu mau kemana Jali?" Tanya Ida hari sudah mau petang, tapi tas besar sudah berada di depan kamar anaknya.

"Rania mau pulang ke rumah Ibunya Bu,"

"Pulang, memangnya kenapa di sini?" Tanya  Ida cemas khawatir Rania mengadu pada orang tuanya. Dia tidak bisa membiarkan Rania pergi.

"Rania, kenapa mau pulang?" Tanya Ida lembut, sambil tersenyum manis.

"Mau pulang aja Bu, nanti ke sini lagi kok" Sahut Rania santai, melirik Jali.

"Di sini aja, kalau kamu nggak mau beberes rumah nggak apa-apa, biar Ibu yang beberes dan masak, kamu istirahat aja ya," Bujuk Ida.

"Nggak apa-apa Bu, Rania mau pulang aja, ini Rania mau kasih uang buat belanja, Rania kan nggak bisa bantu Ibu,"

Netra Ida melirik pecahan lembar merah, ada sepuluh lembar.

'Lumayan,' Batin Ida tapi dia khawatir Rania akan mengadu, jadi dia tidak boleh terpengaruh dengan uang.

"Di simpan aja uangnya, kamu di sini aja temani Ibu," Ida masih tersenyum, sedangkan Rania sudah malas, nanti juga Mertuanya banyak memerintah.

"Rania mau pulang Bu, Ibu jangan khawatir Ibu sama Bapak juga tidak akan marah," Rania meyakinkan mertuanya.

"Tapi baru dua hari loh, apa nggak sebaiknya tunggu seminggu dulu baru kamu pulang, kesannya nggak bagus,"

Rania menghela nafas dia kesal, Mertuanya seperti sengaja mencegah dirinya untuk pulang.

"Aku mau pulang Bang, Abang juga tadi udah bilang 'Iya,' " Rania mendesak Jali.

"Biar Jali yang bicara sama Ibu dan Bapak Rania nanti Bu," Jali buka suara, kalau di tahan pun Rania pasti marah. Sedangkan Jali sudah pusing dengan keadaan Rania yang uring-uringan di rumahnya sendiri. Mungkin dengan pulang ke rumah orang tuanya, Rania bisa berubah.

Hanya orang tua Rania yang bisa menasehati dirinya. Bahkan Rania pun membantah Jali.

Jali pun bicara dengan Ibunya.

"Biarkan dia pulang dulu Bu,"

"Kalau dia ngadu bagaimana?"

"Ibu tenang, dulu, biar Jali yang bicara sama Rania urusan itu,"

Terpaksa Ida menuruti kemauan Rania.

'Dasar mantu manja,'

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang