Tuduhan Rania

1.5K 106 1
                                    

Selamat membaca sebenarnya ini mau update dari kemarin tapi karena sibuk di duta, jadi baru sempat up.

Terimakasih buat teman-teman yang selalu mendukung cerita ini.  Boleh mampir juga ke f**z*o di sana ada cerita saya, judulnya pesanan madu calon suamiku. Nama penanya Ismi Aghnia ya. Merapat yang punya aplikasinya, mohon baca jangan di skip. Tidak suka di gulir saja.
****

Lelah seharian berbelanja di pasar, aku menaruh titipan para pegawai di atas meja kasir.

"Wah, makasih ya, Bu," Mata Irma berbinar, ia tersenyum senang.

"Iya sama-sama,"

"Bu...Bu," teriak Fauzan berlari ke arahku. Semakin hari semakin pandai saja ia berjalan dan berlari.

"Fauzan, Ibu punya ini!" Aku mengeluarkan mainan dari dalam plastik.

Mainan pistol-pistolan yang mengeluarkan bunyi.

"Wah...." ucap Fauzan, aku terperangah, melihat ekspresi wajah Fauzan. Siapa yang mengajarinya?

"Mainnya di atas aja ya, " Aku menuntun Raffi sambil menggendong Fauzan menaiki anak tangga.

"Bu biar saya bantu," Tawar Intan, aku menengok ke arahnya, menyerahkan Fauzan.

"Berat nggak, biar saya aja,"

Intan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Pertanda ia tidak keberatan.

Kulihat Raffi sudah mengantuk, akhirnya kusuruh Raffi ganti baju dan Istirahat di kamar.

"Selamat tidur ya, mimpi yang indah," Aku mengelus kening Raffi.

Pelan-pelan kubuka daun pintu agar tidur Raffi tidak terganggu, setelahnya merebahkan tubuh di atas kasur, Fauzan asik dengan mainannya mereka bermain di ruang tamu.

Entah sampai jam berapa aku terjaga, tak kudengar lagi suara Intan dan Fauzan di luar.

Suara dering ponsel membuatku terbangun.

[Aku udah sampai] Pesan Farhan.

Aku merapikan jilbab, saat melewati ruang tamu tampak sepi. Tak lama intan keluar dari kamar Raffi.

”Fauzan tadi udah ngantuk Bu, jadi saya bawa ke kamar,"

"Syukurlah kalau dia udah tidur, kamu udah makan siang?" tanyaku karena kulihat Intan belum istirahat.

"Belum, Bu,"

"Istirahatlah dulu, nanti kamu sakit,"

"Siap, Bu,"

Aku turun ke bawah bersama Intan.

"Hei," Sapa Farhan.

"Langsung ke atas aja ya, soalnya anak-anak lagi tidur ga ada yang jaga,"

Farhan mengangguk setuju.

"Ini titipan dari Ibu kamu," Farhan menyodorkan dua plastik hitam berisi baju dan buah alpukat.

"Maaf ya, jadi ngerepotin,"  ucapku sambil menaruh segelas air putih dingin dan cemilan.

"Aku senang kok, apalagi liat bidadari," sahut Farhan, menuju lebih tepatnya melempar rayuan gombal.

"Sejak kapan Farhan yang aku kenal bisa gombal," Tawaku berderai.

Farhan tersenyum lebar, ia terdiam.

"Oh ya Nis, aku ga lama karena ada urusan lain, salam sama anak-anak, semoga kamu suka ya,"

Aku menautkan dua alisku, mencerna ucapan Farhan. Kutahan rasa penasaran mengucapkan terimakasih telah meluangkan waktunya.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang