Bab 18

2.2K 152 2
                                    

Assalamualaikum bagaimana nih kabarnya teman-teman.

Terimakasih yang sudah setia menunggu. Cerita ini akan update sampai selesai.

"Bapak bisa lihat sendiri, di CCTV ini i jelas tidak ada sehelai rambut yang masuk ke dalam seblak, bahkan karyawan saya menggunakan sarung steril saat membuat pesanan pembeli dan satu lagi tidak sengaja terlihat mereka yang bergantian melaksanakan sholat duha, tidak ada rambut karyawan saya sepanjang rambut yang ada di dalam seblak," Paparku, aku mulai curiga dengan laki-laki di hdapanku ini

Jangan-jangan dia mau memeras kami dengan cara yang tidak benar. Menjatuhkan usahaku.

Raut wajah Dino memerah, kali ini ia kena telak banyak dari pemilik warung.

Beberapa saksi menatap sinis seakan menguliti Dino.

"Dan Mbaknya, juga bisa lihat sendiri tadi, mau saya viralkan karena telah mencemarkan nama baik saya, juga memfitnah kedua Karyawan saya," Lanjutku, aku mulai geram dengan kedua orang ini.

Entah apa motifnya mereka melakukan fitnah di warung seblak milikku.

Mereka berdua hanya diam, tidak ada satu pun yang bersuara.

"Sudah Mbak  viralkan balik saja daripada warung Mbak sepi gara-gara mereka berdua ini," ujar pembeli lainnya.

Sofia dan Irma berdiri di belakang, wajah mereka tampak lebih tenang karena aku berhasil membuka tuduhan.

"Telfon polisi, Sofia, laporkan dua orang ini atas nama pencemaran nama baik,"

"Jangan, Mbak saya mohon maafkan kami berdua," Wanita itu mengiba, ketakutan melanda.

"Minta maaf sama karyawan saya dan kamu harus bertanggung jawab membersihkan nama warung saya di hadapan para pembeli," Ungkapku, ternyata gertakanku berhasil membuat hati mereka ciut.

"Kamu sih,"

"Kamu,"

Mereka berdua saling senggol-menyenggol. 

"Sudah jangan main salah-salahan, ayo minta maaf,"

Kedua karyawanku hanya diam.

"Iya minta maaf, kalian berdua," Seru pembeli lainnya.

"Maaf, ya Ka. Mbak kami hanya mengerjakan perintah dari orang yang menyuruh kami,"

Apa aku tidak salah dengar?

"Siapa yang menyuruh kalian?" tanyaku cepat, biar kubuat perhitungan.

"Bu Ida,"

Aku terperangah, keterlaluan sekian lama mereka tidak mengganguku lagi sekarang membuat masalah baru.

Setelah kejadian di warung, aku menemui Ibu mertuaku.

"Bu,"

"Ngapain kamu kesini, cari Jali?" tanya Ida, mungkin ia belum tau kejadian di warung tadi.

"Ibu suruh mereka berbohong di warungku dan meminta kerugian yang tidak masuk akal,"  Aku bersungut-sungut, mertuaku licik sekali.

Ida memandang Doni dan Rini, dua orang yang ia suruh.

"Siapa mereka ibu nggak kenal," Kilah Ida.

Nisa memperlihatkan bukti percakapan lewat smartphone, ada komunikasi yang terjalin di antara mereka bertiga.

Ida tak bisa mengelak lagi.

"Hei kau mantu tidak tau diri, seharusnya kau membalas semua yang telah di berikan anakku Jali, setelah kau sukses bahkan tidak ingat pada kami, anggap saja itu semua teguran,"

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang