Harapan Ibu

1.6K 103 0
                                    

Ibu sama Bang Jali cuma berdua?" tanya Raja, dia baru menyadari Bapaknya tak ikut.

"Oh itu...."

***

"Bapak tadi ada urusan, makanya nggak bisa ikut," Jali angkat bicara.

Ibu bernafas lega, syukurlah Jali membantunya menjelaskan.

"Padahal Raja juga kangen sama Bapak," Semenjak Raja mendekam dalam penjara dia sangat menyesal dan merindukan Bapaknya.

Ibu merasa bersalah karena belum berani mengatakan yang sebenarnya.

"Sudah cepat makan,"

Raja manut, mereka menikmati makan siang bersama.

Waktunya habis.

Raja menoleh pada penjaga sel. Dia menghela nafas, berat rasanya melepas kepergian Ibu dan Abangnya.

Saat mereka keluar sel, Ida melihat laki-laki yang mirip seperti suaminya.

"Bapak," Lirih Ida suaranya nyaris tak terdengar namun Jali masih bisa mendengarnya.

"Mana Bapak, Bu," Jali mengedarkan pandangannya ke sekeliling area.

Tak ada sosok yang mirip Bapaknya hanya ada satu laki-laki berpakaian mirip dengan Bapaknya, dia berdiri menunggu giliran membesuk.

"Itu...." Ida menunjuk. Jali refleksi melihat, namun tak ada siapa-siapa di sana. Mungkin Ibunya berhalusinasi.

Jali menggenggam erat tangan Ibunya seolah anak kecil yang takut kehilangan seorang Ibu.

"Mari kita pulang, Bu,"

***
"Eh...Bu Ida, darimana?" tanya Bu Hindun mereka berpapasan di jalan.

"Kedepan, Bu," Jawab Jali sekenanya karena malas menanggapi tetangganya.

"Oh, si Raja sekarang nggak keliatan, udah balik kerja lagi dia?" tanya Bu Hindun lagi, beginilah ketika satu pertanyaan di jawab akan merembet, yang membuat Jali malas.

"Iya, Kerja Bu," Timpal Ida.

"Beruntung ya Raja masih bisa kerja, padahal mantan napi," Sindir Bu Hindun.

"Eh, Bu, kalau mau nyindir mending ga usah nanya," Ida tersulut emosi, dia menarik tangan Jali.

"Ayo cepat Jali," Ida terburu-buru.

Sampai di rumah, Ida menaruh tasnya di atas sofa. Tangannya mengambil ponsel dari dalam tas. Segera dia menawarkan kontrakannya lewat media sosial.

Ida sakit hati menjadi bahan cibiran tetangga. Maka dari itu dia lebih memilih diam di dalam kamar daripada keluar rumah. Hanya membuat dirinya semakin sakit mendengar perkataan pedas tetangga.

"Bu, jangan diambil hati omongan Bu Hindun," Jali duduk di depan Ibunya sambil membawa segelas kopi.

"Sakit hati Ibu Jali, mendengar omongan tetangga, Ibu tidak terima adikmu di rendahkan, pokoknya kita jual kontrakan supaya Raja bebas setelah itu kita beri dia modal usaha biar ga di julidin tetangga," Ida sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Ibu mau kasih modal usaha buat Raja?" tanya Jali sedikit tak rela.

Saat Jali diberhentikan dari perusahaan karena dia banyak melanggar aturan, Ibunya marah-marah, menyuruhnya mencari kerja dan menikahi anak kepala Desa supaya derajat mereka naik.

"Iya, kamu tau sendiri Jali, adikmu itu tidak bisa lagi melamar di perusahaan lain, sulit buat dia mencari kerjaan baru, satu-satunya jalan memberikan modal usaha, kalau kamu kan masih bisa cari kerja sendiri," Jelas Ida panjang lebar agar tidak ada salah paham.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang