Kebohongan Jali

2.5K 175 2
                                    

hari ini kita update tiga bab dulu ya🥰 besok lanjut lagi...per bab.

Pagi-pagi sekali aku sudah belanja ke warung Mbak Marni mumpung Fauzan belum bangun.

"Mbak aku mau ayam sekilo sama sayur sop," ujarku sambil memilih sayuran.

"Ada lagi tambahannya Mbak?" tanya Mbak Marni seperti biasanya. Aku berpikir sejenak mencari makanan instan yang mudah di sajikan.

"Nugget deh sama bakso udah itu aja Mbak,"

"Siap penglaris nih,"

"Alhamdulillah Mbak lagi ada Rezeki," sahutku karena kemarin Bapak mertuaku memberi dua pecahan lembar merah.

"Wih belanja banyak nih," ucap Desi tetanggaku.

"Alhamdulillah Mbak lagi ada sedikit rezeki,"

"Yah suamimu kan kerjanya di perusahaan sepatu satu perusahaan sama suamiku, gajinya aja kalau lembur besar bisa sampai tujuh juta kalau nggak lembur yah standar UMR, empat juta lebih, masa tiap hari makannya irit banget kasian anakmu lagi masa pertumbuhan," Cecar Desi.

Ternyata gaji suamiku lumayan besar, aku ingat empat bulan belakangan ini Bang jali sering lembur.

Aku hanya tersenyum tak menjawab perkataan Desi. Setidaknya aku dapat informasi baru.

Keterlaluan Bang Jali dia bisa-bisanya menghabiskan uang gajinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja sedangkan kami harus irit tiap hari.

Pulang dari Warung, Kulihat Fauzan masih tidur aku bernafas lega, Raffi sudah bangun dia duduk memainkan mainnya. Sementara Bapaknya asik main game di ponsel.

Raffi tidak berani memainkan ponsel Bang Jali karena sering dimarahi. Alhasil dia tidak terlalu dekat dengan Ayahnya sendiri. Ia sering memainkan ponselku tapi masih aku beri batasan waktu dan dia paham walau awal-awalnya kecanduan dan sering tantrum bila tidak diberikan.

"Nah gini dong masaknya enak, kalau begini kan aku jadi betah di rumah," Wajah Bang jali sumringah saat membuka tudung saji.

"Kalau mau makan enak yah kasihlah aku uang makan  tidak di campur dengan semua kebutuhan rumah tangga, khusus untuk makan sehari-hari," sahutku kesal, memberi uang bulanan saja pas-pasan mau makannya enak tiap hari. Sepuluh ribu  mana bisa di belikan ayam di warung Mbak Marni.

Bang Jali menikmati sarapan paginya, " Kau saja yang tak pandai mengatur uang,"

"Iya aku memang aku tidak pandai mengatur uang jadi bulan depan Abang saja yang atur semuanya, berikan aku uang untuk makan enam ratus ribu sebulan," Sungutku terpancing emosi biar dia tau rasanya mengatur keuangan.

"Buat apa enam ratus ribu hanya untuk makan boros sekali," sahut Bang Jali enteng.

"Ya sudah Abang saja yang atur semuanya aku tinggal masak saja," Tantangku aku sudah geram tak bisa aku tahan lagi. Sekali-kali aku harus beri pelajaran pada suamiku.  Baru minta dua puluh ribu sehari saja sudah hitungan padahal untuk makan ber empat.

"Aku tak takut masa atur keuangan aja nggak bisa," Kata Bang Jali percaya diri.

'Lihat saja sampai mana dia sanggup mengatur semuanya sendirian,' batinku.

***

"Makan dulu yah Fauzan, Ibu gendong ya," Aku mengajak Fauzan keluar rumah. Ia memang tidak betah makan di dalam rumah. Jangan tanya kursi bayi untuk makan karena Bang Jali tidak mau membelikan untuk anaknya jangankan kursi bayi, baby Walker aja dia tak mau . Pemborosan katanya.

"Bang Jali...." Teriak Raja.

Jali segera keluar rumah, ia sudah selesai makan.

"Apa Ja?" tanya Jali.

Balas Dendam Istri Yang Kau Remehkan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang