Denting air menetes pada atap ruang yang ku sebut kamar. Sang awan menumpahkan beban nya, dan aku menikmati suasananya. Jika dulu kau dekap aku dengan erat di bawah gelapnya sinar rembulan, tapi sekarang aku hanya meringkuk menahan dingin yang menyengat hingga tulang. Jika dulu kau mengajakku bercerita di balik lemari kayu yang kian usang, kini aku hanya menahan jeritan di bawah selimut penuh tikam. Tuan, kau ingat? saat aku meraung menahan sesak yang kian mencekik membuatku sekarat lalu kau datang dengan satu tangkai mawar hitam seraya berkata "aku ada di sini, kemarilah tumpahkan seluruh air mata mu di setiap sisi bahu ku"
namun kini aku hanya bisa menikmati setiap kenangan dari imajinasi imajinasi penuh Fantasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe empty is real
Cerita PendekSebuah cerita yang ku rangakai dengan kata kata, mungkin berkenan mampir sebentar untuk membaca, siapa tau dapat mengambil sebuah pembelajaran, atau keseruannya. Ingat, hanya sebuah kata kata absurd yang ku rangkai kala aku gabut. Hanya sekedar quo...