013. Problem Solved

347 89 13
                                    

-Lebih baik menjauh dari pada selalu tersakiti-Barra Sebastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Lebih baik menjauh dari pada selalu tersakiti-
Barra Sebastian

-

Selamat Membaca

-

Suasana berbeda begitu terasa, setelah Barra mengatakan kalau Alula dan Langit memiliki hubungan, Bumi sebisa mungkin tersenyum ketika bertatap muka dengan mereka berdua apalagi Alula. Satu kalimat yang Bumi terapkan dalam dirinya.

"Tidak perlu jadi pendendam, jika ia bahagia dengan pilihannya maka aku juga harus bahagia dengan pilihannya."

Bumi meminta Barra untuk bersikap biasa saja sampai Alula memberitahukan ini pada dirinya langsung entah sampai berapa lama Alula akan menyembunyikan ini dari Bumi.

"Kak!"

Panggil seseorang, Bumi yang pandangannya kosong menatap ke arah depan sama sekali tidak mendengar teriakan itu, sampai tarikan tangan menghentikan langkah nya.

"Kak Bumi, Bunda pulang sekarang, ayah bilang suruh jemput. Kak Bumi jemput Bunda di jalan Raharja." Fabian menatap Bumi dengan penuh permohonan.

Jujur saja, Fabian sangat merindukan ibunya saat ini meski baru di tinggal satu hari. Bumi terdiam sesaat sebelum menganggukkan kepalanya pelan.

Ya, berhubung guru-guru sedang rapat dan hanya ada sebagian guru yang berjaga jadi Bumi setuju.

Ia berjalan menuju tempat parkir dimana mobilnya terparkir disana, tapi tidak dengan Fabian, Fabian berdiam diri di tempat, mulutnya kaku untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Bumi memicingkan matanya, "Lo mau ikut?"

Pertanyaan itu seakan membangkitkan semangat Fabian yang terpendam, "Iya, Bian mau ikut!"

"Ayo."

Fabian tersenyum senang ketika sang kakak mengizinkannya ikut bersamanya. Entah ada angin apa, tapi sepertinya Bumi sedikit merubah sikap nya pada Fabian.

Dengan langkah senang, Fabian berjalan mengikuti Bumi dari belakang. Bumi yang sedikit melamun 'tak sengaja menabrak seseorang di depannya.

"Eh sorry," ucap Bumi sambil melihat seseorang yang ia tabrak. Matanya yang lesu berubah menjadi tajam.

"Kalau jalan lihat-lihat, punya mata gak lo?!" tekan Angga.

Fabian mengenali suara itu, kakak kelas kurang ajar yang mengolok-olok kakaknya. Fabian sangat membenci orang itu.

"Kak Bumi kan udah minta maaf, lebay amat lo kek cewek!" balas Fabian, urat-urat lehernya terlihat jelas menandakan bahwa ia benar-benar tidak suka dengan orang yang ada di hadapannya.

Mantan ketua OSIS itu tersenyum remeh, "Oh, jadi ketos kita ada bodyguard nya, ngeri-ngeri."

"Gue cuman gak sengaja nabrak, kak Angga gak perlu sampai ngomong-ngomong kaya gitu," ucap Bumi, dengan segala hormat yang ia miliki untuk kakak kelasnya. Ia berusaha menahan kata-kata yang 'tak sepantasnya untuk keluar.

Klandestin Paradise [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang