“Duh sebenernya gw nggak ngerti nih,” gerutu Fazha dengan lembaran-lembaran soal ujian di hadapannya. Sedari tadi ia hanya membolak-balik lembar soal tersebut sehingga menimbulkan suara bising.
“Apa sih, Za!” bisik Qayla yang duduk bersebelahan dengannya.
Bukannya menjawab, Fazha malah menanyakan jawaban soal, “Nomer 28 apa, woy?”
“Pikir sendiri,” sahut Arisa yang duduk di belakang Fazha.
“Apaan lo! Orang gw nanya Qayla,” ketus Fazha.
“Ekhem, itu kenapa ribit-ribut?” Tanya pengawas ujian yang sedari tadi memperhatikan mereka bertiga.
“Enggak, Pak…” lirih mereka sembari menunduk lalu kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing.
Al-Fazha Humaira, yang biasa di panggil Fazha. Ia adalah seorang mahasiswa semester akhir jurusan psikologi. Parasnya yang cantik membuat ia banyak di sukai para lelaki di kampusnya. Namun meskipun begitu, ia adalah tipe wanita yang galak dan gampang ilfiel jika ada lelaki yang berani mendekatinya.
•
•
•Arisa Az-Zahra, biasa di panggil Risa, ia adalah sahabat Fazha sedari SMA. Mereka berkuliah di Universitas yang sama, dan mengambil fakultas yang sama, the real tak terpisahkan. Mereka sangat dekat layaknya saudara sendiri.
Qayla Zahwa Rainata, biasa di panggil Qayla, ia juga bersahabat dengan Fazha sejak pertama kali mereka masuk Universitas dan kebetulan mereka juga masuk fakultas yang sama.
Bedanya Risa dan Qayla dengan Fazha adalah, Risa dan Qayla yang termasuk tipe wanita pendiam, sementara Fazha, dia terkenal dengan sikapnya yang begitu bar-bar dan suka berbicara dengan nada tinggi bahkan sampai berteriak.
**********************
Jam menunjukkan pukul 06:30. Pagi-pagi sekali Fazha sudah di antarkan ke kampus oleh Abinya. Ya, ia sendiri yang memintanya. Meskipun ia tau bahwa di sana pasti masih sepi. Tapi ia sudah membuat janji dengan kedua sahabatnya untuk berangkat pagi. The real kaum gabut, atau siswa teladan?
Sesampainya di kampus, ia menghampiri Qayla dan Risa yang tengah duduk di depan kelas pagi itu.
“Za?! lo nangis, ya?? Kenapa?!” tanya Qayla.
“Siapa yang bikin lo nangis?! Bilang sama gw!” timpal Risa.
“Jadi gini… Tadi kan gw baca novel tuh, huaaa sad ending woyyy. Sama kaya kisah cinta gw, huufft jadi terhura,” jawab Fazha.
“Astaghfirullah!” ucap Qayla dan Risa bersamaan dengan memutar bola matanya.
“Aaaaa pokoknya kalian nggak tau ap–” Fazha ingin berteriak namun Risa langsung membungkam mulutnya.
“Shhttt!!” bisik Risa.
“Lepasin woy!!” umpat Fazha. Ia berusaha melepaskan tangan Risa dari mulutnya.
“Hehe … maafin temen kita, Gus. Dia memang gini kalo telat minum obat,” ucap Risa.
“I-iya, Gus, mohon di maklumi,” timpal Qayla.
“Gus?? Kalian ngomong sama siapa?” tanya Fazha.
“Nggak sopan! liat tuh di belakang lo!!” geram Risa.
Fazha pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia saat melihat sosok pria yang berdiri di belakangnya.
“Astaghfirullah apaan nih!!!” teriak Fazha.
“Plisss gini banget punya temen, Ya Allah…” ucap Qayla dalam hati.
“Assalamu'alaikum.” Pria itu mengucapkan salam.
“Wa'alaikumussalam, Gus,” jawab Qayla dan Risa bersamaan terkecuali Fazha. Ia masih terkejut dan bingung, siapa pria yang tak ia kenal itu?
“Wa-wa'alaikumussalam,” lirih Fazha.
“Ini siapa woy?” tanya Fazha dengan berbisik pada Qayla.
“Gus Azhka!! Baru-baru ini, dia yang ngisi tausiyah di kelas PAI, tau!!” jawab Qayla dengan berbisik pula.
“Hadehh pasti ngomongin saya nih. Pura-pura nggak denger aja deh. Dasar anak-anak ini,” batin pria itu yang tak lain adalah Gus Azhka.
“Norak lo! Ketinggalan zaman. Makanya jangan nolep-nolep amat!” bisik Qayla.
“Ganteng banget, Ya Allah!!” batin Fazha yang menundukkan kepalanya karena malu.
“Eumm … Shobahul khoir, Gus…” ucap Risa yang berusaha mencairkan suasana.
“Shobahul khoir… Tadi kamu nangis, kenapa?” tanya Gus Azhka yang beralih menatap Fazha.
Belum sempat Fazha menjawabnya, Qayla langsung angkat bicara.
“Itu, Gus, cuma gara-gara baca novel!” sahut Qayla.
Gus Azhka hanya mengangguk karena tak tau harus berkata apa.
“Qay…!!!” geram Fazha dalam hati.
“Ya udah kalo gitu … saya duluan, ya, permisi. Assalamu'alaikum,” ucap Gus Azhka.
“Iya, Gus. Wa'alaikumussalam,” jawab Qayla dan Riska sebelum Gus Azhka melangkah pergi. Sementara Fazha sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.
“Wa'alaikumussalam,” lirih Fazha yang hampir tak terdengar sama sekali.
“Kenapa, Za?” tanya Qayla.
“Ng-nggak papa,” jawab Fazha yang masih terus memperhatikan Gus Azhka yang telah berjalan jauh dari mereka.
“Astaghfirullah! Makanya, Za … jadi cewek itu belajar halus dikit,” ujar Risa.
“Udah halus dari lahir. Btw itu tadi namanya siapa?” tanya Fazha dengan santainya.
“Gus Azhka! Masa lo gak tau sih,” jawab Risa.
“Nama lengkapnya?”
“Muhammad Azhka Al-Faqih.”
“Oohh…” gumam Fazha yang tersenyum dengan sendirinya dan menampakkan wajah salting.
“Ngapa nih bocah?” bisik Qayla
“Tau ah, capek gw!” jawab Risa lalu melangkah masuk ke dalam kelas di ikuti oleh Qayla.
“Masuk, Za! Ngapain lo ngeliatin Gus Azhka yang udah nyampe ujung dunia…!!” teriak Qayla dari dalam kelas. Fazha pun menyusul kedua sahabatnya itu ke dalam.
“Guysss gw jadi pengen pindah jurusan deh biar bisa di ajar sama tuh Gus! Ganteng banget wooyyy…” teriak Fazha dengan hebohnya.
“Tuh kelakuan bestie lo,” ujar Qayla sembari menepuk pelan bahu Risa.
Risa hanya menghela nafasnya panjang, “Huufftt…”
“Lo naksir?” tanya Risa.
“Kayanya iya deh,” jawab Fazha dengan santainya.
“Kalo lo nggak bisa ngerubah diri lo jadi cewek yang halus dan calm, bakal gw bilangin ke Gus Azhka kalo lo suka sama dia!” ancam Risa. Jujur, ia sudah tak tahan dengan sikap sahabatnya yang satu itu hingga ia memanfaatkan kesempatan ini agar Fazha mau berubah.
“Jangan!!! Gw janji gw bakal berubah kok…!!!” teriak Fazha dengan suaranya yang melengking. “Hari ini gw janji bakal full jadi cewek calm deh,” imbuhnya.
“Jangan cuma hari ini, tapi seterusnya!” jawab Risa dengan penuh penekanan dalam perkataannya.
“Siap!” ujar Fazha dengan menyengir kuda dan tangan kanannya yang hormat.
“Niat banget si Risa,” batin Qayla.
*******************
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Fiksi Remaja[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...