15. Terlalu Polos

6.7K 282 0
                                    

“Nggak papa, ayo pulang! Kepala Fazha pusing.”

“Ya udah, tunggu di sini sebentar, ya. Mau bilang dulu ke ummi.”

Fazha hanya mengangguk pelan lalu duduk, sementara Gus Azhka pergi ke belakang untuk menemui Nyai Fatimah.

“Ummi, Azhka sama Fazha pulang duluan, ya. Fazha pusing katanya, mungkin dia kurang enak badan,” ujar Gus Azhka.

“Ooh ya udah iya. Eumm … kalian pulang ke pesantren aja, ya. Ini kuncinya,” jawab Nyai Fatimah.



Gus Azhka melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah Kiyai Faqih. Hanya ada keheningan di sepanjang jalan. Tiba-tiba Fazha menangis hingga terisak.

“Kenapa, Humaira?!” tanya Gus Azhka, Fazha hanya diam tanpa menjawab.

“Kamu jadi inget pernikahan kita?” Gus Azhka kembali bertanya. Awalnya Fazha hanya terdiam lalu ia mengangguk pelan.

“Humaira mau di bikinin resepsi kaya Erik sama Qayla tadi?” tanya Gus Azhka.

“Enggak, udah basi!” ketus Fazha.

“Ya … nggak papa.”

“Males!”

“Humaira mau jalan-jalan dulu nggak?” tanya Gus Azhka yang berusaha membujuk istrinya itu.

“Nggak usah sokap!” jawab Fazha.

“Intinya nawarin,” ujar Gus Azhka dengan ekspresi datarnya.



*Pesantren

“Fazha mau ke suatu tempat,” ujar Fazha.

“Kemana?” tanya Gus Azhka.

“Hmm ke ladang pesantren!” jawab Fazha dengan wajah sumringah, ladang itu adalah tempat favoritnya sejak pertama kali ia datang ke pesantren ini. Mereka berdua pun pergi ke ladang pesantren.

“Huuftt … sejuknya. Semuanya serba hijau,” gumam Fazha.

“Eh, Riyan,” ujar Gus Azhka.

“Assalamu'alaikum, Gus…,” ucap Riyan lalu menyalami Gus Azhka.

“Wa'alaikumussalam…,” jawab Gus Azhka dan Fazha.

“Kamu di sini?” tanya Gus Azhka.

“Iya, Gus, mau bersihin kolam,” jawab Riyan.

“Yang lain mana?”

“Masih di asrama, nanti nyusul katanya.”

“Gus, Fazha mau mangganya, boleh?” tanya Fazha dengan ekspresi imutnya membuat Gus Azhka terkekeh.

“Kenapa harus minta izin?” Gus Azhka kembali bertanya.

“Ini 'kan pohon mangga kesayangan Gus Azhka,” jawab Fazha.

“Tapi 'kan saya lebih sayang sama kamu,” ujar Gus Azhka yang membuat Fazha salah tingkah.

“Wahh, kayanya Ning Fazha lagi ngidam Gus,” ujar Riyan dengan tawa kecilnya.

“Kok bisa?” lirih Gus Azhka yang menengok ke arah Fazha.

Sontak Fazha menginjak kaki Gus Azhka untuk memberi kode.

“Gus Azhka gimana, sih!” bisik Fazha.

“Tapi 'kan kita nggak pernah me—” ujar Gus Azhka dengan polosnya. Fazha diam-diam mencubit lengan suaminya itu.

“Gus Azhka terlalu polos,” gumam Fazha.

“Eumm … saya ambilin mangganya, ya, Ning,” ujar Riyan.

“Oh, boleh-boleh!” jawab Fazha bersemangat.

“Kamu jadi ngelanjutin S2, Yan?” tanya Gus Azhka di sela-sela kesibukan Riyan yang tengah memanjat pohon mangga.

“In Syaa Allah jadi, Gus,” jawab Riyan.

“Eumm … Gus Azhka nggak ikutan lanjut S2?” tanya Fazha.

“Saya udah lulus S2 setahun yang lalu, Humaira. Dulu ngambil S2 di Kairo bareng Erik,” jawab Gus Azhka yang terkekeh di ujung perkataannya.

“Hmm gitu,” ujar Fazha.



“Hmm manis mangganya, kaya yang punya,” ujar Fazha sembari melirik Gus Azhka.

“Aneh, kadang judes, kadang baik, kadang lucu, kadang nyebelin juga. Apa semua perempuan kaya gitu, ya,” ujar Gus Azhka dengan tersenyum smirk.

“Tergantung suasana hati,” jawab Fazha.

“Humaira.”

“Hm?”

“Apa kamu nggak bosen menjalani rumah tangga kaya gini? Kita tinggal satu atap, tidur pun satu kamar, tapi kenapa kita selalu bersikap seolah-olah kaya orang yang nggak saling kenal. Udah 1 bulan, Humaira. Jujur … sebenernya saya resah, ada rasa nggak nyaman di hati saya. Kebayang nggak sih kalo semua keluarga tau tentang rumah tangga kita yang … bisa di bilang nggak baik-baik aja. Harus dengan cara apa lagi supaya kamu percaya kalo saya cinta sama kamu? Jangan sampai menyesal, Humaira!” Gus Azhka menatap Fazha dalam-dalam, perkataannya yang lemah lembut serta penuh makna yang mendalam berhasil membuat Fazha terpaku.

“Gus Azhka!!!” Fazha berteriak dan langsung memeluk Gus Azhka.

Deg.

Ini pertama kalinya mereka bersentuhan hingga sedekat itu meskipun sudah 1 bulan menikah.

“Jangan bilang gitu … ucapan adalah do'a, 'kan? Fazha nggak mau nyesel! Maafin Fazha, Gus. Fazha beneran cinta kok sama Gus Azhka! Ana Uhibbuka Fillah, Gus! Fazha cuman nggak tau gimana cara nunjukin rasa cinta itu,” tangis Fazha dalam pelukan Gus Azhka.

“Hu-humaira … maaf. Saya nggak nggak bermaksud—” ujar Gus Azhka yang terpotong karena Fazha langsung menyelanya.

“Enggak, Gus. Btw, ana uhibbuka fillah itu artinya apa, Gus?” tanya Fazha yang melepaskan pelukannya.

“Lho, kok nggak tau? 'Kan kamu sendiri yang ngomong,” jawab Gus Azhka yang kembali bertanya.

“Ya mana Fazha tau. Fazha 'kan tadi cuma niruin di sinetron yang semalem Fazha tonton,” jawab Fazha dengan polosnya.

“Hufft … nggak papa sumpah nggak papa,” ucap Gus Azhka dalam hati sementara senyuman simpul terukir di bibirnya.

“Artinya lho, Gus?” Fazha kembali bertanya

“Aku mencintaimu karena Allah!” jawab Gus Azhka sembari mengecup kening Fazha.

“Aaaaaaa…!!” Fazha berteriak dengan suaranya yang melengking, antara baper, salah tingkah atau entah apalah yang sedang ia rasakan saat itu.

“Astaghfirullah! Ada apa, Mba?!” teriak Ning Salwa yang berlari menuju dapur.

“Ah, ada kecoa tadi!” sahut Gus Azhka asal.

“Ya ampun … kirain apaan,” ujar Ning Salwa.

“Ka-kapan dateng, Sal?” tanya Gus Azhka.

“Barusan, ini mau ngambil beberapa perabot, Mas,” jawab Ning Salwa yang di angguki oleh Gus Azhka.

Ning Salwa lalu mengambil beberapa barang di dalam lemari.

“Kalo gitu … Salwa pergi lagi, ya. Assalamu'alaikum,” ucap Ning Salwa sebelum melangkah pergi.

“Wa'alaikukussalam,” jawab Gus Azhka dan Fazha.

“Eh nanti jangan lupa beli Baygon, ya, buat ngilangin kecoa!!” ucap Ning Salwa dengan sedikit berteriak. Sementara Gus Azhka dan Fazha hanya saling memandang lalu keduanya pun tertawa.

                   **************


                        

Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang