7. Keseruan di Ladang

6.1K 273 0
                                    

“Salwa, Ummi sama Abi mau ada keperluan di luar, jadi Ummi minta tolong kamu anter Fazha sama Qayla ke kamar mereka, ya. Inget, kamarnya yang di tempati Risa kemaren, itu khusus buat di tempatin mereka bertiga,” Ujar Nyai Fatimah pada Ning Salwa.

“Iya, Ummi,” jawab Ning Salwa. 

“Eumm … Mba Fazha sama Mba Qayla, ayo Salwa antar ke kamar kalian,” ujar Ning Salwa.

“Iya, Ning,” jawab Fazha dan Qayla bersamaan.

Ning Salwa pun mengantar mereka berdua ke kamar yang telah di pilihkan oleh Nyai Fatimah. Ya, 1 kamar yang hanya di isi oleh 3 orang. Fazha, Qayla dan Risa tentunya.



“Ini kamarnya. Di dalem ada mba Risa sendirian, kalian masuk aja. Salwa tinggal dulu, ya,” ujar Ning Salwa.

“Iya, Ning,” jawab Qayla sementara Fazha langsung menerobos masuk.

“Fazha!!” lirih Qayla yang mengikuti Fazha masuk ke dalam.

“Assalamu'alaikum, bestie…” Fazha berteriak kecil saat melihat Risa yang sedang tertidur lelap karena kebetulan hari ini adalah hari libur.

“Ihss, wa'alaikumussalam,” jawab Risa yang masih setengah sadar.

Qayla menepuk pelan punggung Risa untuk membangunkannya, “Bangun, woy.”

“Kalian kapan dateng?” tanya Risa.

“Barusan aja,” jawab Qayla.

“Assalamu'alaikum…” Terdengar suara seseorang mengucapkan salam dari luar.

“Wa'alaikumussalam…” jawab Fazha, Risa dan Qayla.

“Sana, Ris. Kamu yang buka,” bisik Fazha.

Risa pun berdiri dan melangkah menuju pintu.

“Ehh, Ning Salwa. Ada apa, Ning?” tanya Risa setelah membuka pintu.

“Itu, Mba. Katanya tadi Mba Fazha sama Mba Qayla minta di anterin jalan-jalan sambil liat-liat sekeliling pesantren,” jawab Ning Salwa.

“Oh iya, Ning, sebentar,” sahut Fazha dari dalam.

Fazha dan Qayla pun keluar menghampiri Ning Salwa.

“Risa ikut, ya,” ujar Risa dengan wajah sumringah.

“Boleh, Mba. Mumpung lagi nggak ada kegiatan,” jawab Ning Salwa.



Ning Salwa pun mengajak mereka berkeliling pesantren area asrama putri.

“Yang di sana itu tempat apa, Ning?” tanya Fazha.

“Ooh itu di sana ada ladang kecil gitu buat di tanamin sayur-sayuran. Di sana juga ada kolam ikan nila yang nggak terlalu luas sih,” jawab Ning Salwa. “Mba-mba semua mau ke sana?” imbuhnya.

“Mau, Ning!” jawab Fazha, Qayla dan Risa bersamaan. Mereka berempat pun pergi ke area ladang pesantren.

“Hii itu 'kan Riyan! Aaaaa Ning Salwa peka banget ngajak ke sini,” ucap Risa dalam hati. Ternyata saat itu ada beberapa santri putra yang tengah menguras kolam ikan dan para mba-mba ndalem yang sedang memanen sayuran. 

“Zaaa … itu tuhh orang yang pernah aku ceritain dulu pas di kampus. Yang kataku namanya Riyan,” bisik Risa.

“Nggak peduli!! Liat tuhh orang yang di sebelahnya, lebih ganteng, 'kan?” jawab Fazha yang balik bertanya.

“Itu mah Gus Azhka!!”

“Ya iya! Itu yang aku maksud!”

Mereka berempat duduk di teras sembari menikmati udara yang sejuk dan asri.

“Ini kalo panen bisa berapa kali dalam sebulan, Ning?” tanya Qayla.

“Nggak sering, Mba, paling cuma 2 kali,” jawab Ning Salwa.

Sementara Fazha dan Risa terus berbisik-bisik membicarakan lelaki idaman mereka masing-masing.

Tiba-tiba pandangan mereka beralih pada dua orang yang kelihatannya sedang ribut di sudut ladang.

“Iih turun nggak?!! Turun, Erik!!” ujar Gus Azhka sembari menarik-narik kaki seseorang yang sedang memanjat pohon mangga.

“Ampun … iya-iya nanti turun!!” teriak Erik.

“Huu Mas Erik, tak bilangin Ummi lho nanti kalo di sini suka buat ulah,” ujar Risa dengan sedikit berteriak.

“Nggak peduli…” balas Erik.

“Kamu kenal, Ris?” tanya Qayla.

“Itu Kakakku,” jawab Risa.

“Iih kok kamu nggak pernah cerita ke kita kalo punya Kakak!!”

“Hehe, kamu 'kan nggak pernah nanya. Tapi kalo Fazha udah tau tentang Mas Erik,” ucap Risa dengan santainya.

“Dulu kamu nggak pernah bilang kalo sepupunya Gus Azhka, sekarang kamu nggak bilang juga kalo ternyata punya Kakak,” gerutu Qayla.

“Huufftt dari kecil Mas Erik sama Mas Azhka emang nggak pernah akur, ya, Mba Ris. Udah kaya Tom and Jerry,” ujar Ning Salwa.

“Tapi mereka lucu, Ning,” jawab Fazha.

“Pohon mangga itu masih ada, ya, Ning. Jadi inget dulu pas kita masih pada kecil-kecil, Gus Azhka sama Mas Erik sering berantem cuma gara-gara rebutan pohon mangga,” ucap Risa yang terkekeh di ujung perkataannya. 

“Iya, Salwa inget, Mba,” jawab Ning Salwa dengan tertawa kecil.

“Eh, Ris, Kakakmu itu siapa nama lengkapnya?” bisik Qayla.

“Muhammad Erik Faizal Malikul. Kenapa??” jawab Risa lalu kembali bertanya.

“Nggak papa, buat di sebut dalam do'a di sepertiga malamku. Ahay…” jawab Qayla di iringi tawanya kecilnya.

“Bisa gombal juga kamu. Btw kalo aku mah lagi ngincer yang itu tuhh,” bisik Risa sembari menunjuk salah satu santri putra yang mengenakan kaos berwarna hitam.

“Ekhem, ngomongin apa tuhh,” sindir Ning Salwa.

“Eh hehe, bukan apa-apa, Ning,” elak Risa.

“Kita berjuang bareng, Ris. Ngomong-ngomong, izinkan aku mengagumi Kakakmu, ya. Hihihi,” bisik Qayla.

“Tenang aja, aku siap menjadi adek iparmu,” lirih Risa.

“Astaghfirullah kalian apa-apaan sih. Inget tujuan awal kita masuk ke pesantren ini,” tegur Fazha.

“Iya-iya, ini hanya sebagai sampingan doang,” jawab Risa dengan menyengir kuda.

                                 **************

Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang