32. Prank Fazha

4.1K 206 0
                                    

“Lho, bentar-bentar, kayanya ada satu lagi, nih, yang hilang,” ucap Erik.

“Mobil saya, Rik!” sahut Gus Azhka saat melihat mobilnya yang sudah tidak ada di garasi.

“Kalian gimana, sih?! Bukannya tadi Fazha di pesantren sama kalian?!” tanya Gus Azhka dengan membentak.

“Saya sama Riyan tadi lagi sibuk di asrama putra, Mas. Kita nggak tau apa-apa,” jawab Gus Azhmi.

Gus Azhka beralih menatap Risa dan Qayla, membuat keduanya semakin ketar-ketir.

“Ta-tadi kita bertiga lagi di ladang, terus Qayla tinggal ke toilet bentar, jadi tinggal Risa yang sama Fazha,” ujar Qayla yang mengatakan dengan sebenar-benarnya.

“Terus tadi Risa tinggal berdua sama Fazha. Nah, terus Risa dipanggil sama salah satu santri, akhirnya Risa tinggalin Fazha sendirian. Terus pas Risa sama Qayla udah balik lagi, Fazha udah nggak ada. Ma-maaf, Gus,” timpal Risa.

“Ya ampun … gimana, sih! Baru kelar satu masalah, dateng lagi masalah lain,” ujar Gus Azhka, pikirannya benar-benar kacau saat ini.

“Kalian udah coba cari sekeliling pesantren?!” tanya Gus Azhka.

“Udah, Gus, tapi Ning Fazha nggak ada,” lirih Riyan.

“Terus gimana juga ini, kenapa bisa-bisanya mobil saya juga hilang, astaghfirullah!” ucap Gus Azhka.

“Pinjem mobil kamu, Rik!" imbuh Gus Azhka yang langsung merebut kunci mobil Eri.

“Gus Azhka mau kemana?” tanya Erik.

“Ya nyari Fazha! Pake nanya lagi!” bentak Gus Azhka.

“Ta-tapi … Gus Azhka 'kan-” ucap Erik yang terpotong.

“Diem, Erik! Ini kunci rumah, kalian masuk aja! Inget, jangan aduin masalah ini ke ummi sama abi,” ujar Gus Azhka yang beralih menatap Gus Azhmi.

“Kali ini dia beneran marah, deh,” lirih Erik.

“Udah, dia pasti cuma capek,” jawab Gus Azhmi.



“Kamu di mana, Humaira,” gumam Gus Azhka. Siang itu hujan turun deras sekali disertai suara gemuruh petir, dan Gus Azhka teringat bahwa Fazha phobia dengan petir.

“Ya Allah, gimana ini,” ucap Gus Azhka dalam hati. Ia bahkan sudah berkendara cukup jauh dari kotanya namun tidak menemukan Fazha. Ia pun sudah meneleponnya berkali-kali namun tidak dijawab.

“Masa iya harus ngasih tau abi sama ummi. Kasian mereka, mereka pasti udah stres karena ikut campur nyelesaikan masalahku,” ujar Gus Azhka.

“Tapi … ya udah, lah, nggak ada cara lain. Nggak mungkin ketemu kalo aku nyari sendirian,” imbuhnya. Ia lalu putar balik mobilnya untuk menuju arah pulang.

Cukup lama berkendara, tiba-tiba Gus Azhka berhenti mendadak saat melihat sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan, dekat trotoar.

“Astaghfirullah! I-itu mobilku, 'kan?! Ih, iya nih tu mobilku!” ujar Gus Azhka. Ia langsung cepat-cepat turun dari mobil dan menerobos derasnya hujan.

“Woy, buka! Siapa di dalem?” tanya Gus Azhka sembari mengetuk kaca mobil hingga dibuka oleh seseorang yang di dalam mobil.

“Hai,” sapa seseorang pada Gus Azhka.

“Astaghfirullah…!” keluh Gus Azhka.

“Nyariin Fazha, kah?” tanya Fazha. Ya, ternyata Fazha yang berada di dalam mobil.

“Kamu ngapain, Humaira?! Kenapa bisa nyampe sini? Sama siapa kamu? Kamu nyetir sendiri? Saya panik nyariin kamu!” bentak Gus Azhka yang langsung masuk ke dalam mobil.

“Panjang ceritanya. Iya Fazha nyetir sendiri. Dan … tadi Fazha nggak sengaja nabrak pager, terus … body depan mobilnya penyok,” jawab Fazha dengan polosnya.

Gus Azhka langsung turun kembali dari mobil dan melihat body depan mobilnya yang ternyata benar penyok.

“MaSyaaAllah … pinternya Humairaku…!” ujar Gus Azhka dengan menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya bisa pasrah. Mau marah pun, ia lebih sayang dengan istrinya dari pada mobilnya.

“Ya maaf, Fazha nggak sengaja. Lagian itu pager siapa yang bikin, sih. Ngehalangin jalan aja,” jawab Fazha.

“Ya udah, iya, deh. Cewek memang nggak pernah salah! Udah mendingan sekarang kita pulang. Kamu bisa nyetir sampe rumah, 'kan? Saya bawa mobil Erik soalnya,” tanya Gus Azhka.

“Bisa!” jawab Fazha dengan wajah sumringah.

“Tapi hati-hati, ya. Ya udah kamu jalan duluan, saya ikutin dari belakang,” ujar Gus Azhka.



Fazha dan Gus Azhka telah sampai di rumah, membuat semua orang merasa lega.

“Kamu dari mana, Za?!” tanya Qayla.

“Panjang ceritanya,” jawab Fazha dengan cengar-cengir.

“Ya udah, Gus Azhka sama Fazha mending bersih-bersih dulu, tadi kita semua udah masak, nanti kita makan siang,” ujar Risa.

“Riyan mana?” tanya Gus Azhka.

“Dia tadi pulang,” jawab Risa.

“Guys, kalian tau nggak aku habis dari mana?” tanya Fazha seraya tertawa-tawa sendiri, membuat Qayla, Risa, Gus Azhka, dan Erik hanya bisa menatapnya dengan penuh keheranan.

“Dari mana?” tanya mereka serempak.

“Nggak jadi, deh. Privasi,” jawab Fazha dengan gayanya yang sok anggun.

“Awas aja nanti. Udah pergi tanpa izin, nyetir sendirian, pake nabrak pager segala lagi. Giliran ditanya dari mana, malah jawabnya gitu. Mau heran tapi menantunya ummi,” batin Gus Azhka.

“Jangan gitu, Ning. Nanti ada singa ngamuk,” sindir Erik.

“Apaan, sih,” gumam Gus Azhka.

                     **********



Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang