1 Bulan kemudian….
Kini Gus Azhka dan Fazha telah pindah ke rumah baru mereka yang jaraknya cukup jauh dari pesantren, sekitar 1 Km.
“Titip pohon mangga ya, Bi,” ujar Gus Azhka.
“Ya ampun … emang ada apanya sih di pohon mangga! Sama pohon doang kayanya sayang banget,” jawab Kiyai Faqih.
“Iih, itu tu banyak kenangannya, Bi. Pokoknya jangan sampe beneran di tebang sama Erik!”
“Oh iya, Az. Minggu depan Erik mau nikah, nanti kamu sama Fazha ikut, ya,” ujar Nyai Fatimah.
“Hah?! sama siapa?!” tanya Gus Azhka dan Fazha yang sedikit terkejut. Karena sebelumnya, Erik tak pernah memberitahu apapun pada keduanya.
“Sama Qayla,” jawab Nyai Fatimah.
“Iih, kok Qayla nggak ngasih tau Fazha, 'kan dia bestienya Fazha!” ucap Fazha.
“Wah wah … si jomblo berkarat akhirnya bakal nikah juga,” batin Gus Azhka dengan tersenyum smirk, sepertinya ia sudah mempersiapkan strategi untuk meledek sepupunya itu.
“Pantesan Erik bilang dia mau pulang 2 hari lagi. Udah mau akad aja, emang kapan khitbahnya, Ummi?” tanya Gus Azhka.
“Udah lama.”
“Iih nggak asik, pada main rahasia-rahasia. Masa Azhka yang sepupunya sendiri nggak tau.”
“Dia sendiri yang pesen, jangan ngasih tau Gus Azhka sama Ning Fazha katanya,” ucap Kiyai Faqih.
•
•
•Di sisi lain….
“Iih, Qayla … udah mau berkeluarga aja. Nanti jangan lupa lho, ya, sama aku. Kalo ada waktu luang, sering-sering main ke rumahku, ini juga bentar lagi 'kan aku pulang terus ngelanjutin profesiku sebagai psikolog atau mungkin aku lanjut S2 dan nggak balik ke sini lagi,” ujar Risa dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Aduhh jangan nangis, ah. Aku kan nggak pergi jauh, Ris. Lagi pula … bukannya aku bakal jadi kakak ipar kamu, ya?” tanya Qayla di iringi tawanya.
“Oh iya, ya, woy!” jawab Risa, keduanya pun tertawa terbahak-bahak.
“Kalo mas Erik berani macem-macem sama kamu, lapor ke aku!” ucap Risa.
“Tenang aja, aku nggak bakal di KDRT, kok,” jawab Qayla.
“Ya ampun … bestie-bestieku udah pada sukses, ya. Semuanya udah pada dapetin laki-laki yang dari dulu di idamkan. Ning Fazha sama Gus Azhka, kamu sama mas Erik.”
“Wahh, tinggal kamu nih, Ris. Kapan?” tanya Qayla.
“Santai aja, Qay. Lagipula … aku di suruh lanjut S2 dulu sama abiku,” jawab Risa.
“Aku do'ain, semoga lancar, ya, kuliahmu.”
“Aamiin.”
“Ngomong-ngomong … kamu sama si Riyan gimana?” tanya Qayla.
“Ah, entahlah, Qay. Aku aja jarang ketemu dia. Kayanya aku nggak suka lagi,” jawab Risa.
“Ris, kamu itu kalo ada apa-apa cerita, lho. Perasaan di antara kita bertiga cuma kamu yang orangnya agak tertutup.”
“Tenang aja, kalo aku nggak cerita apapun ke kalian, berati aku baik-baik aja, nggak ada masalah. Aku ini tipe orang yang kalo punya masalah dikit langsung cerita kok ke kamu sama Ning Fazha.”
•
•
•1 Minggu kemudian….
“Saya terima nikah dan kawinnya Qayla Zahwa Rainata binti Hanan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai.” Erik mengucapkan ijab qabul dengan lantang di hadapan penghulu, wali dari Qayla serta Gus Azhmi yang menjadi saksi dari pihak laki-laki.
“Sah?”
“Sah!”
“Alhamdulillah….”
•
•
•Acara demi acara pun di laksanakan. Kini giliran acara foto bersama.
“Bentar, bentar, bentar…!” teriak Risa dengan hebohnya.
“Apa lagi, Ris?” tanya Erik.
“Risa sama Mas Erik dulu geh yang foto. Berdua dulu fotonya!”
“Ya bareng-bareng aja, Ris.”
“Berdua dulu!!Mas Erik tau nggak sih? Patah hati terbesar seorang adik perempuan adalah ketika ditinggal nikah oleh kakak laki-lakinya!” ujar Risa yang membuat Erik mengembangkan senyumnya.
“Iya-iya … ya udah ayok,” jawab Erik yang langsung merangkul adiknya itu.
“Hmm boleh saya dulu yang motoin, Mas?” tanya Fazha pada seorang fotografer.
“Boleh, Ning,” jawab Mas-mas fotografer.
“Oke, Mas Erik lebih deket lagi, ya…,” ujar Fazha.
“Yang bener, Mas! Kesempatan terakhir ini!” ujar Risa.
“Iya-iya, Ya elah…!” jawab Erik.
“Oke, senyum, ya. Satu … dua….” Fazha mulai memotret kedua kakak beradik itu.
“Sipp! Bagus ini, Ris!” ujar Fazha dengan wajah sumringah.
“Oke, sekarang Risa mau foto bertiga dulu sama Ning Fazha sama Qayla, ya. Ayo, Ning,” ujar Risa.
“Ihs, apaan sih, Ris! Aku nggak mau di panggil gitu!” jawab Fazha lalu naik ke pelaminan.
“Kita jadi nyamuk, Mas,” bisik Gus Azhmi.
“Biarin aja, yang penting mereka seneng,” jawab Gus Azhka.
•
•
•Setelah acara berfoto selesai, Fazha menghampiri Gus Azhka yang tengah duduk di sudut halaman.
“Pulang, Gus,” ujar Fazha dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Pulang? Kamu kenapa kok mau nangis gitu?” tanya Gus Azhka.
**************
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...