4. Hijrah

6.7K 285 1
                                    

Fazha merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia merasa sangat lelah seharian ini. Matanya terasa sangat lengket, namun entah kenapa ia tidak bisa tertidur.

“Kalo lo nggak bisa ngerubah diri lo jadi cewek yang halus dan calm, bakal gw bilangin ke Gus Azhka kalo lo suka sama dia!” -Arisa

Perkataan Risa siang tadi tiba-tiba melintas di pikirannya. Tak terasa air mata telah membasahi pipinya.

Fazha berucap dalam hatinya, “Apa pantes?? Orang kaya aku bersanding sama Gus Azhka? Aku nakal, bar-bar, nggak bisa jaga ucapan, nggak bisa jaga pandangan. Sedangkan Gus Azhka, dia seorang Gus yang pastinya paham agama, dan keluarganya pun alim semua. Tapi cinta itu fitrah, apa salah kalo aku cinta sama Gus Azhka?? Tapi di mana-mana … seorang Gus itu bersandingnya sama Ning. Sedangkan aku?? Ah, ya udahlah. Nyatanya rasa sakit itu berasal dari harapan yang ketinggian.”

“Aku harus berubah! Tapi ini semata-mata karena Allah, buka Gus Azhka. Aku udah janji sama Risa dan diriku sendiri, 'kan?” ujar Fazha. “Ayo, Fazha! Harus bisa!!” imbuhnya.



Keesokan harinya… 

Pagi itu Umma Fazha dan Nyai Fatimah sedang menyiapkan sarapan di dapur sementara Gus Azhka bersama Abinya Fazha sedang melihat-lihat perkarangan rumah di halaman belakang yang cukup luas. Fazha berada di kamarnya, ia sibuk bersiap-siap hendak pergi ke kampus.

“Umma, Nyai, Fazha berangkat, ya. Eumm … Fazha sarapan di kantin aja, ya. Assalamu'alaikum,” ucap Fazha sembari menyalami tangan keduanya.

“Iya… Wa'alaikumussalam” jawab Umma Fazha dan Nyai Fatimah.

Fazha melangkahkan kakinya menuju ke halaman belakang rumah untuk menemui Abinya.

“Abi, Fazha berangkat, Assalamu'alaikum,” ujar Fazha sembari mencium punggung tangan Abinya.

“Wa'alaikumussalam, nggak minta anterin?”

“Enggak, udah janjian sama Risa.”

“Lho, Gus Azhka nggak ke kampus?” tanya Fazha yang beralih pada Gus Azhka.

“Saya nggak ada jadwal ngajar hari ini,” jawab Gus Azhka. “Ya udah sana berangkat, udah siang,” imbuhnya.

“Lagi nunggu Risa katanya mau jemput,” ujar Fazha.



*Kampus

“Keliatannya lo ngantuk banget, Za. Kenapa?” tanya Qayla yang di mana pagi itu mereka bertiga berkumpul di kantin. Fazha and the geng pokoknya -_

“Aku begadang," jawab Fazha yang mencari alasan karena tak mau ribet menjelaskan kejadian panjang yang menimpanya kemarin.

“Hah?! Bilang apa lo tadi?? ‘Aku’ ?? Wiihh sejak kapan lo pake kosakata ‘Aku-Kamu’.  Beneran berubah dong sekarang,” ucap Qayla dengan nada meledek.

“Mulai hari ini!!” bentak Fazha yang membuat kedua sahabatnya itu menahan tawa.

Qayla tak berhenti meledek Fazha, “Demi Gus Azhka nih yee. Ekhem, hijrah cinta ceritanya.”

“Iihh Apa sih, Qay!! Udah lah males aku sama kamu! Bukannya mendukung malah!!” bentak Fazha lalu melangkah pergi, ia kelihatan serius kali ini.

“Kamu berlebihan, Qay. Kasian Fazha. Dia udah semangat lho di awal-awal hijrahnya, tapi kamu malah matahin semangat dia. Harusnya kan kita bisa dampingi dia dan selalu ngingetin dia kalo dia ngulangin hal-hal yang buruk lagi.” Risa menasehati Qayla dengan suara pelan dan lemah lembut karena takut akan menyinggung perasaan Qayla.

“Minta maaf sama Fazha,” titah Risa.

Tanpa menjawabnya, Qayla langsung berlari menuju ke kelas untuk menemui Fazha. Sesampainya di kelas, Qayla mendapati Fazha yang tengah duduk di bangkunya sambil sesekali menghapus air matanya.

Qayla mendekati Fazha dan menggenggam tangannya, “Za, aku minta maaf, yaa. Aku sadar aku salah, maaf kalo bercandaku terlalu berlebihan dan bikin kamu sakit hati. Aku janji deh bakal dukung kamu, kita hijrah bareng-bareng, ya.”

Fazha mengangguk sembari tersenyum simpul, “Iya, Qay.”

“Ikhlas nggak nih maafinnya?” tanya Qayla.

“Ikhlas, Qayla…” jawab Fazha.

                               ***************

Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang