3. Pulang

6.8K 307 0
                                    

“Emang Nyai tau rumah Fazha?” tanya Fazha yang saat itu mereka sedang berkumpul di ruang tamu.

“Tadi Umma kamu udah ngasih tau alamatnya, kebetulan Umma kamu itu temen lama Nyai,” jawab Nyai Fatimah.

“Ooh gitu, ya. Dari sini jauh nggak, Nyai?” tanya Fazha.

“Sekitar perjalanan 3 jam,” sahut Gus Azhka.

“Lama…” gumam Fazha yang langsung melihat ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 9 malam.

“Ya udah, biar lebih hemat waktu, ayok cepet kita berangkat,” ujar Nyai Fatimah yang langsung berdiri dari tempat duduknya.



Gus Azhka mulai menancap gas dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sementara Fazha dan Nyai Fatimah duduk di belakang.

Sepanjang perjalanan Fazha hanya melamun sembari melihat-lihat suasana kota yang nampak asing baginya.

“Nyusahin orang aja aku,” ucap Fazha dalam hati.

“Kalo ngantuk tidur aja, Za. Masih panjang perjalanannya,” ujar Nyai Fatimah sembari memeluk Fazha dan menyandarkannya di bahunya.

“I-iya, Nyai,” jawab Fazha yang merasa sedikit canggung.

“Dengan kedatangan kamu, Nyai jadi kangen sama Salwa,” ujar Nyai Fatimah sembari mengusap-usap kepala Fazha yang tertutup oleh khimarnya. 

“Ning Salwa jarang pulang, ya?”

“Iya, jadwal dia padat soalnya.” 

Fazha nyaman dalam dekapan Nyai Fatimah, hingga tak terasa matanya mulai terpejam dan ia mulai berkelana di alam mimpi.

“Ekhem, kenapa ngeliatin aja?” sindir Nyai Fatimah yang menyadari bahwa sedari tadi Gus Azhka memperhatikan Fazha yang sedang tertidur lelap.

“Ng-nggak papa, Ummi. Jadi ikutan ngantuk aja,” jawab Gus Azhka asal. 

“Awas lho hati-hati, harus tetap fokus,” ujar Nyai Fatimah yang di angguki oleh Gus Azhka



Jam menunjukkan pukul 12 malam. Ya, tepat tengah-tengah malam begini mereka baru sampai di rumah Fazha.

Nyai Fatimah lalu membangunkan Fazha dengan halus, “Fazha, bangun, Nak.” 

“Alhamdulillah,” lirih Gus Azhka.

Fazha mulai membuka matanya dan menetralkan penglihatannya.

“Udah sampe, ya?”

“Iya, ayok turun.”

Mereka pun turun dari mobil, belum sempat mereka melangkah ke area teras rumah, mereka sudah di sambut oleh Abi dan Ummanya Fazha.

Umma Fazha langsung berlari menghampiri putrinya itu dan memeluknya. “Fazha… Ya ampun, Umma khawatir, Nak.”

“Hehe, maaf Umma,” jawab Fazha. 

Umma Fazha beralih memeluk sahabat lamanya. Ya, Nyai Fatimah, “Makasih banget lho Nyai.”

“Ihs jangan panggil Nyai. Kaya sama siapa aja. Bertemanlah layaknya zaman sekolah dulu,” jawab Nyai Fatimah.

Fazha melirik Gus Azhka yang nampak lelah dan di serang rasa kantuk karena fokus menyetir selama berjam-jam apa lagi di tengah malam begini.

“Eumm … kalo gitu, ayok semuanya pada masuk dulu,”  ujar Fazha. 

Mereka pun masuk ke dalam.

Gus Azhka dan Abinya Fazha mengobrol di ruang tamu, sementara Umma Fazha dan Nyai Fatimah berada di ruang tengah. Lain lagi dengan Fazha yang sedang sibuk menyiapkan hidangan di dapur.

“Huufftt … ini bukan mimpi, 'kan?” gumam Fazha dengan dirinya sendiri sembari menunggu air mendidih. Setelah semuanya siap, Fazha pun menghidangkannya.



“Ini mau pada nginep dulu, 'kan?” tanya Umma Fazha.

“Tapi…” jawab Nyai Fatimah menggantung.

“Nginep aja… Lagian 'kan ini udah tengah malem, kasian Gus Azhka. Bahaya juga kalo nyetir pas ngantuk, biar istirahat dulu,” sahut Umma Fazha.

“Ya udah iya. Lagi pula kita baru ketemu kali ini setelah berpisah bertahun-tahun lamanya. Biar hilang dulu kangennya,” ujar Nyai Fatimah dengan terkekeh di ujung perkataannya.

                                ******************

Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang