Varo langsung menghampiri Ning Salwa yang hampir tak sadarkan diri, hingga ia pingsan dalam dekapan Varo.
“Ini saatnya,” gumam Varo dengan tersenyum smirk.
Varo membopong Ning Salwa dan memasuki mobil. Sepertinya niat jahat telah direncanakan sebelumnya.
Ya, sebenarnya ia adalah seseorang yang mengantarkan makanan Ning Salwa tadi, dan menyamar layakanya karyawan cafe.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk menuju sebuah tempat.•
•
•“Azhmi, coba kamu susul adikmu," titah Nyai Fatimah.
“Kemana, sih?! Belanja gitu doang lama banget,” gerutu Gus Azhmi.
Gus Azhmi segera pergi menuju minimarket di mana Ning Salwa berbelanja. Sesampainya di sana, ia melihat motor Ning Salwa yang masih terparkir di depan minimarket.
“Lah, ini motornya. Pasti orangnya di dalem,” ujar Gus Azhmi yang langsung masuk ke dalam. Ia berkeliling untuk mencari keberadaan adiknya itu.
“Ya Allah, Salwa mana, ya? Motornya ada di luar, tapi orangnya nggak ada,” gumam Gus Azhmi. Dirinya mulai panik karena tidak menemukan Ning Salwa di manapun.
•
•
•Cukup lama Varo berkendara, akhirnya ia menghentikan mobilnya di depan sebuah hotel.
Ia kembali membopong Ning Salwa yang masih tak sadarkan diri dan langsung memesan sebuah kamar.“Lho, itu Ning Salwa bukan, sih?” bisik salah satu karyawan pada temannya.
“Anaknya Kiyai Faqih?”
“Iya. Setau gw Ning Salwa belom nikah. Terus cowok itu siapa?”
“Hah?! Bukannya gw berperasangka buruk ini, ya. Coba lebih baik lo telpon pak Erik, deh.”
Pak Erik? Ya! Varo kurang pintar dalam memainkan dramanya. Tanpa ia ketahui, ternyata hotel ini adalah milik Erik. Erik memang memiliki beberapa perusahaan, serta hotel yang banyak sekali cabangnya.
•
•
•Ning Salwa mulai membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling ruangan yang nampak asing baginya.
“Di mana ini?” lirih Ning Salwa.
“Lo di sini,” jawab Varo dengan nada yang sok elegant.
“Siapa kamu?!” pekik Ning Salwa yang sangat terkejut. Baru kali ini ada seorang pria yang bukan dari keluarganya berani menyentuhnya.
“Gw bakal nikmatin lo sebelum lo m4ti!” bentak Varo sembari menyodorkan sebuah pist0l.
“Oh, kamu bukannya laki-laki yang pas itu, ya?! Yang berantem sama mas Azhmi di taman?!” tanya Ning Salwa.
“Tolong…!!” teriak Ning Salwa.
“Lo bakal menerima karma atas kelakuan kakak lo itu,” ujar Varo.
“Kakakku yang mana?!” tanya Ning Salwa.
“Azhka!”
“Emang mas Azhka punya masalah apa sama kamu?!”
“Dia yang udah bikin adek gw, meninggal. Naura itu adek gw!”
“Mba Naura? Dia itu meninggal karena bunUh diri, bukan karena mas Azhka!” bentak Ning Salwa.
“Nggak peduli! Azhka harus ngerasain apa yang gw rasain, dan lo harus m4ti kaya Naura!” jawab Varo.
Ning Salwa hanya bisa menangis. Ia tak berani bergerak apalagi sampai melawan karena Varo terus menyodorkan senj4ta yang dibawanya.
Varo mulai mendekati Ning Salwa dan men1nd1hnya dan melucuti pakaiannya dengan paksa.
“Tolong…!! Siapapun tolong aku…!!” Ning Salwa hanya bisa menangis histeris.
“Percuma, nggak akan ada yang denger teriakan lo itu!” bentak Varo.
Ning Salwa mendorong Varo sekuat tenaganya.
“Lebih baik saya langsung mati dari pada harus melakukan hal hina kaya gitu. Ayo bunuh saya sekarang juga!” bentak Ning Salwa dengan lantang.
“Langsung bikin lo mati? Yah, nggak seru, dong. Barang bagus gini masa mau gw anggurin,” jawab Varo dengan tertawa licik.
“Ya Allah, datangkan pertolonganmu, hamba tidak ingin gagal menjadi seorang wanita yang terjaga,” ucap Ning Salwa dalam hati.
•
•
•“Gus Azhka…!!” teriak Erik yang langsung masuk begitu saja.
“Apa, Rik?!" tanya Gus Azhka.
“Ayo ikut saya, Gus!” jawab Erik yang langsung menarik tangan Gus Azhka menuju mobil.
Sebelumnya, Erik juga telah memberitahu tentang Ning Salwa pada Kiyai Faqih dan Nyai Fatimah, dan keduanya pun dalam perjalanan menuju hotel itu dengan didampingi dua orang polisi.
“Mau kemana, Rik?” tanya Gus Azhka.
“Ning Salwa dalam bahaya, Gus," jawab Erik. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju hotelnya.
“Astaghfirullah! Salwa kenapa, Rik?!” tanya Gus Azhka.
“Panjang ceritanya, Gus!" jawab Erik.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...