3 bulan sudah Fazha dan kedua sahabatnya berada di pesantren. Suka dan duka serta hidup sederhana telah mereka rasakan semuanya. Tak sedikit pula ilmu-ilmu agama yang telah mereka dapatkan. Hafalan segala kitab seakan telah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.
“Capeknya ya ampun…” eluh Qayla.
“Nggak boleh ngeluh. Barangsiapa yang tidak mau merasakan pahitnya belajar, maka bersiaplah menanggung hinanya kebodohan,” jawab Fazha.
“Wahh Fazha yang sekarang udah banyak berubah, ya,” sahut Risa.
“Oh ya harus dong. Inget pesan terakhir Ummaku pas pertama kali kita masuk pesantren ini. Kata Ummaku, jangan sia-siakan kesempatan pendek ini. 2 bulan lagi kita pulang loh,” ujar Fazha.
Mereka bertiga berjalan untuk kembali ke asrama setelah sholat isya di masjid.
“Wahh nanti kayanya pas perpulangan bakal ada yang sering-sering main ke rumahku nih,” sindir Risa.
“Ya enggak lah! Lagipula mas Erik 'kan udah ngabdi, dia nggak ikut pulang nanti. Kamu doang yang pulang,” jawab Qayla.
“Oh iya, ya. Heh Btw, aku udah tau loh nama lengkapnya si Riyan. Gus Azhka bilang namanya itu … Riyan Arziki Fathar. Aaaaa,” ucap Risa dengan hebohnya.
“Kalian enak banget, ya, mencintai seseorang yang kayanya bisa kalian gapai. Lah aku? Yaah begitulah,” timpal Fazha.
“Sabar, Za. Jodoh nggak akan tertukar,” jawab Qayla.
“Ayok cepetan lah, dingin di sini,” ujar Risa yang mempercepat langkahnya.
•
•
•Di sisi lain…
“Yang itu lho, Gus, yang sering sama si Risa,” ujar Erik yang saat itu sedang berada di kamar Gus Azhka. Niatnya ia ingin meminjam beberapa kitab, namun mereka malah keasyikan mengobrol.
“Humaira? Kalo yang itu jangan, dia milik saya,” jawab Gus Azhka. Ia sering memanggil Fazha dengan sebutan Humaira yang ia ambil dari nama belakang Fazha.
“Iih ngarep bener, nikah aja belom!” ketus Erik.
“Tapi saya berniat menikahinya,” ujar Gus Azhka.
“Tapi yang saya maksud bukan Fazha! Yang satunya lagi lho … yang tinggi itu!” jawab Erik.
“Qayla??”
“Nahh iya itu!!”
“Kamu cinta?” tanya Gus Azhka.
“Entahlah, Gus … saya juga nggak tau sama perasaan saya. Yaah beginilah, sulit di mengerti,” jawab Erik. Ia memang sedikit terbuka jika dengan sepupunya itu. Gus Azhka dan Erik sering berbagi cerita tentang perasaan mereka masing-masing.
“Intinya, turuti kata hati,” ujar Gus Azhka yang mulai memejamkan matanya.
“Ihs malah di tinggal tidur. Ya udah kalo gitu saya balik ke asrama dulu, Assalamu'alaikum!” ucap Erik.
“Wa'alaikukussalam,” jawab Gus Azhka tanpa membuka matanya.
“Eh bentar, Rik!” imbuh Gus Azhka.
“Apa lagi??” jawab Erik yang menghentikan langkahnya.
“Kamu kenal Riyan nggak??” tanya Gus Azhka.
Erik kembali bertanya, “Riyan Arziki?”
“Iya, itu.”
“Kenal, Gus. Itu mah temen sekamar saya. Kenapa emang?”
“Kayanya Adekmu itu suka sama dia. Dia sering nanya tentang Riyan ke saya. Yaa, kamu pantau aja.”
Erik hanya mengangguk sembari tersenyum smirk.
“Ooh jadi si Riyan cowok yang Risa suka. Kenapa malah cerita ke Gus Azhka nggak ke aku aja?” batin Erik.
*************
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...