Cukup lama berkendara, akhirnya Gus Azhka dan Erik telah sampai di hotel.
“Ke sini, Rik?!” pekik Gus Azhka. Pikirannya benar-benar sudah tidak karuan.
“Iya, ayo Gus,” jawab Erik dengan terburu-buru. Mereka bertemu Nyai Fatimah dan Kiyai Faqih serta kedua polisi di sana.
“Itu kamar mereka,” ucap Nyai Fatimah. Mereka semua langsung menuju kamar 078, di mana Varo dan Ning Salwa berada.
“Gimana ini, Rik?” tanya Kiyai Faqih.
“Nggak ada kunci cadangan. Kita dobrak aja,” jawab Erik.
Mereka semua mulai mendobrak pintu berkali-kali walau dengan susah payah, hingga akhirnya….
“Brakk!”
Pintu pun berhasil terbuka.
“Ummi…!!” jerit Ning Salwa.
Mereka pun langsung masuk ke dalam.
“Kurang ajar, lo! Lo kalo mau balas dendam lakuin ke gw, jangan ke Salwa! Dasar pecun*ang, lo!” bentak Gus Azhka yang langsung memukuli Varo habis-habisan.
“Udah, Azhka! Kita serahin ke polisi aja,” ujar Kiyai Faqih.
“Ummi…,” Ning Fazha terus menangis dan Nyai Fatimah langsung memeluknya. Ia kembali memakaikan Khimar Ning Salwa yang telah terlepas dan langsung membalutkan selimut ke tubuhnya.
“Ya Allah, Nak … gimana ceritanya, kenapa kamu nggak lawan?” tanya Nyai Fatimah.
“Soalnya dia bawa senj4ta, Ummi,” jawab Ning Salwa.
Kedua polisi itu langsung melerai perkelahian antara Gus Azhka dan Varo. Sementara Erik langsung mengambil sebuah pist0l di lantai.
“Ini senjata yang dia bawa!” ujar Erik.
“Kita selesaikan di kantor polisi,” jawab seorang polisi lalu membawa Varo keluar.
“Kamu nggak sempet di apa-apain, 'kan, sama dia?!” tanya Kiyai Faqih.
“Enggak, Bi,” jawab Ning Salwa yang membuat semuanya sedikit lega.
“Azhka, kita duluan ke kantor polisi. Nanti kamu juga harus ke sana untuk dimintai penjelasan,” ucap Nyai Fatimah.
“Iya, Ummi,” lirih Gus Azhka.
Kiyai Faqih, Nyai Fatimah, dan Ning Salwa pergi ke kantor polisi lebih dulu, dan kini hanya ada Gus Azhka dan Erik di sana.
“Ini awal-awalnya salah saya, Rik,” ucap Gus Azhka yang tak dapat menahan air matanya.
“Udahlah, Gus. Orang udah terjadi mau gimana lagi. Untungnya, kita sempet selamatin Ning Salwa. Tadi kalo kita telat dikit aja, entah gimana jadinya,” jawab Erik.
Gus Azhka terdiam sejenak. Ia teringat akan perkataan Umminya waktu itu.
‘Karena Ummi juga punya anak perempuan. Emang kamu mau adikmu juga yang kena karma nantinya?’ (Part 19).
“Enggak, ini bukan karma! Saya nggak merasa bersalah di sini! Naura meninggal bukan saya yang bikin!” ucap Gus Azhka.
“Nah, gitu. Jangan mau disudutkan, Gus,” jawab Erik.
“Humaira di mana, ya, Rik?” tanya Gus Azhka yang tiba-tiba teringat Fazha.
“Dia di pesantren sama Qayla. Tenang aja, mereka aman. Di sana juga ada Gus Azhmi sama Riyan yang jaga,” jawab Erik.
“Risa gimana?” tanya Gus Azhka. Ia tiba-tiba saja merasa khawatir dengan semua perempuan yang ada di keluarganya. Takut jika ada teman-teman atau anak buah Varo yang juga ikut bertindak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Genç Kurgu[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...