8 bulan kemudian….
Hari demi hari berlalu, semua telah di lewati dengan perjalanan yang begitu berliku-liku. Kini usia kandungan Fazha memasuki 8 bulan lebih beberapa hari. sementara Qayla sekarang sedang berada di rumah sakit untuk melakukan persalinannya. Arisa? Ia telah menikah dengan Riyan 5 bulan yang lalu, dan sekarang ia juga tengah mengandung.
•
•
•“Allahuakbar, Allahuakbar….”
“Lailahaillalah….”
Erik baru saja selesai mengumandangkan adzan dengan suara lirih di dekat telinga putri kecilnya. Ya, Qayla baru saja melahirkan secara normal.
“Jadi anak sholeha, ya, Sayang…,” ucap Erik dengan lembut. Ia berkali-kali menyeka air mata bahagianya.
“Selamat, ya, Sayang,” ucap Aisyah sembari membelai kepala Qayla.
“Makasih, Bunda,” lirih Qayla dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Selamat datang, tuan putri…,” ucap Umma Khadijah yang sedari tadi menimang-nimang cucunya itu.
“Risa boleh gendong, Umma?” pinta Risa.
“Ini, Sayang,” jawab Umma Khadijah.
Risa pun menimang keponakannya itu.
“Mau Risa ajarin kalem, biar nggak kaya bapaknya,” ucap Risa.
“Risa…!!” protes Erik yang membuat semua tertawa.
“Assalamu'alaikum…!!” ucap Fazha dengan hebohnya lalu memasuki ruangan.
“Wa'alaikumussalam…,” jawab mereka semua.
“Haduhh, udah mulai ribut, kalo gitu … ayo kita keluar dulu,” ajak Umma Khadijah yang diikuti oleh Aisyah, keduanya pun keluar.
“Gus Azhka mana, Ning?” tanya Erik.
“Oh, tadi di luar, masih ngobrol sama Riyan,” jawab Fazha
“Wahh, imutnya kamu, Nak,” ucap Fazha dengan mengelus pelan pipi mungil anak Qayla.
“Siapa namanya, Qay?” tanya Fazha.
“Adiba Reyna Al-Shanum,” jawab Qayla dengan tersenyum simpul.
“Iihh, bagus,” ucap Fazha dan Risa bersamaan.
“Nanti, Qay, sebulan lagi aku nyusul,” ujar Fazha diiringi tawanya.
“Huu, aku masih 7 bulan lagi,” timpal Qayla.
“Semoga kalian berdua lancar, ya, dan kita semua bakal bahagia.”
“Aamiin….”
“Oh iya, sebenernya aku ke sini sekalian mau USG,” ucap Fazha dengan wajah sumringah.
“Wahh, ya udah sana, Za. Nanti hasilnya kasih tau kita, ya!” jawab Risa.
“Yah, jadi nyamuk,” gerutu Erik lalu keluar ruangan.
•
•
•Kini Fazha dan Gus Azhka sedang berada di ruangan khusus untuk USG, dan dokter mulai melakukan pemeriksaan.
“Ih, kok ada dua!” ucap Fazha dengan hebohnya saat melihat keadaan kandungannya.
“Alhamdulillah, ternyata Ning Fazha mengandung anak kembar,” ucap sang dokter dengan ekspresi senangnya.
“Alhamdulillah, Ya Allah,” lirih Gus Azhka dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Untuk jenis kelaminnya, ini kurang keliatan jelas, Ning,” ujar dokter.
“Nggak papa, dok. Biar nanti jadi kejutan pas lahir,” sahut Gus Azhka dengan terkekeh.
“Alhamdulillah juga, mereka semua sehat. Eumm … saya tunggu kelahirannya, ya, Ning. Semoga lancar…,” ucap dokter dengan tertawa kecil.
“Aamiin,” jawab Gus Azhka dan Fazha bersamaan.
•
•
•“Kita pulang ke rumah aja, ya. Besok lagi jenguk Qayla,” ucap Gus Azhka. Saat itu mereka baru saja dari pesantren dan berniat hendak pulang
“Iya, Gus,” jawab Fazha dengan senyuman yang terys terukir di bibirnya. Ia benar-benar full senyum hari ini.
“Seneng banget, ya,” ucap Gus Azhka yang di angguki oleh Fazha.
“Aaaa tak mampu berkata-kata,” batin Fazha yang menahan saltingnya.
“Alahh, dulu bilangnya, Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!” ledek Gus Azhka.
“Apaan, sih?! Udah, ah!” jawab Fazha.
“Salting, ya.”
“Gus Azhka terlalu prefect!”
“Kesempurnaan itu hanya milik Allah, Humaira.”
“Fazha ngerti.”
“Eumm … tapi kadang Fazha insecure. Fazha cuma perempuan biasa, bukan pula terlahir dari keluarga yang paham agama, dan jauh … dari kata sholehah. Sedangkan Gus Azhka? Gus Azhka sholeh, hafidz Qur'an, paham agama, ter–” ucap Fazha yang terpotong.
“Lelaki yang beruntung itu … bukan yang mendapat wanita sholehah, tapi yang mampu membuat wanitanya menjadi sholehah,” tukas Gus Azhka.
“Bawa Fazha ke syurga, Gus,” lirih Fazha.
“In syaa Allah, Humaira. Semoga Allah tak hanya menyatukan kita di sini. Tapi sampai ke syurga nanti,” jawab Gus Azhka.
“Iih, Gus Azhka…!!” rengek Fazha yang tiba-tiba menangis bak anak kecil.
“Lah, malah nangis.”
“Gus Azhka sengaja banget bikin Fazha terharu! Fazha tuh orangnya mudah terharu tau!”
“Cengeng.”
“Bukan cengeng…!!”
“Jangan nangis, simpen dulu air matanya,” lirih Gus Azhka.
“Buat apa?!” bentak Fazha yang membuat Gus Azhka tertawa.
“Buat tangis bahagia nanti,” jawab Gus Azhka.
“Tuh kan malah bikin Fazha tambah nangis…!!” teriak Fazha.
“Udah jangan nangis. Humaira mau jalan-jalan nggak?” tanya Gus Azhka.
“Mau!!” jawab Fazha dengan wajah sumringah.
“Nanti sore,” ujar Gus Azhka.
“Huu … awas bohong!” sorak Fazha.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Halalku
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Fazha nggak cinta sama Gus Azhka!" elak Fazha. "Jangan bohong. Risa yang bilang ke saya!" jawab Gus Azhka. Fazha terdiam sejenak. Mulutnya serasa terkunci, ia tak tahu harus menjawab apa. "Tapi rasanya nggak adil jika han...