39. Pilu

4.5K 170 0
                                    

“Kalian harus berbakti sama Ummi sama Abi, ya. Angkat derajat mereka dunia akhirat,” ujar Gus Azhka yang semakin membuat pecah tangis kedua saudaranya itu.

Gus Azhka menatap Gus Azhmi dan Salwa dalam-dalam, selang beberapa detik, akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Deg.

“Mas?? Mas Azhka?!!” Gus Azhmi mengguncangkan tubuh saudara kembarnya itu namun tak mendapatkan respon. Ia memeriksa jantung Gus Azhka yang tak lagi berdetak.

“Innalilahi. Mas Azhka...!!!” teriak Ning Salwa. Suara tangis memenuhi seisi mobil.

“Innalilahi,” ucap Bapak yang menyetir mobil.

“Pak, labas aja ke rumah sakit, ya!” ujar Gus Azhmi.

“I-iya, Gus!” Bapak-bapak tersebut mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.

“Mas Azhka…!!” tangis Ning Salwa dengan memeluk tubuh kakaknya yang tak lagi bernyawa itu tanpa merasa jijik dengan darah yang melumuri tubuhnya.



“Gus Azhmi sama Ning Salwa mana, ya? Kok belom balik juga,” ucap Suci yang kelihatannya sedang panik.

“Mungkin mereka masih di perjalan, tunggu aja,” jawab Nyai Fatimah yang sibuk menimang-nimang salah satu cucunya, sementara yang satunya lagi berada dengan Kiyai Faqih.

“Gus Azhka belom dateng, Ummi?” tanya Fazha dengan tatapannya yang sendu. Bahkan Gus Azhka sendiri tidak ada di sampingnya ketika ia sedang meregang nyawa untuk melahirkan kedua anak mereka.

“Belom, sayang. Bentar lagi, ya, pasti mereka lagi di jalan,” jawab Nyai Fatimah.

“Eumm … siapa nama untuk kedua putramu?” tanya Nyai Fatimah.

“Fazha lupa, Ummi. Gus Azhka yang ngasih nama,” jawab Fazha.

Tak lama kemudian, ponsel Nyai Fatimah berdering tanda ada panggilan masuk. Suci pun langsung mengambil alih gendongan bayinya.

“Assalamu'alaikum, Az,” ucap Nyai Fatimah pada Gus Azhmi di seberang sana.

“Wa'alaikumussalam. Ummi, Azhmi mau ngomong penting. Sekarang Ummi lagi sama mba Fazha nggak?” tanya Gus Azhmi.

“Iya, memang kenapa?” jawab Nyai Fatimah yang kembali bertanya.

“Ummi bisa menjauh bentar nggak dari mba Fazha?”

“Ya ampun ini anak emang mau ngomong apa sih,” gumam Nyai Fatimah lalu keluar dari ruangan.

“Ummi udah di luar nih, kamu mau ngomong apa?”



Suara sirine ambulance terdengar hingga terngiang-ngiang di telinga. Suara tangis memenuhi rumah duka, terlebih lagi saat jenazah di keluarkan dari ambulance.

“Azhka!! Ya Allah anakku.!!!” teriak Nyai Fatimah yang menangis histeris. 

“Ya Allah, kenapa seperti ini,” lirih Kiyai Faqih yang tak dapat menahan tangisnya.

Hafidz dan Suci pun sedang berada di rumah duka. Sementara Fazha sengaja tidak di beritahu, ia tetap berada di rumah sakit di temani oleh Risa, Erik dan Qayla.

“Abi sama Ummi yang sabar, yaa,” ucap Gus Azhka yang duduk di antara Kiyai Faqih dan Nyai Fatimah, is memeluk keduanya hingga tiba-tiba Nyai Fatimah tak sadarkan diri.



Di sisi lain…

“Liat, Ris. Lucu, ya, anak-anakku,” ujar Fazha pada Risa.

Risa hanya terdiam, tak tau harus menjawab apa. Tak tega rasanya ingin mengatakan pada Fazha bahwa Gus Azhka telah tiada.

“Iih kok pada diem aja sih. Mas Erik juga nih malah keliatan mau nangis. Hehe pasti karena terharu, ya, liat ponakannya yang baru lahir,” ujar Fazha.

Erik hanya tersenyum dan berusaha menahan tangisnya.

“Ini pada kemana, ya? Kok sepi banget cuma ada kalian bertiga?” tanya Fazha.

“Ya Allah gimana ini,” ucap Erik dalam hati, tiba-tiba air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya dan ia langsung menyekanya.

“Mas Erik!” ucap Fazha dengan sedikit membentak.

“Eumm … Ning, kata dokter, Ning Fazha udah bisa pulang,” ucap Qayla yang mengalihkan pembicaraan.

“Iih, Qayla! Aku nggak mau di panggil Ning,” jawab Fazha.

“Hehe m-maaf, Za, aku lupa,” ujar Qayla.

“Eh sebentar lagi dokter ke sini, ayo kita siap-siap,” ucap Risa yang mulai membereskan barang-barang. Sementara si kembar di gendong oleh Erik dan Qayla.

“Pulangnya kemana, Ris?” tanya Fazha.

“Ke … rumah Gus Azhka,” jawab Risa dengan lirih.

“Oh iya! Gus Azhka kemana sih lama banget! Nggak khawatir apa, ya, sama Fazha? Emangnya nggak mau liat anak-anaknya! Awas aja nanti kalo pulang, bakal Fazha omelin!” gerutu Fazha.

“Ya ampun, Za. Gus Azhka udah nggak ada,” batin Qayla yang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.



Erik mengendarai mobilnya menuju rumah Gus Azhka. 

“Yang sabar, ya, Za,” ucap Risa dalam hati sembari memandangi wajah ceria Fazha yang tengah mengajak ngobrol anak-anaknya.

“Nggak sabar ketemu Abi, ya, sayang. Pasti Abi seneng banget liat kalian berdua,” ujar Fazha dengan wajah sumringah.

“Ya Allah, nggak kuat…!!” ucap Qayla dalam hati, ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tangisnya tak mengeluarkan suara.

“Kok aku ngerasa ada yang aneh, ya. Sebenernya orang-orang pada kenapa sih,” batin Fazha.

“Ya Allah bentar lagi sampe!!” ucap Erik dalam hati. Kini suasana benar-benar berubah menjadi menegangkan. Ingin rasanya ia menangis histeris.

Erik mengendarai mobilnya dengan pelan sekali berharap tak cepat sampai di rumah.

“Iih Mas Erik! Kok jadi pelan banget sih kaya siput? Buruan dong!” protes Fazha, Erik hanya terdiam tanpa menjawab sepatah kata pun.

Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di rumah.

Deg!

“Ada apa ini?” lirih Fazha saat melihat ramai orang di rumahnya dan terpasang bendera kuning di gerbang.

          ******

Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang