5. Hari Wisuda

6.4K 282 2
                                    

Sepulang dari kampus…

“Assalamu'alaikum…!!” ucap Fazha dengan mengeraskan suaranya.

“Wa'alaikumussalam…” Terdengar jawaban samar-samar dari ruang keluarga, Fazha langsung melangkah menuju ke sana.

Di sana ia mendapati Abi dan Ummanya yang sedang berbincang-bincang, ia lalu menyalami keduanya.

“Eh, Za, sebentar lagi 'kan kamu selesai nih kuliahnya. Nah kamu mau nggak kalo Abi masukin ke pesantren? Hmm untuk sementara aja nggak papa kok, mungkin kurang lebih cuma 4 atau 5 bulan,” ujar Hafidz, Abinya Fazha.

“Hmm Fazha sih mau-mau aja, Bi. Tapi pesantren mana?” jawab Fazha yang kembali bertanya.

“Ponpes Al-Hidayah,” jawab Suci, Umma Fazha.

“Mau!!” sahut Fazha dengan wajah sumringah karena ia tau ponpes itu adalah milik Kiyai Faqih dan Nyai Fatimah.

“Semangat banget sih,” ujar Suci dengan terkekeh di ujung perkataannya.

“Semangat dong … ya udah kalo gitu Fazha mau mandi dulu,” jawab Fazha lalu berlari kecil menuju kamarnya, suasana hatinya sedang bagus kali ini.



5 bulan kemudian…

Tangis bahagia memenuhi seisi kampus pada hari itu. Ya, ini adalah hari dimana para mahasiswa semester akhir melaksanakan wisuda yang kini sedang berada di ujung acara.

Ada yang sedang sibuk berfoto dengan bermacam-macam pose, ada yang masih menangis haru sembari berpelukan dengan kedua orangtuanya, ada pula yang sedang merencanakan perayaan bersama teman-temannya.

Lain halnya dengan Gus Azhka yang malah menjadi fotografer dadakan suruhan adik sepupunya, Arisa. Ya, selama ini ternyata Risa adalah sepupu Gus Azhka, tapi ia tak pernah memberi tahu Fazha dan Qayla sehingga mereka berdua baru tahu hari ini.

“Oke, senyum, yaa. Satu … dua …” ucap Gus Azhka yang ingin mulai memotret.

“Eh bentar-bentar, Gus. Jilbabku nggak bener!!” sahut Risa.

“Ulang lagi, yaa, itu Qayla lebih mepet lagi sama Risa,” titah Gus Azhka. 

“Satu … dua…” Gus Azhka mulai memotret mereka bertiga.

“Liat, Gus,” ujar Fazha lalu Gus Azhka menyerahkan kamera milik Fazha dan Fazha melihat hasil foto.

“Iih Fazhanya jangan keliatan pendek!!” protes Fazha.

“Kamu memang pendek, Humaira…” batin Gus Azhka.

“Iih ini mah Qayla belom siap!” timpal Qayla.

“Iih kok senyumku gini amat, ya!” ujar Risa.

“Jangan bilang kalian minta ulang lagi. Ini udah yang ke 12 kali lho!” jawab Gus Azhka.

“Ulang lagi, ulang lagi, ulang lagi! Fazhanya harus keliatan tinggi!” ucap Fazha lalu kembali menyerahkan kameranya pada Gus Azhka.

“Kalo Qayla belom siap jangan di cekrek, ya, Gus," ucap Qayla.

“Kali ini harus bener!” ujar Risa yang sibuk mengatur pose.

“Ya Allah, pliss pengen kabur,” ucap Gus Azhka dalam hati. 

Tiba-tiba…

“Gus Azhka,” panggil salah satu dosen.

“Ah iya, Pak?” jawab Gus Azhka.

“Rapatnya akan segera di mulai, mari kita ke ruangan sekarang.”

“Baik, Pak.”

“Alhamdulillah … akhirnya bisa bebas dari ukhti-ukhti rempong,” batin Gus Azhka lalu mengembalikan kamera Fazha.

“Yaahh…” eluh Fazha, Qayla dan Risa bersamaan.



Kini Fazha and the geng sedang beristirahat di kantin.

“Ini nihh yang bagus,” ujar Risa yang melihat-lihat hasil foto tadi.

“Terserah deh, capek aku,” jawab Qayla yang tetap fokus menyantap makanannya.

“Guys! Nanti kita mondok bareng, yuk. Untuk
sementara aja sih, paling cuma beberapa bulan aja,” ajak Fazha. Ia teringat perkataan Abinya 5 bulan yang lalu.

“Ayok!” jawab Risa dan Qayla bersamaan. Mereka memang se-frekuensi.

“Di ponpes mana?” tanya Risa.

“Hehe, kata Abiku di ponpes Al-Hidayah, punya Kiyai Faqih,” jawab Fazha.

“Alah … kata Abimu apa kamu sendiri yang mau…” ledek Risa.

“Iihh kata Abiku lho!! Nggak percaya tanya aja sendiri,” jawab Fazha.

“Aku sih ngikut aja, ya,” ujar Qayla.

“Eh btw, tahun lalu 'kan aku ke rumah Gus Azhka, Nah terus di pesantren sana aku liat salah satu santri putra tuh, ganteng … banget!! Aku pernah di kasih tau Gus Azhka, kalo nggak salah nama dia Riyan, tapi aku lupa nama panjangnya,” ucap Risa dengan hebohnya.

“Aku sih nggak peduli, orang masih gantengan Gusnya!” jawab Fazha.

“Huu iya deh si paling muji Gus Azhka!” ketus Risa.

“Kalian nggak laper, apa? Dari tadi debat mulu lho,” ujar Qayla yang telah menghabiskan makanannya.

“Tau nih si Risa.”

“Ih kok aku!”

“Udah … cepetan di makan, nggak baik ribut depan makanan.”

                               **************


Gus HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang