BAGIAN 15

30 4 0
                                    

Aktivitas seperti biasa selalu Vele jalani setiap harinya. Vale yang selalu berlatih dengan Jake pun juga sama. Kali ini Vele menemukan buku lagi. Buku yang membuatnya merasakan jika bangsa wizard tak selalu berada di barisan belakang.

Di buku tersebut menceritakan sebuah kisah seorang wizard biasa saja, namun memiliki kekuatan yang kuat. Ketika membaca lembar per lembar buku tersebut, Vele merasa ingin segera menyelesaikan ini dengan cepat dan mengetahui ending dari bukunya.

Namun, kegiatannya sedikit terganggu setelah mendengar barang jatuh tak jauh dari tempat ia membaca. Vele refleks menoleh dan hendak mencari asal suara itu. Dia menutup bukunya, berdiri, kemudian berjalan ke sisi rak-rak buku. Pelan tapi pasti, dia mengikuti rak-rak itu hingga di bagian paling belakang.

Tak ada apa pun yang ia temukan. Vele mengedikkan bahunya, mungkin hanya prasangkanya saja atau itu suara angin saja. Gadis ini berjalan untuk kembali ke tempatnya. Ketika sampai di depan mejanya tadi, Vele mengernyit. Buku tadi yang dibacanya ditimpa oleh sebuah bunga mawar hitam. Mawar hitam? Di dunia immortal, mawar hitam adalah pertanda buruk.

Vele meneliti mawar itu. Sesekali ia memperhatikan sekitar. Dia sudah menutup pintu sejak kedatangannya di sini. Dan juga dia tidak mendengar pintu tertutup tadi. Lantas, siapa yang meletakkan bunga tersebut?

WUSHHH

Vale menghentikan aktivitasnya. Jake ikut berhenti juga karena gadis itu. Vale meneliti sekitarnya baik-baik. Melihat tingkah aneh gadis itu membuat Jake jadi ikut-ikutan memperhatikan sekitarnya.

"Ada apa?" tanya Jake yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

Vale menoleh. "Apakah kamu melihatnya? Aku merasakan ada yang lewat tadi," jawab Vale. Jake menggeleng. Karena pada dasarnya ia memang tak melihat apa pun barusan.

Vale mengembuskan napas beratnya. Sepertinya ia butuh isitirahat agar pikirannya tak menjadi aneh. "Aku mau istirahat sebentar," katanya. Jake mengangguk setuju. Keduanya berjalan menuju ke bangku yang tersedia. Vale menenggak minumannya, begitu juga dengan Jake. Kedua orang ini menormalkan napas masing-masing.

"Jake, apakah kamu sudah lama tinggal di sini?" tanya Vale. Sepertinya di sini Vale hanya memiliki satu orang teman, yakni Jake seorang.

"Ya, ayahku dulunya adalah kaki tangan raja sebelumnya, alias ayah dari Raja Easter. Namun, ketika dia tiada, aku pun menggantikannya. Bisa dibilang aku lahir dan besar di sini," terang Jake. Vale mengangguk paham. Siklus yang biasa terjadi di sebuah kerajaan.

"Berapa umurmu?" tanya Vale.

Jake tertawa ringan. "Sekitar 30 tahunan," jawabnya lagi.

Vale mengangguk paham. Seketika dia kembali menoleh kepada Jake. "Bagaimana dengan pasanganmu? Diusia segini, apakah kamu belum menemukan mate?"

Jake menampilkan senyumnya. Senyum penuh keterpaksaan sebenarnya. "Aku sudah menemukannya."

"Wah! Itu bagus. Di mana dia sekarang? Kenapa aku tidak pernah melihatnya di sini bersamamu?" tanya Vale penuh dengan antusias.

"Dia ... dia sudah tiada."

Bola mata Vale membulat sempurna. Tiada? Maksudnya meninggal?

"Dua tahun lalu dia diserang oleh seorang vampir misterius. Di saat itu aku tidak berada di sisinya. Bahkan aku tidak bisa bersamanya di detik-detik akhir," jelas Jake. Vale tahu jika pria ini sudah sekuat tenaga menahan kesedihannya. Vale turut merasakan kesedihan itu pada akhirnya.

"Pasti dia wanita yang cantik dan baik. Aku berdoa agar dia tenang di sana, dan kamu lebih memiliki hati yang kuat," ujar Vale.

Jake mengangguk dan menampilkan senyum terbaiknya. Vale tau, itu adalah senyum yang dipaksakan.

DOUBLE V ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang