BAGIAN 32

15 1 0
                                        


Vele mengerjapkan matanya beberapa kali. Hal pertama yang ia lihat adalah keberadaan Vale yang tenang membaca buku di sebelahnya. Vele pun dengan sigap langsung beranjak duduk dari tempatnya dengan sedikit merasa pusing di kepala. Vale menoleh dan menampilkan ekspresi terkejut di sana.

"Kamu sudah bangun?" tanya kembaran dari Vele tersebut. Vele menggerakkan kepalanya karena ia masih terasa pusing sedikit.

"Apa yang terjadi?" tanya Vele lebih lanjut. Seingatnya dia berada di lorong buku tadi. Kenapa sekarang dia malah terbangun seperti orang yang baru saja tertidur?

"Kamu ketiduran tadi. Sepertinya kamu kelelahan. Apakah kegiatanmu terlalu banyak di kerajaan ini?" sahut Vale setenang mungkin. Gadis yang diam-diam telah mempermainkan kembarannya sendiri.

"Benarkah? Ah, mungkin aku memang kelelahan," kata Vele. Gadis ini beralih pada sang kembaran di mana Vale nampak sibuk membaca buku di sana. Kemudian pandangannya beralih pada jendela yang nampak terang cahayanya. "Berapa lama kita di sini?" tanya Vele.

Vale menoleh, terdiam beberapa saat untuk mengingat berapa lama ia bermain-main dengan penghuni kerajaan. "Sekarang sudah sore," ungkap gadis itu yang mana langsung mengundang pelototan bagi sang kembaran.

"Sore? Aku baru sadar waktu berlalu begitu cepat," lirih Vele. Vale pun tersenyum dalam hati. Tentu saja Vele tak sadar karena dia memang tidak sadar sejak tadi dan Vale cukup banyak menghabiskan waktu bersama raja.

Vele berdiri dari tempat duduknya. "Aku harus kembali ke kamar sekarang," ucap Vele saat itu. Vale mengangguk dan tak ikut berdiri. "Kamu tidak kembali ke kamar, Vale?" tanya Vele. Vale menggeleng sembari mengangkat buku yang ia baca seperti mengisyaratkan kepada sang kembaran jika ia akan melanjutkan membaca di sana.

Vele pun mengangguk dan bergerak menuju ke pintu keluar. Selepas kepergian Vele dan tertutupnya pintu, Vale langsung menutup buku yang ia pura-pura baca sejak tadi. Ya, tadi dia hanya berpura-pura membaca buku agar Vele tak curiga.

Dari sudut perpustakaan muncul sosok Gerry yang menggigit buah apel di sana. Pria tersebut duduk tepat di samping Vale saat itu. "Bagaimana? Apakah kau sudah melakukan rencana kita?" tanya pria tersebut.

Vale menatap Gerry penuh. Dia kemudian menggeleng. Tentu saja Vale tak bisa dengan cepat mendapatkan Easter karena pria itu sepertinya sangat menjaga Vele dan tak ingin menyentuh gadis tersebut sebelum mereka menikah.

"Dia sangatlah setia. Meskipun aku memakai peran Vele, dia tetap tak ingin menyentuhnya secara lebih," terang Vale. Gerry pun mengangguk paham. Sepertinya mereka harus menggunakan rencana lain untuk menjebak raja.

"Terus. Apa selanjutnya yang akan kita lakukan?" tanya Gerry.

"Kau kembalilah ke pohon dan buatlah lebih banyak ramuan untukku dan Vele. Aku akan melakukan pekerjaan ini dengan cepat dan hati-hati tentunya."

"Kenapa kau sangat ingin mendekati raja? Bukankah rencana kita adalah membuat raja dan kerajaan menjadi hancur?" tutur Gerry. Vale menatap pria itu dengan tajam.

"Apakah kau lupa jika kelemahan raja adalah sang ratu? Jika aku berhasil mengelabuhi mereka, maka kita bisa menghancurkan mereka saat itu juga."

Gerry mengangguk paham. Vale sedikit kesal karena mereka sebelumnya sudah membicarakan ini di rumah pohon.

Vele baru saja membuka pintu kamar, dan ia melihat sosok Easter yang baru saja tiba juga. Dia pun lantas menoleh dan langsung menghampiri pria itu. "Apa kamu baru selesai melakukan pekerjaan?"

Easter berjalan menuju ke tempat tidur dan duduk di sana. "Iya. Hari yang panjang. Aku sedikit lelah sekarang," jawab Easter sembari memijit kepalanya. Vele dengan sigap menuju ke belakang tubuh pria itu dan langsung memijat kepala Easter dengan benar. "Terima kasih," kata Easter. Inilah yang ia butuhkan sekarang.

DOUBLE V ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang