Di meja makan ketika semua orang menikmati sarapan mereka, sama sekali tak terdengar suara obrolan. Semuanya masih dalam keadaan diam. Diam-diam Vele melirik Vale yang tenang makan di salah satu kursi. Easter melirik sang mate yang pandangannya tertuju pada si kembaran.
Vele mengembuskan napas lelahnya. Vale masih mode diam terhadapnya. Tentu saja, gadis itu pasti kecewa pada dirinya karena sudah berbohong.
Selepas sarapan, Vele hendak mengejar Vale. Membujuk gadis itu dan menjelaskan segalanya. Tetapi, lagi-lagi Vale menghindar dan memilih segera pergi ke tempat latihan. Easter dan Jake yang melihat sang ratu pun menjadi tidak tega. Vele memilih kembali ke kamar dan tak jadi ikut Easter ke ruangannya.
"Ada apa?" tanya pria ini yang mengikuti sang mate menuju ke kamar.
Vele yang sedang duduk di atas tempat tidur pun melirik pria yang baru melewati pintu kamar. Ini semua gara-gara Easter. Coba saja Vele tak mengikuti permainan pria itu, pasti hubungannya dengan Vale tak akan seperti ini.
"Hei, maafkan aku jika membuatmu seperti ini," ucap Easter memilih mengalah. Dia juga tak sanggup terus terusan bermusuhan dengan Vele.
"Percuma saja sekarang. Vale sudah membenciku," kata Vele yang kemudian menutupi wajahnya dan terdengar suara tangis di sana. Easter tak suka jika sang mate menangis. Dengan cepat dia langsung memeluk Vele dari samping agar gadis itu sedikit tenang.
"Aku tidak ingin hubunganku dan Vale buruk. Aku takut dia terus membenciku. Aku ingin hubungan kita kembali seperti dulu," cicit Vele.
Easter mengangguk paham. "Aku akan bicara dengannya nanti."
"Tidak usah. Kalau keadaannya semakin buruk, itu semakin akan membuatku sedih," sahut Vele cepat.
Easter melepaskan pelukannya dan menatap gadis ini penuh. "Jika kamu tidak mau aku bicara dengannya, maka berhentilah bersikap seperti ini, Vele. Ini benar-benar menyiksaku."
Vele pun mengerucut sebal. Padahal dia sedang dalam keadaan sedih.
Di lapangan tempat biasa Jake dan Vale berlatih pun terdengar intruksi dari Jake untuk Cesse. Cesse berlarian ke sana ke mari. Melewati berbagai rintangan yang telah Jake siapkan dengan mudah.
"Kamu belajar dengan sangat cepat, Cesse," puji Jake. "Baiklah, sesi latihan untukmu sudah selesai hari ini. Sekarang giliran Vale," sambungnya. Werewolf itu mengaum sebentar, kemudian menjilat wajah Jake membuat si pria menjadi geli di sana. Cesse berjalan mundur untuk merubah wujudnya kembali menjadi manusia.
Jake membawakan minuman untuk Vale. Vale menerimanya dan langsung menenggak minuman itu. Padahal yang lelah pasti Cesse bukan Vale.
"Duel satu lawan satu aku rasa tidaklah buruk, Vale," usul Jake kala itu. Vale terdiam, dia mengangguk dengan semangat. Sudah lama mereka tidak duel, di mana dulunya Jake mendominasi duel itu. Namun, Vale optimis dia pasti bisa mengalahkan Jake.
Vale dan Jake memberi jarak satu sama lain. Keduanya saling tatap dengan pandangan waspada. "Jangan mengalihkan tatapanmu dari musuhmu, Vale. Ini sangatlah penting. Kamu tetap harus waspada di segala kondisi," intruksi Jake. Vale mengangguk paham.
Jake melakukan serangan pertama. Vale mampu menghindari. "Serangan lawan bisa datang dari mana saja. Dan jangan selalu mengandalkan teknik menghindar. Di keadaan tertentu kamu harus menyerang lawanmu juga," kata Jake
Sepanjang setengah hari itu keduanya habiskan untuk berduel. Vale terlihat bersemangat di latihan kali ini. Tentu dia melampiaskan kekesalan serta kecewaannya pada latihan tersebut. Dan Jake mau tidak mau harus meladeninya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE V ✔
FantasíaKarena sebuah peraturan dari raja vampir membuat Vele dan Vale harus hidup terpisah selama dua puluh tahun lamanya. Tak ada yang tahu jika masing-masing dari mereka memiliki takdir yang saling terikat, hingga keduanya dipertemukan dalam peristiwa ya...