BAGIAN 33

9 1 0
                                        


Karena kembalinya Vale ke istana, maka dia kembali ke rutinitasnya seperti biasa yakni berlatih bersama Jake. Jake tentu masih mendapatkan tugas dari Easter untuk mengawasi gadis ini. Sedangkan Vale sendiri sedang mencari celah lagi untuk bisa mengelabuhi Easter dan Vele.

Kali ini Jake mengajarinya memanah. Ya, meskipun pada dasarnya Vale tidak membutuhkan hal ini, tetapi Jake tetap ingin mengajarkannya.

"Badanmu harus tegak agar panahnya bisa melesat dengan tepat. Dan jangan lupakan bidik dengan benar. Kamu bisa menggunakan satu mata atau keduanya jika bisa," kata Jake. Vale mengangguk, gadis itu sudah mengangkat panahnya. Dibidiknya benda yang berada beberapa meter di depan sana. Sebuah papan berbentuk kotak. Vale harus mengenai tengah-tengah papan itu untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Wush.

Panah melesat dengan cepat ketika Vale melepaskannya. Gadis ini meringis tatkala ia tak mengenai sasaran dan malah hampir keluar dari papan itu.

"Tidak apa-apa. Baru percobaan pertama dan sudah lumayan. Kamu bisa berlatih lebih keras agar bisa mahir di bidang ini," komentar Jake. Vale mengangguk dan kembali berlatih. Jake sebagai pembimbing hanya bisa memantau gadis itu.

"Segera ke ruanganku sekarang."

Jake mendapatkan pesan dari Easter. Dengan sigap pria itu menghampiri Vale. Vale pun menghentikan latihannya. "Aku harus pergi sekarang. Raja memanggilku. Bisakah kamu berlatih sendiri lebih dulu? Aku akan segera kembali setelah ini," ujar Jake. Vale mengangguk dan membiarkan pria itu pergi.

Setelah kepergian Jake, tentu Vale kembali melanjutkan latihannya. Namun, ketika ia hendak melesatkan anak panah, ia urung melakukan itu karena di depan papan bidik ada Gerry yang tiba-tiba berdiri di sana.

Vale menurunkan anak panahnya dan memutar bola matanya malas. Gerry menghampiri gadis itu sembari membawa dua buah apel di tangannya. Dia memberikan satu apel itu kepada Vale. Keduanya menuju ke bawah pohon dan duduk di sana. Tempat ini sedang sepi, jadi Gerry bisa leluasa berkeliaran di sana.

"Masih terlalu pagi untuk berkunjung," ucap Vale. Gadis itu menggigit apel miliknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Gerry.

"Rumah pohon terlalu sepi jika tak ada dirimu," balas pria itu membuat Vale reflek menoleh.

"Sejak kapan kau merasa sepi? Bukankah sejak dulu kau memang selalu tinggal sendiri?" sahut Vale yang tak habis pikir.

Gerry tertawa kecil. "Ya. Tapi, keberadaanmu beberapa minggu lalu membuatku sedikit tak kesepian dan sayangnya aku malah terbiasa bersamamu."

Vale memutar bola matanya malas ketika mendengar bualan yang pria ini katakan. "Jangan membual. Ingat tujuan kita kembali untuk apa. Bagaimana? Apakah kau sudah membuat ramuannya?" tanya gadis tersebut.

Jake segera merogoh saku celananya. Diberikannya dua buah botol berisi cairan di sana. "Botol biru untuk Vele. Dan botol merah untukmu," jelas Gerry. Vale mengangguk dan langsung menyimpan ramuan itu di sakunya. Dia harus meletakkan botol-botol itu di dalam kamar agar tidak jatuh dan tumpah.

"Aku lihat kau sangat dekat dengan prajurit itu," celetuk Gerry membuat Vale tak paham siapa yang sedang pria ini bicarakan. "Maksudku adalah Jake," lanjutnya yang mana bisa membaca ekspresi bingung Vale tadi.

"Sejak pertama kali aku datang, kami setiap hari bersama untuk berlatih. Ini juga perintah raja. Jadi, tentu saja kami dekat selayaknya teman," jelas Jake.

Gerry tertawa. "Apakah kau tidak menyukainya?"

Vale melotot mendengar pertanyaan random pria ini. "Apa kau gila? Tidak mungkin aku menyukai dia. Dia sudah memiliki mate. Ya, meskipun mate nya telah tiada, tetapi bisa jadi di luar sana ia memiliki mate kedua," sahut Vale sedikit menggebu di sana.

DOUBLE V ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang