BAGIAN 26

16 1 0
                                    

Ketukan di pintu membuat Vale terkejut. Pasalnya di dalam kamar miliknya masih ada sosok Gerry. Jika orang di luar melihat pria itu, maka Vale akan dianggap sebagai pengkhianat. Ya, walaupun Vale belum terpikirkan untuk berkhinat pada rajanya.

"Vale. Aku mohon buka pintunya. Ini aku Vele."

Teriakan dari luar membuat Vale sadar jika kembarannya itu pasti ingin berbicara dengannya. Kepala Vale tertuju pada sosok Gerry yang terlihat sangat santai. Ya, pria itu benar-benar menguji kesabaran Vale.

Sembari berkacak pinggang, Vale menghampiri tempat Gerry duduk. "Hei, tidak bisakah kau sadar jika di luar ada Vele? Pergilah sebelum semua orang tau keberadaanmu," usir Vale dengan halus.

Gerry mengangguk. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke jendela besar tempat di mana dia masuk pertama kali. Vale memastikan pria itu benar-benar pergi dari kamarnya, barulah dia akan menemui Vele di luar. "Oh iya, di hutan aku tinggal sendirian, jadi mungkin aku akan sering berkunjung ke kamarmu. Kalau bisa, jangan kunci jendela ini," katanya.

"Kau gila?!" seru Vale sembari melotot di sana. Gerry tertawa kecil sebelum dia benar-benar pergi. Dirasa Gerry sudah tidak ada, Vale pun membukakan pintu untuk saudaranya.

"Hai," sapa Vele mencoba mencairkan suasana. Vale hanya menjawabnya dengan anggukan saja. "Bolehkah aku masuk?" ijin Vele sembari memperhatikan kamar Vale diambang pintu.

"Tidak. Aku berencana ingin istirahat lebih cepat hari ini. Latihan kali ini benar-benar menyita tenagaku," jawab Vale. Vele terlihat sedih mendapat penolakan ini, tetapi sebisa mungkin dirinya menampilkan senyum terbaiknya.

"Baiklah. Kamu bisa lanjutkan istirahatmu," kata Vele mengalah. Vale mengangguk. Kembarannya berbalik, Vale pun menutup pintunya. Vale tampak bimbang dengan keputusannya. Apakah semua ini terasa benar untuk dilakukan?

Vele berjalan menuju ke perpustakaan milik ibunya Easter. Sudah lama dia tak ke sana. Suasana hatinya sedang tidak baik. Mungkin, mencari beberapa buku untuk ia jadikan bahan bacaan di dalam kamar bukanlah ide yang buruk.

Vele menyusuri tiap rak dan meneliti buku-buku yang menurutnya menarik. Baru lima belas menit, dia sudah mendapat lima buku. Baiklah, sepertinya ini sudah lebih dari cukup. Vele tersenyum senang. Namun, kesenangannya terhenti karena mendengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Seperti dibanting.

Buru-buru Vele pun menuju ke pintu keluar yang mana tadinya terbuka sekarang tertutup. Dia mencoba menarik knop pintu, tetapi tidak bisa. Dia mendorong pintu itu, tetapi hasilnya tetap sama. Alhasil, Vele pun menggedor pintunya berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya.

"Tolong! Siapa pun di luar sana tolong bukakan pintunya!" seru Vele.

"Jangan Anda paksa pintu itu, Ratu. Dia tidak akan terbuka sebelum saya yang memerintahkannya," ucap Gerry yang ternyata dialah dalang di balik itu semua. Vele menggunakan mode waspadanya lagi. Gerry sungguh berani menampakkan diri di kerajaan ini. Apakah pria ini tidak takut dengan Easter?

"Apakah Anda sudah memberitahu Raja apa saja yang kita obrolkan kemarin?"

Vele menggeleng. "Aku kira Anda sudah mendiskusikannya dengan Raja yang mana saya tidak perlu repot untuk terus melakukan penyerangan," lanjut Gerry.

"Pergilah. Aku masih berbaik hati padamu dengan tak memanggil Raja," usir Vele saat itu.

"Tolong beri aku waktu sedikit untuk mengobrol dengan Anda, Ratu. Begini, keinginanku tetaplah sama. Aku ingin Anda membiarkan Vale keluar dari kerajaan. Bayangkan bagaimana tersiksanya dia terkurung di dalam sini. Bukankah seseorang akan lebih baik jika berkumpul dengan kawanannya? Anda adalah mate dari Raja, tentu Anda akan sangat mudah beradaptasi. Bagaimana dengan Vale?"

DOUBLE V ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang