"Ibu," panggil Vele ketika dia akan sarapan. Cale sudah menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Makanan kesukaan sang putri.
"Ada apa, Vele? Ibu sebentar lagi harus berangkat kerja. Kamu bisa bantu Ibu beres-beres kamar, kan?" ucap Cale yang terus bergerak ke sana ke mari. Vele pun sedikit kesal karena diabaikan. Gadis itu menghentikan langkah sang ibu.
Cale mengernyit, menatap sang putri dengan penuh. "Ibu, jujur padaku. Apa yang sudah Ibu sembunyikan dariku?" cecar Vele yang membuat Cale semakin bingung.
"Vele, Ibu tidak punya banyak waktu untuk menjawab teka-tekimu. Lebih baik kamu segera beritahu Ibu ada apa," sahut Cale.
"Siapa pria itu, Bu? Siapa pria yang bernama Albus itu? Apa dia kekasih Ibu?" tanya Vele secara gamblang yang mampu membuat Cale tak bergerak bak patung.
Vele tahu sang ibu pasti terkejut, dan dia sudah mengira jika ibunya pasti menyembunyikan sesuatu darinya. "Siapa pria itu, Ibu? Ini bukan kali pertama aku mendengar Ibu menyebut namanya dalam tidur. Aku pikir mungkin salah dengar, tetapi rasanya tidak mungkin ketika aku mendengarnya secara berulang. Siapa pria yang bisa membuat Ibu menyebut namanya terus menerus di saat tidur dan tak sadarkan diri?" desak Vele.
Berkali-kali Cale mengeembuskan napasnya. Memang sejak dulu ia tak pernah menceritakan perihal Albus. Itu semata-mata agar Vele tak nekat untuk mencari Albus. Ia pikir itu pilihan terbaik ketika Cale tahu persis bagaimana sifat putrinya.
"Dia ... dia ayahmu, Nak."
Ayah? Ini kali pertama Vele mendengar namanya. "A-ayah? Albus? Dia nama ayahku?" tanya Vele memastikan. Cale mengangguk. Mendengar nama sang ayah untuk pertama kalinya membuat Vele terlihat bahagia. Cale tahu jika putrinya senang sedikit tahu tentang ayah kandungnya. "Di mana dia sekarang, Bu? Setelah sekian lama Ibu selalu menutup mulut perihal ayah, sekarang Ibu mulai terbuka kepadaku."
"Dia tidak ada di sini, Vele," terang Cale.
"Tapi dia masih hidup, kan?" Cale mengangguk. "Ini berita baiknya. Kita bisa bertemu Ayah," lanjut gadis ini penuh antusias.
"Tidak bisa, Nak. Kita tidak bisa bertemu dengannya," jelas Cale.
"Kenapa?"
"Karena dia bukanlah dari bangsa wizard."
Dan pikiran Vele pun menjadi buruk. Lantas dari mana asal sang ayah? Bangsa vampir atau werewolf?
"Terus, dia dari bangsa apa, Bu? Vampir atau werewolf?" tanyanya lebih lanjut.
"Ayahmu adalah seorang werewolf, Nak," ungkap Cale yang kentara sekali jika wanita paruh baya ini nampak sedih. Werewolf, wow, ini berita bagus bagi Vele. Kapan lagi dia memiliki keluarga seorang werewolf. Tunggu dulu, werewolf?
"Ibu, dari dulu Ibu tidak pernah bercerita tentang Ayah. Bolehkah Ibu ceritakan bagaimana pertemuan awal Ayah dan Ibu?" pinta Vele.
"Ibu harus siap-siap bekerja, Vele," jawab Cale seperti menolak.
"Ayolah, Bu. Garis besarnya saja bagaimana?" mohon gadis ini sekali lagi. Cale mengembuskan napas beratnya lagi, Vele tak akan berhenti mengganggunya.
Wanita paruh baya itu mengambil buku yang biasa ia bawa, di dalamnya terdapat foto Albus. Vele memperhatikan setiap hal yang sang ibu lakukan. Setelah menemukan foto Albus, Cale pun memperlihatkannya kepada Vele untuk yang pertama kali. Ia rasa putrinya memiliki hak untuk tahu tentang ayahnya.
"Dia Albus, ayahmu," ungkap Vele. Gadis itu memperhatikan potret pria yang berdiri di sebelah sang ibu. "Ibu dan Ayah bertemu di wilayah Kerajaan Vampir. Setiap satu tahun sekali akan diadakan pertemuan antar kaum di sana untuk mempererat tali persaudaraan," cerita Cale dengan senyum di wajahnya. Kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Albus membuat wanita kembali merasakan kebahagiaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE V ✔
FantasyKarena sebuah peraturan dari raja vampir membuat Vele dan Vale harus hidup terpisah selama dua puluh tahun lamanya. Tak ada yang tahu jika masing-masing dari mereka memiliki takdir yang saling terikat, hingga keduanya dipertemukan dalam peristiwa ya...