33

3.9K 246 9
                                    

Vegas kini berada di ruang rawat rumah sakit sang adik karena kaki nya sempat tertembak oleh pete sendiri. Kaki nya harus di perban padahal vegas bilang dia sudah cukup kuat untuk berdiri.

Tetap saja pete meminta sang suami untuk memerban kaki vegas. Usai kejadian di gedung usang tadi, mereka berangkat untuk mendapatkan rawatan medis.

Mengingat si manis juga yang terluka tapi tidak terlalu parah. Hanya sedikit lecet di bahagian lengan. Tapi mampu membuat vegas hampir mengebom gudang usang itu yang di dalam ada big.

Pete juga tidak mampu menopang badan memaksa untuk berdiri karena habis di gempur kasar oleh oknum yang kaki nya berperban itu.

"Macau, tidak perlu berlebihan seperti ini. Aku baik baik saja tolong" Vegas memelas. Ia ingin bermanja ria bersama pete berakhir harus duduk di ranjang putih ini. Frustasi!

Helaan nafas terdengar dari sang adik, macau meletakkan stetoskop di atas nakas sebelah ranjang vegas. Mata pemuda itu tidak berbohong jika ia juga sedang lelah, "Kak pete bilang kalau hia ingin menemui nya, pastikan kaki hia sudah di perban."

"Tidak begini jugaaa"

Tok! Tok! Tok!

Cklek

"Boleh aku masuk?"

Itu si manis dengan kepala menyembul di balik daun pintu sembari melontarkan senyum hangat.

"Silakan!" Jawab macau antusias namun kemudian senyuman manis macau punah.

Mata pemuda itu bergetar tidak percaya kala menatap sang kakak ipar datang dengan mendorong kerusi roda seorang wanita cantik.

Ibu kandung mereka.

Kedua mata adik beradik itu meredup menatap nampheung yang tersenyum penuh keibuan di hadapan mereka sekarang.

Dengan gerakan sigap, macau berlari lalu memeluk sang ibu begitu erat seolah tiada hari esok. Putra bungsu keluarga minor itu terisak dalam pelukan hangat sang ibu.

Nampheung nyaris terkekeh kalau tidak mengingat bahwa putra bungsu nya ini begitu sensitif.

Jemari lentik nampheung ia bawa mengelus surai halus sang anak yang mulai terisak seperti bayi, "Putra ku, kalian tumbuh dengan sehat dan tampan"

"Mae.." Rengek macau mendusel manja dalam dekapan nampheung.

"Aku merindui mu, mae. Ini aku macau, mae mengingat ku?" Masih dengan isakan bahkan ada noda ingus di hidung macau, pemuda itu mendongak menatap sang ibu begitu dalam.

"Mae tidak pernah melupakan kalian, macau ku, vegas ku. Putra tampan nya mae." Nampheung merunduk mengecup surai macau lama menyalurkan rasa kerinduan. Sungguh ia merindukan sosok hangat kedua putranya ini.

Netra cantik nampheung menangkap sosok lain yang terduduk di ranjang menatap dirinya dengan pandangan redup, "Vegas?"

"Mae." Terdengar sangat rapuh. Oh, apakah ini vegas? Sepertinya bukan.

Vegas dengan langkah tertatih menghampiri sang ibu segera.

Tangan vegas ia bawa untuk mengenggam erat tangan nampheung, " Aku kira mae masih di sekap oleh mereka. Maafkan aku, mae..aku terlambat"

"Mae sudah selamat bukan?" Nampheung menarik putra sulung nya ke dalam pelukan sama seperi macau. Mengelus kedua surai lelaki dewasa yang masih ia anggap bayi itu.

" Syukur lah kalian selamat. Kita bertemu lagi, anak anakku."

Mata vegas terpejam erat merasakan hangat pelukan seorang ibu. Pelukan ini yang vegas rindui selama 8 tahun mencari sang ibu.

Blood,sweat and kiss [VegasPete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang