Tubuh Barsha seketika membeku tatkala kecupan seorang Galaxy mendarat di keningnya. Nafasnya tercekat dan jantungnya berpacu sangat kencang. Barsha berusaha mencerna apa hal yang telah terjadi, namun otaknya seolah berhenti bekerja, sehingga yang ia rasa adalah dunia seakan berhenti.
Galaxy terkekeh melihat raut tegang seorang Barsha, cowok itu menepuk halus pipi sang cewek agar beliau kembali ke alam sadar.
"Kenapaa?" tanya Galaxy begitu lembut.
Detik-detik kemudian Barsha terperanjat, spontan ia mendorong Galaxy agar menjauh dari hadapannya. Semburat merah bermunculan di pipinya, untuk menyembunyikan hal tersebut ia lantas menjauh dari hadapan Galaxy dengan melangkah menuju tepi kolam renang.
"Shit," umpat Barsha dengan sangat pelan. Perasaan dalam dadanya bercampur antara senang dan kesal. Kesal karena dirinya tak bisa menolak Galaxy, seharusnya ia memegang teguh prinsip awal untuk berhenti berurusan dengan cowok itu.
Barsha berkacak pinggang dengan posisi membelakangi Galaxy. Dipikirannya sudah terancang banyak kalimat yang siap untuk dicelotehkan pada Galaxy.
Tanpa Barsha sangka, Galaxy melangkah menuju hadapannya yang berdiri tepat di tepi kolam, agar memastikan mereka aman, Galaxy mendorong perlahan bahu Barsha. Seketika saja kalimat dibenaknya yang sudah tersusun itu sirna.
"Kangen," ungkap Galaxy dengan suara sangat pelan, bahkab hampir tak terdengar. Matanya terus menatap bola mata Barsha dengan dalam dan teduh.
Detik selanjutnya, Galaxy merengkuh tubuh Barsha dan memeluknya sangat erat untuk menyalurkan rasa rindu yang bercampur sedih. Rasa nyaman dan hangat itu ia rasakan ketika memeluk Barsha.
Barsha menggigit bibir bawahnya, ia merasa bahagia sekaligus tak percaya. Namun di satu sisi, ia marah kepada dirinya sendiri karena tidak dapat menolak pelukan Galaxy.
Cewek berparas cantik itu berusaha mengumpulkan tenaganya untuk mendorog Galaxy, kemudian didorongnya Galaxy hingga cowok tersebut terlepas dari tubuhnya.
"Lo kenapa sih, Gal?" Barsha memberengut.
"Di saat gue udah mau ilangin perasaan gue buat lo, lo malah datang ke gue! Lo jangan mainin hati gue dong!" sungut Barsha.
Galaxy terdiam sejenak. "Ngapain lo ngelupain gue?"
"Terserah gue lah. Terus bukannya ini yang lo mau kan? Pokoknya lo tenang aja, gue bakal lupain lo dan gak akan pernah ganggu lo lagi sesuai yang lo pengen. Pegang janji gue," Barsha berucap dengan memorinya yang memutar penolakan demi penolakan Galaxy, jika diingat kembali, ternyata rasanya sakit.
Galaxy menggelengkan kepalanya, "Gak. Bar--"
"Diem, gak usah ngomong. Sekarang lo mending keluar! Gue di sini mau seneng-seneng, tolong jangan buat hari gue berantakan," Barsha menunjung pintu kamarnya, memerintahkan Galaxy untuk segera keluar.
Galaxy menghela napasnya, mau tak mau ia harus mengikuti perintah Barsha. Ketika Galaxy tak lagi nampak di peredaran Barsha, cewek itu terkulai lemas sambil memijat pelipisnya. Barsha merasa bersalah karena telah memaki-maki Galaxy, namun itu hal yang perlu ia lakukan untuk memasang tembok agar Galaxy tak seenaknya masuk ke dalam hatinya ketika dirinya sudah mulai ingin melupakan cowok itu.
Bukannya seharusnya ia bahagia karena ternyata usahanya membuahkan hasil? Memang, akan tetapi hati Barsha sudah terlanjur sakit, bahkan memori di otaknya selalu memutar sikap atau perkataan Galaxy yang menohok hatinya.
:::0:::
Galaxy termenung di lobby resort yang Barsha tempati. Sudah berjam-jam dirinya menunggu kehadiran beliau, namun cewek itu tak kunjung menampakan batang hidungnya. Galaxy mengusap-ngusap wajahnya, kalimat demi kalimat yang Barsha lontarkan terus terngiang di benaknya. Rasanya ia amat menyesal karena selalu mencampakan Barsha. Ia tak tahu jika perasaannya akan terjatuh pada cewek itu.
Siapa sangka jika Barsha berhasil mendepak posisi Cleopatra di hatinya? Bahkan perasaan ini ia rasakan lebih dalam.
Setelah menunggu lama, akhirnya Barsha memunculkan batang hidungnya. Galaxy merasa bersyukur sebab Barsha tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, entahlah namun cewek itu telah merubah cara berpakaiannya dari yang dahulu sangat terbuka, menjadi sedikit tertutup. Tak apa, perubahan itu patut diacungi jempol.
Ketika padangan Barsha menangkap sosok Galaxy, cewek itu terdiam sejenak dengan ekspresi malas, kemudian melanjutkan kembali langkahnya tanpa menghiraukan Galaxy. Melihat itu, Galaxy lantas membuntuti langkah Barsha.
"Ngapain sih lo?" sambil berjalan, Barsha bertanya dengan pandangan lurus, tak mau menatap Galaxy.
"Makan yuk, lo belum makan kan?" ajak Galaxy di halaman parkir resort.
"Gak usah so' peduli. Gue emang mau makan, tapi gak sama lo," timpal Barsha acuh tak acuh.
"Yaudah yuk, gue tau restoran enak di sini," Galaxy mendorong pelan tubuh Barsha ke arah mobilnya.
"Dih gue bilang gue gak mau makan sama lo. Lo budek?!" Barsha berontak namun Galaxy semakin memperkuat cengkramannya.
"Masuk," titah Galaxy setelah membukakan pintu mobil yang disewanya.
Barsha memberengut, dengan berat hati ia mengikuti perintah Galaxy.
Mobil pun melaju menyusuri jalanan Bali. Suasana mobil sangat hening dikarenakan Barsha tarus bergeming dengan hanya menatap kaca jendela di sampingnya.
"Mendadak introvert," canda Galaxy. "Mana tuh Barsha yang biasanya kesurupan reog?"
Mendengar itu, Barsha menahan tawa agar tidak pecah.
Ketika mobil harus berhanti di lampu lalu lintas yang bewarna merah, Galaxy sengaja menatap Barsha dengan tangan yang dilipatkan di atas dada dan punggung yang bersandar pada pintu mobil. Galaxy menahan tawanya agar tidak pecah ketika melihat Barsha sepertinya menahan malu.
"Gaje lo," Barsha menabok dada Galaxy yang masih saja menatapnya. "Lampu ijo tu, nyeet!!" tunjuk Barsha pada lampu lalu lintas.
"Eish," Galaxy menjentikan tangannya pada bibir Barsha, "toxic," canda Galaxy, kemudian ia melajukan kembali mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba di restoran yang menyediakan berbagai hidangan khas Bali. Barsha membiarkan Galaxy duduk terlebih dahulu, sebab ia akan memilih meja yang berbeda dengannya.
"Pindah ah, di sana hawanya gak enak, banyak remeh juga," ucap Galaxy seraya duduk di hadapan Barsha. Spontan Barsha menatap meja yang sempat ditempati oleh Galaxy, nampaknya Galaxy membual sebab meja tersebut terlihat bersih.
"Gak ada yang nyuruh lo duduk di situ," ujar Barsha datar.
Galaxy tak merespon apapun. Ia hanya membisu dengan tangan yang menopang pipinya. Ditatapnya Barsha dengan pandangan lurus, seakan ia terhipnotis dengan bola mata cewek itu yang indah.
"Emangnya kamu gak mau tanggung jawab? Aku jadi sayang sama kamu,"
:::0:::
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Teen FictionTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...