Galaxy duduk di atas kap mesin mobil Toyota Supra-nya yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, lelaki itu sedang menunggu kehadiran Barsha yang tak kunjung tiba. Mungkin karena keadaan lalu lintas yang padat merayap, mengingat Barsha dan Zico mengendarai mobil, sedangkan ia mengendarai motor.
Tak lama, suara mesin turbo yang ia hafal betul itu menusuk indera pendengarannya. Detik-detik kemudian mobil Dodge Challenger yang beberapa hari lalu masih menjadi miliknya, kini terparkir sempurna di halaman rumah keluarga Barsha.
Malas menyaksikan gadis petakilan yang saat ini sedang berjalan kearahnya seraya tersenyum manis, Galaxy memilih untuk menyingkapkan hoodie hitam dari tubuhnya, menyisakan kemeja seragam putih yang dua kancing teratasnya tak dikancingkan. Kemudian ia sampirkan hoodie tersebut di bahu kanannya.
"Gila bro, mobil lo enak banget, eh maksudnya mobil gue." Di sebrang sana, Zico setengah berteriak seraya mengacungkan ibu jarinya. Setelah melihat ekspresi datar yang dilemparkan oleh Galaxy, Zico akhirnya berlalu memasuki rumahnya diiringi tawa kecil, namun sebelum memasuki rumah, ia menyuruh kelima pengawal Barsha untuk berjaga di rumah saja, karena menurut Zico, Galaxy sudah cukup untuk Barsha, dengan kata lain; Zico telah mempercayai sepenuhnya pada Galaxy jika lelaki itu bisa melindungi Barsha dari mara bahaya.
"Pasti lo nunggu lama, ya? Tuh kan, harusnya kita pulang bareng biar lo nggak perlu repot-repot nungguin gue." ujar Barsha, kini gadis itu berdiri di hadapan Galaxy.
"Berisik." Galaxy turun dari kap mesin mobilnya. Setelah itu, hoodie yang tersampir di bahunya ia lemparkan pada Barsha yang dengan sigap gadis itu terima lemparan tersebut. Kening Barsha berkerut, tanda bertanya.
"Pegang." kata Galaxy, melirik sekilas kearah Barsha sebelum akhirnya lelaki itu berjalan hendak memasuki rumahnya.
Mendadak Galaxy menghentikan langkahnya, membuat Barsha menghantam punggung kokoh milik Galaxy sebab posisinya tadi berjalan tepat di belakang lelaki itu, dan kini area hidung serta keningnya terasa nyeri.
"Aw." Barsha meringis kesakitan. "Sakit, Gal. Tanggung jawab ini gara-gara lo." melancarkan aksi modusnya, Barsha menarik pergelangan tangan Galaxy dan ditempelkannya pada kening. "Sakit tau."
Demi apapun jika bukan karena para mafia yang dihadapinya sekitar seminggu lalu, Galaxy betul-betul tidak sudi untuk mengajari gadis aneh itu bela diri.
Tanpa banyak bicara, Galaxy menarik tangannya dari genggaman Barsha.
"Ganti baju dulu, sana. Gue tunggu di dalem." tutur Galaxy kemudian berlalu meninggalkan tempat.:::o:::
Kini Barsha telah berada di kediaman Galaxy, lebih tepatnya di halaman belakang yang disulap menjadi tempat pelatihan tembak jitu.
Terpukau. Satu kata untuk mendeskripsikan perasaan Barsha ketika melihat halaman belakang rumah Galaxy. Namun hal tersebut semakin menimbulkan rasa penasaran di dalam diri Barsha terhadap pacar idamannya itu.
Menyampingkan rasa penasarannya, Barsha berlari kecil menghampiri Galaxy yang sedang menyiapkan berbagai macam senjata api.
"Ada peraturan yang harus lo patuhi. Peraturan pertama, dilarang bantah apa yang gue perintah." ucap Galaxy seraya mengusap senjata api revolver berjenis double-action revolver, sedangkan matanya menatap lurus bola mata Barsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Teen FictionTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...