"Jadi gimana?" tanya seorang lelaki yang berdiri di samping meja, matanya menatap Galaxy dengan sorot penuh harapan.
Galaxy beranjak dari duduknya, ia mundur beberapa langkah dan menyandarkan tubuhnya pada meja bar dengan tangan yang bersedekap.
"Lo gak kepengen tau di mana orang tua lo?" lelaki bernama Zidan itu menumpukan telapak tangannya pada meja.
"Mereka udah gak ada." Akhirnya Galaxy bersuara setelah sekian lama ia membisu, sebab sedari tadi hanya Zidan lah yang bersuara.
Zidan tertawa, menurutnya ucapan Galaxy adalah sesuatu yang amat konyol. "Lo percaya kalo orang tua lo udah gak ada? Bodoh banget."
Menaikan sebelah alisnya, Galaxy sedikit terusik setelah mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Zidan.
"Gue ada urusan yang harus diberesin." ujar Galaxy setelah beberapa saat.
Melangkah menuju meja makan di hadapannya, Galaxy meneliti seluruh kertas yang menampilkan potret kepala buntung, lalu kertas lain yang menampilkan seseorang dengan bola mata yang terlepas dari tempatnya, juga di kertas sebelahnya terpampang jelas potret potongan tubuh manusia.
"Dan ini," Galaxy menunjuk semua kertas yang disimpan secara tidak kondusif. "Bukan urusan gue. Gue bukan agent F one lagi."
"Gue tau. Gue minta bantuan sama lo sebagai temen. Kita temen, right? Atau lo gak nganggap gue temen, oke itu gapapa."
"Lo tau? Cuman lo doang yang bisa nangkep psikopat itu. Dan juga, kalian sekolah di tempat yang sama, Gal." lanjut Zidan.
"Gue kasih lo waktu dua minggu buat mikir. Beresin dulu urusan lo itu."
Zidan undur diri, meninggalkan Galaxy seorang diri di dalam ruangannya. Tak lupa, begitu Zidan keluar dari ruangan, ia menyuruh dua anggota teamnya yang berjaga di depan pintu untuk mengantar Galaxy kembali ke sekolah.
Sementara itu, Galaxy masih berdiam diri di tempat, ia mengusap kasar wajahnya.
"Kalo lo terima tawaran gue, gue bisa cari di mana orang tua lo."
"Lo percaya kalo orang tua lo udah gak ada? Bodoh banget."
Sial, dua kalimat itu terus menerus terngiang di kepalanya. Apa benar bahwa orang tuanya masih hidup? Jika iya --tidak, itu mustahil!
Argh persetan dengan semuanya!
Berusaha untuk melupakan perihal itu, Galaxy membuka kemeja seragam yang membaluti tubuh atletisnya. Kini hanya kaos berwarna hitam lah yang melekat pada tubuhnya.
Galaxy menghela napas, ia membutuhkan sesuatu untuk menenangkan pikirannya.
Lantas, lelaki berkulit terang itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari sebuah minuman alkohol untuk ia konsumsi.
Ketika Galaxy hendak membawa botol wine, benda pipih yang berdering membuat ia harus mengurungkan niatnya untuk minum. Sebab yang meneleponnya kini ialah Barsha.
"Halo. Gal." begitu panggilan tersambung, Barsha dengan suara gemetarnya langsung memanggil.
"Kenapa?" Galaxy mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Ficção AdolescenteTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...