Pikirannya buntu, Barsha tak memiliki jalan lain selain membawa Galaxy ke resornya. Sejak tadi Galaxy tak menyahut ketika ditanya di mana tempat beliau menginap, alhasil Galaxy berujung terbaring dengan setengah kesadaran di sofa resor Barsha.
Barsha berupaya untuk menenangkan dirinya dengan terbaring di kursi panjang yang berada di tepi kolam. Alih-alih mengeksplor Bali, kehadiran Galaxy justru membuat Barsha tak bisa bergerak. Seharusnya di sore hari seperti ini Barsha sedang berkelana. Namun apa daya, tak mungkin pula dirinya meninggalkan Galaxy dalam keadaan setengah sadar.
Tatkala alam bawah sadar menguasai diri Barsha, tanpa sangka sosok Galaxy muncul membuat cewek itu terhentak.
"Geser," titah Galaxy seraya ikut terbaring di samping Barsha.
Dengan mata merahnya, Galaxy menatap intens bola mata Barsha. Kemudian, cowok itu mengelus halus pipi Barsha dengan jemarinya.
"Maaf," lirih Galaxy.
"Maaf aku suka nyakitin kamu," lanjutnya seraya merengkuh tubuh Barsha, kepalanya ia sembunyikan pada tengkuk Barsha.
Aliran darah Barsha berdesir, jantungnya berdegub kencang dan perasaan bahagianya membucah berada di pucuk, namun dirinya sadar bahwa ia tak boleh merasakan hal demikian.
"Waktu aku dirawat, kenapa kamu ga nengok?" tanya Galaxy, kini kepalanya menegadah menatap Barsha.
Barsha mengernyitkan keningnya, "bukannya lo yang nyuruh buat gue jangan nengok?" jawab Barsha sinis.
Galaxy ikut mengernyit heran. "Aku kan nyuruh--tunggu!" Galaxy terhentak, "Cleopatra ngomong apa ke kamu?"
"Ya dia bilang lo gak mau gue tengok, jadi yaudah,"
Sontak Galaxy terbangun dari posisinya, ia duduk dengan badan yang menghadap ke arah Barsha. "Berarti kamu mau nengok?" tanya Galaxy.
"Gak," bual Barsha seraya memutar bola matanya kesal. Mendengar itu, Galaxy pun berdecak.
Galaxy dan Barsha sama-sama terdiam, tak ada satupun yang berniat memecahkan keheningan. Barsha sibuk dengan dirinya yang tengah menyaksikan langit senja yang indah, sedangkan Galaxy sibuk memperhatikan tiap inci permukaan wajah Barsha.
"Cantik," gumam Galaxy.
Barsha yang tengah sibuk memperhatikan langit itu sontak terkejut.
"Lo bilang apa?" tanya Barsha untuk memastikan apakah telinganya tidak salah dengar.
"Cantik."
"Langitnya."
Mendengar itu, Barsha langsung mendelik. Rasa kesal karena Galaxy itu membara di dalam dadanya dan suksek membuatnya menjadi murung.
Galaxy terkekeh. "Tapi ada yang lebih cantik,"
"Barsha Xavera, Xaveranya pake X, bukan pake S," lanjut Galaxy meniru tuturan kata yang diucapkan oleh Barsha ketika cewek itu memperkenalkan dirinya.
Seketika wajah Barsha memerah, reflek ia bangkit dari posisi terbaringnya dengan tangan yang menutup wajahnya untuk menutupi rasa malu.
"Gak usah ngingetin gue, kalo diinget-inget gue suka malu," ungkap Barsha dengan tangan yang masih menutupi bagian permukaan wajahnya.
Galaxy menahan tawanya sambil memperhatikan lamat-lamat wajah Barsha, bermaksud agar cewek itu semakin dibuat malu.
"Sana ah," Barsha semakin dibuat salah tingkah ketika dirinya mengintip Galaxy dari sela-sela jarinya dan mendapati cowok itu yang tengah menatap dirinya dengan senyuman jahil.
"Hey, liat aku," Galaxy merengkuh Barsha sambil melepaskan kedua tangan cewek itu yang menutupi
"Besok pulang yuk, ada banyak hal yang pengen aku lakuin bareng kamu di Jakarta," ajak Galaxy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Novela JuvenilTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...