5.

5.8K 444 2
                                    

Perlahan Barsha membuka matanya yang terasa berat, samar-samar netranya menangkap sosok pria yang asing bagi penglihatannya.

Barsha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menatap ruangan kumuh nan gelap yang ditempatinya saat ini.

"Lama bener lo tidur." ujar seorang pria tadi yang tubuhnya dipenuhi tatto.

Barsha bergeming. Kini kepalanya berdenyut hebat, terlebih ketika melihat tangan kanan pria itu menggenggam sebuah pisau. Tangan dan kaki Barsha yang diikat oleh tali serta mulutnya yang ditutupi lakban, membuat ia tak bisa melakukan apapun.

Memejamkan mata, berharap Tuhan memberinya pertolongan. Barsha terus saja berdoa dalam hati, sampai akhirnya munculah Alejandro dari balik pintu yang sudah reyot.

"Biar gue aja." ucap Alejandro pada pria ber-tatto.

Alejandro menghampiri Barsha dengan langkah angkuh, suara sepatu boats-nya menggema di antero ruangan kumuh ini. Ia berdiri di hadapan Barsha dengan mencondongkan sebuah pistol kearahnya. Kemudian menarik pelatuk pistol tersebut. Jari telunjuknya berada di trigger, artinya ia sudah siap untuk menembak Barsha.

"Gue kasih dua pilihan. Ikutin apa yang gue mau, atau lo gue tembak sekarang juga." Alejandro melepaskan lakban yang membekap mulut Barsha dengan sekali hentakan, membuat sang objek mengaduh kesakitan.

Barsha menelan salivanya susah payah. Mengapa dirinya harus diberikan dua pilihan yang sama-sama buruk? Dan lagi, pistol yang bertengger di pelipis bagian kanannya sungguh membuat ia sulit untuk sekadar menghirup udara.

"Gue tau pasti lo belum mau mati. Dosa lo masih banyak, kan?" Alejandro menekankan ujung pistolnya pada pelipis Barsha, sebelum akhirnya menarik pistol tersebut dan membuangnya.

Menghela nafas lega melihat itu, namun Alejandro seolah tidak akan membuatnya tenang, pria itu menarik rambut Barsha ke belakang.

"Lo pasti kaget gue udah keluar dari penjara." ucap Alejandro, mengikis jarak antara wajah mereka. Senyuman iblis terus terukir di wajahnya.

Posisi Barsha yang diikat diatas kursi, membuat ia tak bisa berkutik. Ingin rasanya Barsha menghajar Alejandro habis-habisan, namun dirinya sadar bahwa ia tidak memiliki kemampuan bela diri.

Alejandro meraba paha Barsha yang tak tertutupi rok seragamnya. Pria itu tersenyum puas merasakan kulit halus Barsha.

Nafas Barsha memburu, "Bajingan!" umpatnya dengan tatapan nyalang.

Alejandro tak bermain lebih, ia beralih mengusap pucuk rambut Barsha kemudian mundur beberapa langkah. "Mulai saat ini hidup lo ada ditangan gue."

"BRENGSEK LO!" dan yang terjadi selanjutnya adalah mulut Barsha yang dipenuhi oleh berbagai macam umpatan untuk Alejandro, sedangkan pria iblis tersebut menulikan telinga dan dengan perasaan tak bersalahnya ia melangkah keluar meninggalkan tempat.

"HEH! LEPASIN GUE ANJING!" teriak Barsha terhadap pria ber-tatto yang tadi menyekapnya.

"Ga usah banyak bacot!" pria tersebut menghentakan kepala bagian atas Barsha dengan sikunya, hingga membuat gadis berpenampilan acak-acakan itu tidak sadarkan diri.

:::0:::

Galaxy tak mengerti mengapa tiba-tiba saja dirinya dilanda perasaan gelisah, hembusan nafas kasar terus menerus keluar dari mulutnya. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, kepalanya menegadah menatap langit-langit kelas. Pelajaran Sejarah yang sedang berlangsung seakan angin lalu bagi Galaxy, kini pikirannya terus melayang pada sosok Barsha.

Gun N' Loves [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang