6.

5.7K 427 2
                                    

Warning : Di part ini mengandung unsur kekerasan, tapi masih aman kok, nggak ada yg sadis-sadis.

:::o:::

Barsha tersenyum kecut menatap Alejandro. Kini ketakutannya hilang berganti dengan rasa bencinya yang mendalam terhadap paman sialannya.

"Mau lo apa?!" Barsha menatap nyalang Alejandro.

Alejandro tersenyum smirk mendengar itu. Ia kembali menutup mulut Barsha dengan sebuah lakban. Pisau lipat yang Alejandro genggam kini ia pakai untuk menggores permukaan kulit tangan kanan Barsha hingga membentuk garis lurus sepanjang 10 cm.

Barsha merintih kesakitan, tangannya berdenyut dengan hebat. Hampir saja dirinya menangis jika saja ia tak bisa menahannya. Tidak, Barsha tidak boleh menangis di hadapan sang musuh, karena jika begitu, musuh akan menganggapnya lemah.

"Tadinya gue mau nyayat lo di pipi, tapi gue sadar kalo wajah lo adalah investasi."

Barsha meronta-ronta, umpatan demi umpatan ia keluarkan walaupun mulutnya terhalangi oleh lakban. Barsha bertekad, jika ia selamat dari siksaan Alejandro, maka ia akan menghabisi pria itu dengan cara memenjarakannya seumur hidup! Namun Barsha berpikir dua kali, apakah dirinya akan selamat dan bisa melihat dunia lagi?

Alejandro tertawa jahat. Ia menyejajarkan wajahnya dengan wajah Barsha, kemudian membelai pipi Barsha halus, ia berbisik di sana. "Say goodbye sama adek dan temen-temen lo, karena sekarang lo gak akan bisa ngeliat mereka lagi." pria itu kembali tersenyum smirk ketika mendapati tubuh Barsha yang menegang.

"Bawa dia." Alejandro mundur beberapa langkah, mempersilahkan dua anak buahnya untuk menjalankan tugas mereka.

Kedua anak buah Alejandro membuka tali yang melilit di sekujur tubuh Barsha. Setelah tali itu lepas, tanpa mereka sangka Barsha memberontak, gadis itu menendang kemaluan salah satu pria kekar yang berada di dekatnya hingga membuat sang objek mengerang kesakitan.

Melihat itu Alejandro langsung mencekik leher Barsha. "Gak usah banyak tingkah lo, bocah! Berani lo kayak gitu, hah?!"

"Iket tangannya." instruksi Alejandro pada anak buahnya yang lain. "Goblok lo sama bocah aja kecolongan." ia beralih pada anak buahnya yang sempat Barsha serang tadi.

Napas Barsha memburu, situasi dan kondisinya kini sangat jauh dari kata nyaman. Seragam sekolah yang berantakan, rambut yang acak-acakan serta tubuh yang dipenuhi oleh bercak luka membuat Barsha benar-benar ingin menghabisi Alejandro.

:::o:::

"Keluar!" titah Alejandro seraya menendang punggung Barsha agar ia keluar dari mobil. Tindakan tidak manusiawi itu membuat Barsha mengumpat dalam hatinya.

Barsha mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Di depan sana terdapat sebuah bangunan minim penerangan yang merupakan bangunan bekas pabrik. Suasananya persis seperti rumah tua tempat penyekapan Barsha tadi; menyeramkan dan angker.

Ketakutan kembali menyerangnya, terlebih ketika Barsha melihat 5 buah mobil berwarna hitam yang terparkir di dalam bangunan tersebut. Jantungnya berdegup dengan kencang, aliran darahnya berdesir dan keringat dingin bercucuran di sekujur area tubuhnya.

Barsha sempat memberontak ketika ia diseret ke dalam bangunan oleh anak buah Alejandro, namun tentu saja tenaganya akan kalah dengan tenaga pria kekar tersebut, sehingga ia tidak punya pilihan selain pasrah.

Gun N' Loves [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang